inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Mengungkap Fenomena "Missing Women" dalam Praktik Pernikahan Dini
Rabu, 28 Jun 2023 15:45
Bagikan:
Missing women; ketika perempuan kehilangan posisi tawar dalam praktik pernikahan dini. (Freepik)

Missing women; ketika perempuan kehilangan posisi tawar dalam praktik pernikahan dini. (Freepik)

Sebagai dampak dari pernikahan dini yang marak di Indonesia, muncul istilah missing women. Apa itu?

Inibaru.id - Pernikahan dini dan perubahan sosial yang terjadi setelahnya telah menghasilkan fenomena yang dikenal sebagai "missing women" atau perempuan yang kehilangan posisi tawar.

Pada saat pernikahan terjadi pada usia yang sangat muda, perempuan seringkali menghadapi kehilangan otonomi, kemandirian finansial, dan kendali atas hidup mereka. Bagaimana semuanya saling berhubungan? Simak yuk!

Permasalahan Pernikahan Dini dan Missing Women

Pernikahan dini melibatkan pernikahan yang terjadi pada usia yang sangat muda, seringkali melibatkan anak perempuan yang belum siap secara fisik, psikologis, dan emosional.

Perempuan yang dipaksa menikah pada usia yang sangat muda berisiko mengalami kekerasan dalam rumah tangga, penindasan, keterbatasan pendidikan, serta masalah kesehatan yang terkait dengan kehamilan yang terlalu dini. Selain itu, pernikahan dini juga membatasi kesempatan perempuan untuk mengembangkan keterampilan, karir, dan mencapai potensi penuh mereka.

Fenomena "missing women" dalam konteks pernikahan dini merujuk pada perempuan yang kehilangan posisi tawar dalam hubungan pernikahan mereka. Setelah menikah, perempuan yang masih muda sering mengalami kehilangan otonomi dan kendali atas hidup mereka.

Mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk mengambil keputusan penting tentang pendidikan, karir, dan kehidupan sehari-hari mereka. Ketergantungan finansial pada suami atau keluarga suami juga menyebabkan perempuan kehilangan kemandirian finansial, yang dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam hubungan pernikahan. Salah satu faktor munculnya missing women adalah ketidaksetaraan gender yang masih mengakar di Indonesia.

Dampak Negatif Fenomena Missing Women

Korban dari pernikahan dini adalah perempuan. (Shutterstock)
Korban dari pernikahan dini adalah perempuan. (Shutterstock)

Fenomena "missing women" memiliki dampak serius pada kehidupan perempuan yang terlibat dalam pernikahan dini. Mereka mungkin mengalami depresi, kecemasan, dan hilangnya motivasi untuk mengembangkan potensi mereka.

Ketidaksetaraan gender yang melekat dalam pernikahan dini juga dapat menciptakan lingkungan yang nggak aman dan membatasi kemampuan perempuan untuk melindungi diri dari kekerasan dan penindasan.

Perlindungan dan Kesetaraan

Untuk mengatasi fenomena "missing women" dalam praktik pernikahan dini, langkah-langkah penting harus diambil. Pertama, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan melalui pendidikan dan kampanye sosial untuk mengubah sikap yang merugikan perempuan.

Kedua, perlindungan hukum harus ditingkatkan termasuk penegakan umur minimum pernikahan yang sah dan hukuman bagi mereka yang memaksa anak perempuan untuk menikah. Selain itu, upaya harus dilakukan untuk memberikan akses pendidikan yang setara bagi perempuan muda dan menciptakan peluang ekonomi yang memungkinkan mereka untuk mandiri secara finansial.

Hm, kamu setuju nggak sih kalau fenomena missing women ini sangat serius? Jangan sampai deh cita-cita tinggi para perempuan tumbang begitu saja hanya karena tuntutan menjadi anak yang berbakti dengan dipaksa lekas menikah.

Yuk, beri para perempuan ruang untuk bertumbuh dan matang dalam menghadapi kehidupan rumah tangga yang rumit nanti. (Siti Zumrokhatun/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved