Inibaru.id – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ingin pencegahan terorisme dilakukan dengan lebih baik. Caranya? Polisi bakal petakan masjid di seluruh Indonesia. Nah, rencana ini ternyata mendapatkan reaksi pro dan kontra dari sejumlah pihak, lo.
Soal rencana memetakan masjid ini, diungkap oleh Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Kemanan Polri Brigjen Pol Umar Effendi. Dia mengungkapnya di acara Halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme yang diadakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus disiarkan di kanal YouTube organisasi ini pada Rabu (26/1/2022) kemarin.
“Kemarin kita juga sepakat dalam diskusi mapping (pemetaan) masjid,” ungkap Brigjen Pol Umar dalam acara tersebut.
Lantas, seperti apa sih kriteria pemetaannya? Sayangnya, di acara ini, Brigjen Pol Umar nggak memberikan rincian lebih dalam. Dia hanya menyebut nantinya bakal ada masjid yang dikategorikan keras. Selain itu, pemetaan ini juga nantinya berdasarkan warna.
“Masjidnya warnanya macam-macam; ada yang hijau, ada yang keras, ada yang semi keras,” lanjutnya.
Sebenarnya sih, ya bukan berarti polisi menganggap masjid yang merupakan tempat ibadah sebagai tempat penyebaran paham terorisme. Dia menyebut cara penyebarannya sangat banyak, termasuk dari media sosial. Brigjen Pol Umar bahkan menyebut tingkat kerawanan penyebaran paham ini di media sosial cenderung lebih rawan dibandingkan dengan media-media lainnya.
Metodenya pun banyak. Contohlah, dari chat-chat media sosial, menyebarkan ujaran kebencian, dan isu-isu lain yang cenderung ekstrem. Meski begitu, cara-cara lain seperti diskusi, kajian, serta acara bedah buku yang sejak dulu dilakukan juga masih bisa jadi ajang penyebaran terorisme.
Rencana pemetaan masjid oleh polisi ini memicu reaksi dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam. Contohlah, dari Nahdlatul Ulama (NU) meminta pemetaan nggak hanya dilakukan di masjid, melainkan di tempat-tempat ibadah lain. Menurut Ketua Pengurus Besar NU Ahmad Fahrur Rozi, banyak juga tempat ibadah agama lain yang jadi lokasi penyebaran paham radikal.
Dia nggak mempermasalahkan rencana pemetaan masjid polisi. Meski begitu, Fahrur juga meminta polisi transparan dan profesional saat melakukannya.
Sementara itu, Imam Addaruquthni dari DMI menyebut rencana ini bisa saja membuat sejumlah pengurus masjid tersinggung.
“Khawatirnya kalau terjadi efek respons yang kurang positif dari masjid-masjid kalau kegiatannya bersifat benar-benar menyasar kepada dugaan adanya terorisme dan radikalisme dari masjid,” ungkap Imam, Rabu (26/1).
Kalau menurutmu, ide polisi bakal memetakan masjid demi pencegahan terorisme ini perlu dilakukan atau malah berlebihan, Millens? (Cnn/IB09/E05)