Inibaru.id – Suatu kebanggan bagi diri sendiri, keluarga, bahkan daerah bila seseorang bisa menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional. Tentu bangga karena nggak semua orang bisa mencapai posisi itu. Hanya putra putri terpilihlah yang dapat melewati serangkaian seleksi yang begitu ketat.
Kesempatan baik itu pun diraih Muhammad Rajif Maulana dari SMA 1 Purwodadi dan Wina Aulia Attarizki dari SMA Negeri 1 Pekalongan. Mereka berdua terpilih menjadi bagian dari Paskibraka nasional 2018 perwakilan Jawa Tengah.
Melansir Suaramerdeka.com, Rabu (1/8/2018) Rajif mengawali impiannya itu dengan mengikuti seleksi Calon Pengibar Bendera Pusaka (Capaska) Kabupaten Grobogan pada 25-26 April lalu. Dari situ, dia lolos ke tingkat provinsi dan maju ke tingkat nasional.
Pertengahan Mei, pelajar kelahiran Grobogan, 2 Juni 2001 ini mendapat kabar dirinya lolos seleksi paskibraka nasional. Sebelum ini, dia nggak menyangka bisa lolos seleksi karena saat mengikuti seleksi ada keraguan yang dirasakannya.
“Saya tak menyangka bisa sampai sejauh ini dan masuk menjadi anggota paskibraka di tingkat nasional,” katanya.
Salah satu materi seleksi yang sempat membuat Rajif terkejut yaitu materi minat bakat yang mengharuskannya menampilkan minat dan bakatnya di bidang seni. Dengan keinginan yang kuat, dia pun mendadak belajar menari untuk ditampilkan saat hari seleksi.
Wina Aulia Attarizki. (Liputan6.com)
Usaha dan kerja keras juga ditunjukkan Wina sapaan akrab kepada Wina Aulia Attarizki. Menurut Wina, melaju ke Paskibraka tingkat nasional bukanlah hal yang mudah. Sejumlah tes harus dilalui dengan baik. Wina mengatakan salah satu tes yang cukup mendebarkan baginya yakni tes kemampuan bahasa Inggris.
Namun, hobi berkirim surat dengan sahabat penanya yang ada di berbagai negara membuat Wina menemukan kepercayaan diri.
“Saya dapat tiga orang (sahabat pena). Dari Belanda, Inggris, dan Indonesia dari Sulawesi. Terbantu sekali setelah melakukan hobi ini,” ungkapnya.
Pencapaian Wina itu rupanya nggak lepas dari campur tangan sang ayah Budi Winarso. Budi telah mempersiapkan mental anaknya dengan cara menyampaikan pesan-pesan terkait risiko yang akan dihadapi. Selain itu, Budi juga berpesan agar anaknya bisa mandiri saat proses karantina.
“Jauh hari saat masih mengikuti seleksi tingkat kota, saya sudah sampaikan kepada dia tentang berbagai risiko, seperti ketinggalan pelajaran. Jadi, dia harus benar-benar siap,” paparnya.
Bupati Grobogan Sri Sumarni dan Wali Kota Pekalongan Mochammad Saelany Machfudz menyampaikan apresiasi atas prestasi kedua siswa asal kota masing-masing. Semoga kisah Rajif dan Wina bisa memotivasi pelajar lainnya untuk menggapai prestasi di berbagai bidang ya, Millens. Tentu, kamu harus punya usaha yang gigih seperti mereka berdua ya. (IB13/E04)