Inibaru.id - Sektor industri di Jawa Tengah (Jateng) telah didorong untuk beralih ke energi terbarukan. Saran ini merupakan bagian dari upaya untuk menurunkan emisi karbon dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Sayangnya, di tengah banyaknya industri di Jateng, baru sekitar 17 perusahaan yang benar-benar menerapkan energi ramah lingkungan dan telah mengantongi Sertifikasi Industri Hijau (SIH) dari pemerintah.
Menurut Ketua Kelompok Kerja Pengawasan dan Pengendalian Industri Nonagro Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng, Iwan Indrawan, ada sejumlah faktor yang membuat banyak perusahaan belum beralih ke energi ramah lingkungan.
"Sebetulnya sudah cukup banyak industri yang mulai bertransformasi, tapi mereka belum bisa mengajukan sertifikasi karena tidak tersedia SIH seperti di sektor industri furnitur dan kayu. Kami akan sampaikan masalah ini kepada pemerintah pusat," ujar Iwan di Semarang, Selasa (2/12/2025).
Berbicara dalam diskusi Inisiatif Dekarbonasi Wujudkan Industri Hijau, dia menyebut, ketiadaan kewajiban bagi industri untuk beralih ke energi terbarukan membuat kesadaran pelaku usaha menetapkan sumber energi ramah lingkungan juga masih rendah.
Disperindag sudah berusaha mengimbau serta melakukan sosialisasi agar industri mau bertransformasi menggunakan energi ramah lingkungan. Namun, Iwan mengatakan, ada dua hal utama yang harus diperhatikan industri ketika ingin beralih ke energi terbarukan.
"Kesiapan internal perusahaan dan manajemen pengawasan yang berjalan efektif penting. Nah, untuk mengurus sertifikasi industri hijau, ada persyaratan manajemen dan teknis; yang mencakup rencana pemanfaatan industri hijau, penganggarannya, hingga perencanaan strategis dan inovasinya," kata Iwan.
Penyedia Layanan Sudah Siap
SUN Energy selaku salah satu penyedia layanan keberlanjutan bagi industri menyatakan siap menjadi mitra bagi perusahaan yang ingin melakukan transisi energi. Perusahaan itu juga menawarkan skema investasi yang lebih efisien untuk mendorong penggunaan energi bersih di sektor industri.
Chief Sales Officer SUN Energy, Oky Gunawan mengatakan, saat ini perusahaannya telah melayani lebih dari 30 perusahaan di Jateng dengan kapasitas terpasang 22 MW.Implementasi tersebut telah menghasilkan lebih dari 26 juta kWh energi bersih dan menurunkan lebih dari 20 juta kilogram emisi CO₂ atau setara dengan 330 ribu pohon yang ditanam.
"Beberapa sektor industri seperti FMCG, tembakau, tekstil, furnitur, dan manufaktur elektronik telah beralih ke energi terbarukan," ujar Oky.
Dia mengatakan, investasi awal untuk beralih ke energi terbarukan memang nggak murah. Namun begitu, dia menjanjikan manfaat jangka panjang jauh lebih besar. Panel surya menjadi salah satu contohnya. Dengan garansi 25 tahun dan usia pakai yang dapat mencapai 30 tahun, ini jauh melampaui masa balik modal.
"Biaya transisi energi memang tinggi di awal. Untuk satu megawatt, anggarannya sekitar delapan hingga sepuluh miliar rupiah. Terlihat mahal, tetapi dalam lima sampai enam tahun sudah balik modal," tukasnya.
Bumi semakin berat menopang emisi industri. Maka, meski butuh modal awal yang nggak kecil, beralih ke energi ramah lingkungan mungkin bisa dipertimbangkan. Menurutmu gimana, Gez? (Sundara/E10)
