Inibaru.id – Kamu tahu kan kalau belakangan ini perkembangan AI sudah sangat pesat dan bahkan terkesan mengerikan. Nggak hanya bikin foto terlihat jadi sangat nyata, video juga.
Beberapa video wawancara hingga stand-up comedy bahkan terlihat nggak berbeda dengan video asli, lo. Nah, yang mampu melakukannya adalah AI besutan Google bernama Veo3.
Selain mengagumkan, banyak yang menganggap perkembangan AI ini bisa membahayakan. Pasalnya, nggak hanya untuk lucu-lucuan, sudah ada yang memakai AI untuk memanipulasi informasi. Salah satunya terjadi di Inggris.
Ada satu momen mengerikan saat parade juara Liga Inggris yang dilakukan klub sepak bola Liverpool FC pada 26 Mei 2025 lalu. Seorang lelaki menabrak kerumunan suporter yang memenuhi jalan dengan mobilnya.
Lalu, ada orang yang menggunakan Veo3 untuk membuat video yang seakan-akan menunjukkan kalau pelaku penabrakan tersebut adalah laki-laki berkulit gelap.
Aparat kepolisian setempat pun langsung mengeluarkan klarifikasi bahwa yang melakukan penabrakan adalah laki-laki berkulit putih. Bayangkan jika fitnah tersebut dipercaya banyak orang lalu memicu kerusuhan berbasis rasisme di Inggris!

Saking nyatanya video buatan AI belakangan ini, video antrean warga Gaza, Palestina, yang menanti bantuan makanan bahkan sampai dikira AI, lo. Untungnya, media-media besar seperti BBC, Newsweek, hingga NBC memastikan bahwa video tersebut adalah asli, Millens.
Demi menyiasati kebingungan yang mungkin terjadi gara-gara saking terlihat nyatanya video AI, pihak Google pun memberikan watermark untuk setiap video yang dibuat dengan menggunakan Veo3. Nama watermarknya adalah SynthID.
Namun, masalahnya nggak langsung selesai lantaran ukurannya yang kecil pada video sangat memungkinkan untuk dipotong dan dihilangkan.
Nggak habis akal, Google akhirnya mengembangkan alat pendeteksi video yang dibaut dengan Veo3 bernama SynthID Detector. Tapi, karena masih dalam pengembangan, tentu saja alat ini belum bisa dipakai semua orang, Millens.
Yap, semoga saja, seiring dengan semakin seringnya penggunaan AI untuk membuat foto dan video yang mirip dengan aslinya, perkembangan alat untuk mendeteksi apakah foto dan video tersebut juga bakal cepat untuk dilakukan.
Namun, sebetulnya hal yang juga perlu ditegaskan adalah etika ber-AI. Regulasi yang jelas diperlukan agar nggak terjadi lagi misinformasi atau bahkan fitnah akibat foto-foto atau video tersebut bisa dicegah. Bagaimana menurutmu, Millens? (Arie Widodo/E10)