BerandaHits
Senin, 14 Jul 2025 18:06

Ketika Para Ayah Mengantar Anak pada Hari Pertama Masuk Sekolah

Penulis:

Ketika Para Ayah Mengantar Anak pada Hari Pertama Masuk SekolahSiti Khatijah
Ketika Para Ayah Mengantar Anak pada Hari Pertama Masuk Sekolah

Ilustrasi: Gerakan ayah mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah bisa menjadi upaya untuk menambal isu fatherless di Indonesia. (Freepik via Etiqa)

Gerakan ayah mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah disambut senang oleh sejumlah orang karena membuat mereka merasakan drama dan kedekatan dengan lokasi tempat anaknya belajar.

Inibaru.id - Hari ini menjadi hari bersejarah bagi Heri Susanto. Untuk kali pertama selama hidupnya, dia bisa mengantar buah hatinya berangkat sekolah pada hari pertama. Sebelumnya, anak semata wayangnya yang sudah duduk di kelas 2 SD itu selalu diantarkan oleh sang istri.

Heri bukannya nggak mau mengantar putranya ke sekolah. Namun, karena harus harus berangkat kerja pagi-pagi sekali, lelaki yang berprofesi sebagai ASN di salah satu kota di Jawa Tengah ini nggak pernah punya kesempatan, bahkan acap harus berangkat sebelum anaknya bangun.

Maka, dia bersyukur pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) mengeluarkan imbauan untuk para ayah agar mengantarkan anaknya pada hari pertama sekolah.

"Hari ini kami (ASN) boleh sampai kantor pukul 12.00 untuk antar anak ke sekolah dulu. Tentu saya senang, karena ini jadi pengalaman perdana dipamiti anak di depan gerbang sekolah, ngelihat dia masuk sekolah, atau siapa saja teman-teman mainnya," terang Heri, Senin (14/7/2025).

Keterlibatan Aktif Orang Tua

Diinisiasi BKKBN, gerakan "ayah mengantar anak pada hari pertama sekolah" menjadi upaya pemerintah untuk melibatkan kedua orang tua, termasuk para ayah, dalam pengasuhan anak. Imbauan tersebut secara teknis diatur dalam surat edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2025.

BKKBN menyebut, tahun ajaran baru yang jatuh pada hari ini menjadi momentum untuk menerapkan aturan yang ditandatangani di Jakarta pada 10 Juli 2025 itu. Aturan ini diterapkan menyesuaikan dengan jadwal masuk sekolah di masing-masing satuan pendidikan.

Dalam surat edaran tersebut, disebutkan bahwa imbauan ini dibuat untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sejak dini.

"Kehadiran ayah pada momen penting tersebut menciptakan kedekatan emosional yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam belajar,” tulis surat edaran SE Nomor 7 Tahun 2025 tersebut.

Menghadapi Drama Hari Pertama

Ilustrasi: Keberadaan ayah mengantar anak pada hari pertama sekolah diyakini bisa menghindarkan anak dari mengalami pembulian. (Allprodad) 
Ilustrasi: Keberadaan ayah mengantar anak pada hari pertama sekolah diyakini bisa menghindarkan anak dari mengalami pembulian. (Allprodad)

Bagi para ayah yang terbiasa mengantarkan buah hatinya ke sekolah, aturan tersebut mungkin nggak terlalu istimewa. Namun, untuk mereka yang jarang terlibat dalam keseharian buah hatinya untuk mempersiapkan hari pertama sekolah, ini menjadi sangat spesial, nggak terkecuali untuk Theo.

"Ini kejadian tahun lalu, ketika akhirnya aku tahu bahwa persiapan berangkat sekolah bisa sedrama itu. Anakku masuk waktu itu baru SD, merasa takut, dan hanya mau ditemani aku, sedangkan (waktu) di Paud aku nggak terlalu memperhatikan," kata lelaki yang sehari-hari jadi karyawan swasta di Kota Semarang itu, Senin (14/7).

Namun, dari situlah Theo mengaku jadi paham bahwa persiapan anak berangkat sekolah untuk hari pertama selalu penuh drama dan akan sangat merepotkan jika disokong oleh satu orang saja. Menurutnya, butuh kedua orang tua untuk melakoninya.

"Sebetulnya nggak hanya untuk persiapan masuk sekolah, tapi dalam banyak hal. Ayah harus terlibat. Kalau belum terbiasa, bisa mulai dengan mengantar anak ke sekolah dan nikmati semua drama yang terjadi sebagai bentuk refleksi diri," tuturnya, memberi saran.

Isu Fatherless yang Mengkhawatirkan

Dispensasi jam kerja bagi ASN yang diberikan pemerintah, Theo mengatakan, menjadi salah satu upaya yang tepat untuk menghindari absennya ayah dalam pengasuhan dan membiasakan diri untuk terlibat. Menurutnya, isu fatherless ini memang cukup mengkhawatirkan di Indonesia.

Theo nggak salah. Berdasarkan data dari Unicef pada 2021, disebutkan bahwa sebanyak 20,9 persen anak di Indonesia hidup tanpa ayah atau fatherless.

Sementara itu, pada tahun yang sama BPS mengungkapkan, hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang diasuh oleh kedua orang tua mereka. Ini angka yang sangat kecil, mengingat pengasuhan seharusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab salah satu orang.

Maka, dengan dibuatnya aturan ini, pemerintah berharap keterlibatan ayah sejak hari pertama sekolah bisa menambal kesenjangan pengasuhan tersebut. Jika dilakukan secara serius dan berkelanjutan, langkah ini tentu saja cukup menarik.

Namun, menyoal pengasuhan yang acap dianggap sebagai pekerjaan domestik, mengajak figur ayah untuk hadir dalam hari-hari mengasuh anak tentu bakal menjadi pekerjaan rumah yang panjang dan melelahkan, meski nggak mustahil dilakukan.

Menurutmu, adakah langkah lain yang harus dilakukan pemerintah untuk menambal jurang yang menganga terkait pengasuhan yang seharusnya dilakukan kedua orang tua ini? Apakah kamu juga mengantarkan anakmu pagi ini? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved