Inibaru.id - Setiap orang pasti punya bayangan ideal tentang pasangan hidup. Ada yang menginginkan pasangan yang sempurna, baik dari segi fisik, finansial, maupun spiritual. Namun, sering kali ekspektasi ini justru menjadi jebakan yang membawa kekecewaan ketika realita tidak sesuai harapan.
Dalam kajian Nongkrong Tobat Santrendelik Semarang, Ustaz Fahruddin Aziz menekankan bahwa mencari pasangan bukan hanya soal memenuhi kriteria saja, melainkan juga bagaimana menyelaraskan irama kehidupan bersama.
Menurut ustaz Fahruddin Aziz, sebagai manusia, menginginkan sesuatu dan memiliki ekspektasi itu adalah fitrah. Kendati demikian, ada satu hal yang nggak bisa diabaikan: kuasa Allah yang menentukan segala sesuatu.
“Dalam dunia tasawuf, hal ini sebenarnya sudah dijelaskan. Ingin mencari jodoh atau ingin memilih sendiri dulu itu pilihan masing-masing," kata Ustaz Fahruddin saat menjawab pertanyaan jamaah.
Beliau menjelaskan lebih lanjut mengenai hukum nikah dalam Islam. Dalam beberapa hadis, Rasulullah mengajarkan bahwa hukum nikah itu bisa jadi wajib dalam situasi tertentu.
“Contohnya, seseorang yang punya kemampuan finansial seperti telah sukses membuat usaha, itu wajib menikah. Karena kalau tidak, bisa mendatangkan mudharat," jelasnya.
Menurut Ustaz Fahruddin, dalam mencari pasangan, yang paling penting adalah menemukan seseorang yang mampu menyeimbangkan irama kehidupan.
"Orang itu kan keinginannya tidak sama, ekspektasinya juga berbeda. Maka bagi saya, yang paling penting adalah seorang pasangan itu mampu mencintai kekurangan pasangannya untuk menciptakan irama dalam rumah tangga," tegasnya.
Kriteria Khusus Bukan yang Utama
Ia menekankan bahwa mengejar kriteria sempurna seperti ingin memiliki istri seorang hafidzah, ahli memasak, atau kriteria lainnya, bagi Ustaz Fahruddin, itu hanyalah persoalan sekunder.
"Menciptakan irama berdua itulah yang utama," tambahnya.
Ustaz Fahruddin juga mengingatkan untuk tidak mudah membandingkan kisah percintaan dengan orang lain.
"Makanya, jangan mudah menilai pasangan orang lain, karena kriteria tiap pasangan itu sesuai dengan kebutuhan hidup mereka. Nggak usah terlalu memikirkan kriteria yang tidak penting, yang terpenting adalah bagaimana bisa menyeimbangkan irama," saran Ustaz Fahruddin.
Sebagai contoh, dia dan istrinya membuat kesepakatan bersama untuk debat kusir tidak boleh dilakukan di depan anak-anak, dan masalah apapun tidak boleh dibiarkan lebih dari sehari semalam.
Bahkan dia juga rutin mengadakan ‘meeting’ dua pekan sekali dengan istrinya untuk sekadar mengobrol tentang hal-hal yang mungkin terasa kurang selama seminggu.
"Menurut saya, istri salehah atau suami yang saleh adalah mereka yang tidak pernah letih untuk menciptakan irama yang diinginkan berdua. Persoalan nggak hafal Al-Qur'an, hadis, dan sebagainya, itu hanya kriteria pilihan tiap orang," kata Ustaz Fahruddin dengan tegas menutup kajiannya.
Nah, daripada terjebak dalam daftar kriteria ideal yang mungkin tak realistis, fokuslah pada keselarasan yang dibangun melalui komunikasi, pengertian, dan usaha bersama. Karena pada akhirnya, itulah kunci dari hubungan yang harmonis dan bahagia. (Rizki Arganingsih/E10)