Inibaru.id – Perempuan masih menjadi menjadi golongan yang rentan akan kejahatan seksual. Seberat apa pun hukuman yang diberikan bagi para pelaku pelecehan seksual, nyatanya nggak juga membuat jera. Karena itu, berbagai cara dilakukan perempuan untuk melindungi dirinya termasuk dengan membawa alat.
Eh, ada lo satu alat yang bisa bikin orang yang mau merudapaksa perempuan berpikir dua kali. Berbentuk kondom, alat ini diciptakan untuk perempuan. Namanya Rape-Axe. Kondom ini dibuat dengan gigi-geligi nan tajam.
Penciptanya Dr Sonnet Ehlers dari Afrika Selatan. Dia terinspirasi dari seorang korban pemerkosaan yang mirip “mayat bernapas” akibat trauma yang diperolehnya. Nggak tahan dengan penderitaan psikis sang pasien, Dr Ehlers bertekad untuk melakukan sesuatu.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Ehlers bercerita bagaimana perempuan korban tersebut mengatakan, "Jika saya punya gigi di bagian bawah sana". Dari sinilah kondom berkait itu terpikirkan.
Kait ini akan menghalangi masuknya penis. Bukan cuma itu. Kondom akan langsung mengait pada penis dengan kuat dan hanya dapat dilepas oleh dokter. Ehlers berharap pelaku akan langsung bisa ditangkap polisi.
"Kondom itu akan menyakitkan. Laki-laki itu tak akan bisa buang air kecil dan berjalan. Jika kondom itu berusaha dilepas sendiri, maka geriginya akan menjepit lebih ketat. Namun, tidak akan melukai kulit dan tidak berbahaya jika terkena cairan," paparnya.
Dr Ehlers mengaku telah melakukan riset dan pengembangan sebelum merilis produk tersebut. "Saya berkonsultasi dengan para insinyur, ginekolog dan psikolog untuk meminta bantuan mereka terhadap desain sekaligus memastikannya tetap aman," tuturnya.
Rencananya, setelah percobaan selesai, kondom bergerigi itu akan dijual sekitar 2,2 dolar AS.
"Hal itu akan membuat sebagian laki-laki berpikir ulang sebelum mereka melecehkan seorang perempuan," tegasnya.
Sempat Dikritik
Sayangnya, kondom ini nggak disambut “baik” para kritikus. Mereka yakin bahwa perempuan justru akan lebih rentan dari aksi kekerasan laki-laki yang tengah terjebak tersebut. Bisa saja mereka akan berbuat lebih brutal karena kesakitan.
Alat ini juga dianggap sebagai bentuk perbudakan oleh Victoria Kajja dari Pusat kontrol dan pencegahan penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention dari negara Afrika Utara, Uganda.
Ketakutan para korban, tindakan mengenakan kondom untuk mencegah pelecehan, direpresentasikan sebagai perwakilan dari perbudakan yang seharusnya nggak ditujukan bagi perempuan.
O ya, menurut Human Right Watch, Afrika Selatan merupakan negara dengan angka perkosaan paling tinggi. Bahkan dalam laporan Medical Research Council pada 2009 mengungkap, 28 persen laki-laki yang disurvei pernah memerkosa seorang perempuan dewasa atau remaja. Satu dari 20 orang mengaku mereka melakukannya satu tahun yang lalu (2008). Diyakini juga, sekitar 16 persen populasi di negara tersebut telah terinfeksi HIV.
Kasus perkosaan yang marak tersebut membuat para perempuan makin waspada. Kata Ehlers, ada juga yang sampai memasukkan pisau cukur di bagian kewanitaan.
"Saya percaya ada sesuatu yang bisa dilakukan, dan hal ini akan membuat mereka berpikir dua kali sebelum melecehkan wanita," pungkasnya.
Berita yang menyebar adalah sekitar 30 ribu kondom khusus perempuan itu kini sudah didistribusikan di berbagai kawasan Afrika Selatan yang kala itu tengah menjadi tuan rumah ajang Piala Dunia 2010.
Sayangnya, ketika ditelusuri, klaim itu belum bisa dibuktikan. Pada situs resmi rape-axe, kondom baru berupa prototipe. Artinya belum bisa didapat. Developer Rape-Axe bahkan membuka sumbangan di halaman Gofundme. Berita mengenai kondom ini memang sudah ada sejak 2005.
Kalau menurutmu, kondom ini perlu atau nggak, Millens? (Rep/IB21/E03)