Inibaru.id - Pawang hujan mungkin akan kamu pikir kalau hanya ada di Indonesia karena tradisi mitosnya yang mengakar kuat. Namun ternyata, negara-negara lain yang bahkan lebih maju juga punya tradisi ini. Negara-negara tersebut antara lain Jepang, Thailand, dan Afrika Selatan.
Nah, bagaimana ya pawang hujan versi negara-negara tersebut?
Ritual Suku Pedi, Afrika Selatan
Di Afsel, ‘tukang’ pengusir dan pemanggil hujan di sana berasal dari Suku Pedi. Bahkan beberapa orang di desa ini punya cara-cara tersendiri buat melakukannya. Kalau di sana sang pawang hujan disebut dengan “Moroka”.
Cara yang digunakan oleh Suku Pedi sebagaimana tradisi mereka adalah dengan memberikan uang atau persembahan kepada moroka agar dapat memilih awan yang menghasilkan hujan. Semakin besar persembahan yang dikeluarkan maka hasilnya pun akan lebih bagus, sebab menurut mereka, moroka juga harus bersaing dengan pawang dari desa lain.
Benda-benda yang biasa digunakan moroka untuk memanggil hujan adalah tanduk ajaib yang ditempatkan di gua, bir, dan jagung.
Prosesi ritualnya yakni dilakukan anak gadis dan laki-laki perjaka bersama para tetua dengan memukul-mukul tongkat ke tanah sambil berteriak “pula, pula, pula” atau ‘hujan, hujan, hujan’ beberapa kali.
Sementara untuk menolak hujan, dahulu Suku Pedi menggunakan kulit dahi sapi. Namun belakangan diganti jadi sepatu kulit dahi sapi. Mungkin biar sekalian bisa dipakai kali ya?
Kalau yang ini dilakukan oleh seorang perempuan tua atau paruh baya yang membawa sepatu kulit dahi sapi di punggung mereka sepanjang upacara. Ketika upacara selesai, perempuan tersebut bisa melepas sepatu tersebut dari punggungnya. Para penduduk berkata bahwa sesaat setelah sepatu dilepas, hujan akan mulai turun.
Teru Teru Bozu dari Jepang
Kalau di Jepang ada tradisi menghindari hujan namanya “Teru Teru Bozu”. Sebutan itu merujuk pada boneka kecil yang terbuat dari kertas atau kain putih yang diikat dengan tali lalu digantung di jendela.
Dengan menggantung boneka itu dipercaya dapat memanggil cuaca cerah keesokan harinya. Kalau secara arti, “Teru-teru” artinya adalah bersinar. Kemudian “Bozu” adalah biksu Buddha.
Teru teru bozu konon awalnya berasal dari Tiongkok pada periode Heian. Legenda mengatakan bahwa teru teru bozu awalnya adalah seorang gadis yang membawa sapu–sapu tersebut diyakini akan menyapu awan karena menyelamatkan kota dari amukan badai besar. Namun selama waktu berjalan diganti dengan Buddha karena dinilai membawa kecerahan.
Teru teru bozu juga bisa untuk memanggil hujan. Cukup dengan menggantung bonekanya dalam keadaan terbalik, konon hujan bisa turun.
Sereh dan Gadis Perawan di Thailand
Di Thailand, punya tradisi yang nggak kalah unik juga dalam menghindari hujan. Yakni dengan sebatang sereh yang ditancapkan terbalik ke tanah oleh seorang gadis perawan. Dengan begitu, dipercaya hujan akan berhenti.
Wah, ternyata tradisi-tradisi sejenis pawang hujan di negara-negara lain juga nggak kalah unik ya, Millens. (Kum/IB28/E05)