Inibaru.id – Di balik keriuhan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, jika dirasakan, kehebohannya nggak seperti Pilpres 2024 lalu. Bahkan, Hal ini diamini oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menyebut sejauh ini, tingkat partisipasi Pilkada 2024 memang cukup rendah, yaitu di bawah 70 persen dari total jumlah pemilih yang berhak untuk nyoblos.
Memang, data ini masih sementara dan bisa berubah. Namun, pihak KPU menyebut angka ini cenderung nggak bakal berubah jauh sehingga bisa dipastikan angka partisipasi Pilkada 2024 lebih rendah dari Pilpres 2024.
“Memang kalau dilihat sekilas, secara nasional rata-rata kurang lebih di bawah 70 persen,” ucap Komisioner KPU August Meliaz sebagaiana dilansir dari CnnIndonesia, Jumat (29/11/2024).
Lantas, apa yang bikin partisipasi warga untuk mencoblos di Pilkada 2024 cukup rendah? Terkait hal ini, Inibaru.id mewawancarai sejumlah orang yang nggak ikut nyoblos pada Rabu (27/11) lalu. Salah satunya adalah Hayati, seorang pegawai kantoran yang lokasinya dekat dengan Lawang Sewu, Kota Semarang. Pada hari pencoblosan, dia mengaku nggak tertarik untuk mencoblos di kampung halamannya, Batang, Jawa Tengah.
“Aku udah cek-cek siapa saja calon pemimpin baik itu di tingkat kabupaten atau provinsi. Nggak ada yang menarik buat aku. Kayaknya juga bakal gini-gini aja, nggak bakal ada perubahan berarti. Aku juga males pulang karena hari Kamis dan Jumat kan harus kerja lagi. Daripada capek bolak-balik mending istirahat di kos saja,” ucap Hayati, Kamis (28/11).
Alasan hampir serupa diungkap rekan Hayati, Surya. Tapi, beda dengan Hayati yang nggak pulang kampung, Surya tetap balik ke Solo sejak Selasa (26/11) sore dan kembali ke Semarang pada Kamis (28/11) pagi untuk bekerja. Dia nggak tertarik untuk nyoblos meski tempat pemungutan suara (TPS) hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya.
“Jujur saja sudah skeptis dengan politik dan pemerintahan. Mau ada gimmick dekat dengan rakyat atau pemimpin muda sekali pun, sudah nggak pengaruh. Aku kemarin cuma pulang untuk bertemu keluarga saja,” cerita Surya yang juga nggak tertarik dengan banyaknya iming-iming promo Pilkada 2024 bagi yang mencoblos.
Baca Juga:
Sadewo-Chandra Menangi Pilkada Bupati Pati, Empat Pemuda Tunaikan Nazar Jalan Puluhan KilometerAlasan berbeda diungkap Yani yang tinggal di Kabupaten Semarang namun masih ber-KTP Kota Semarang. Dia sebenarnya pengin mencoblos dan datang ke Kota Semarang, tapi urung melakukannya karena waktu yang mepet dan justru meyakini jagoannya bakal kalah di Pilkada ini setelah mengobrol dengan banyak rekan-rekannya dari luar daerah.
“Kampanyenya paslon lain yang nggak aku ikuti lebih gencar, sampai ada pasar murahnya juga di dekat tempatku tinggal. Teman-teman dari daerah lain juga bilang pasti menang yang ini. Nyatanya memang terbukti menang telak sih. Jadi aku malah nggak buang-buang waktu buat nyoblos kemarin,” ceritanya yang mengaku nggak menyesal tidak ikut memilih kemarin.
Yap, realitanya jika di Pilpres lalu kita bahkan bisa mengantre untuk menunggu giliran mencoblos, pada Pilkada 2024, banyak orang mengaku nggak perlu sampai mengantre. Artinya tingkat partisipasinya memang lebih rendah. Kalau kamu sendiri, ikutan nyoblos nggak kemarin, Millens? (Arie Widodo/E10)