Inibaru.id – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) baru-baru ini mengungkap data yang cukup mengerikan tentang angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia. Dalam enam bulan pertama 2024, setidaknya 32.064 buruh jadi korban PHK. Mayoritas buruh yang mengalami nasib nggak mengenakkan tersebut berasal dari Jakarta.
Dalam data tersebut, sebanyak 7.469 buruh di Jakarta terpaksa dirumahkan. Angka ini mencapai lebih dari 23 persen dari total jumlah buruh yang kehilangan pekerjaan. Selain mereka, ada lebih dari 6 ribu buruh di Banten, lebih dari 5 ribu buruh di Jawa barat, dan lebih dari 4 ribu buruh di Jawa Tengah yang mengalami nasib serupa.
Kasus ribuan buruh menjadi korban PHK juga terjadi di luar Jawa. Di Sulawesi Tengah misalnya, dari Januari sampai Juni 2024, ada 1.812 orang yang mengalami nasib tersebut.
Kalau menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), salah satu alasan yang bikin begitu banyak buruh jadi korban PHK adalah semakin memburuknya industri manufaktur Indonesia. Buat kamu yang nggak tahu, industri manufaktur adalah industri yang menjalankan proses produksi dari bahan mentah menjadi barang jadi dalam skala besar. Di Indonesia, industri-industri ini bsia kita lihat dalam bentuk pabrik, Millens.
“Iya, kontribusi manufaktur terhadap produk domestic bruto (PDB) Indonesia terus menurun. Ini nggak bagus karena industri manufaktur sangat penting untuk negara berkembang seperti Indonesia,” ucap Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti tatkala berada di acara Annual Conference on Indonesia Economic Development 2024 yang digelar di Kantor BRIN, Jakarta, pada Selasa (30/7/2024).
Di siisi lain, analis dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny Sasmita menyebut penurunan ini disebabkan oleh sejumlah sebab seperti industri manufaktur yang semakin ketinggalan teknologi, kebijakan dagang yang kurang tepat yang bikin produk impor lebih murah membanjiri pasar dalam negeri, dan kurangnya dukungan nyata dari pemerintah seperti insentif untuk pembaruan teknologi.
“Akhirnya produk manufaktur dalam negeri kalah bersaing, khususnya dalam hal harga yang lebih murah, dari produk impor,” terang Ronny sebagaimana dilansir dari Cnn, Rabu (31/7/2024)
Jika produk industri manufaktur nggak laku, tentu industri akan merugi. Dampaknya, bisa bikin industri mengurangi produksi atau bahkan menyebabkan industri tersebut gulung tikar dan akhirnya berimbas pada ribuan orang kehilangan pekerjaan seperti yang dilaporkan Kemenaker. Di sisi lain, hal ini juga bikin generasi lebih muda sulit mendapatkan pekerjaan.
“Ini seperti bencana sosial. Penurunan industri berdampak pada semakin kecilnya lapangan kerja di sektor formal yang tersedia. Akhirnya pengangguran di usia muda juga semakin tinggi,” ucap Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira.
Asal kamu tahu saja, per 2023, jumlah pengangguran di usia muda (15-29 tahun) di Indonesia mencapai 13,9 persen alias tertinggi di Asia Tenggara. Angka ini jauh melebihi Malaysia yang mencapai 12,5 Filipina (6,9 persen), Vietnam (6,2 persen), dan Thailand, (5,3 persen).
Indonesia sedang nggak baik-baik saja di tengah banyaknya badai PHK dan lesunya ekonomi belakangan ini. Semoga saja segera ada solusi konkret untuk mengatasinya ya, Millens! (Arie Widodo/E10)