Inibaru.id – Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang merupakan momen khusus bagi sebagian orang untuk meluapkan rasa cintanya pada yang terkasih. Ungkapan itu biasanya disimbolkan dengan pemberian kado berupa cokelat. Rasa manisnya cokelat konon dianggap sebagai manisnya rasa cinta. Namun, kenapa cokelat?
Tirto.id, Rabu (14/2/2018), menuliskan, pada era Victoria, cokelat konon digunakan untuk merayu. Anak muda zaman itu seolah “tahu lewat insting” bahwa senjata untuk melamar adalah sekotak cokelat. Kemudian, buku etiket dan iklan cokelat juga mendorong sudut pandang bahwa pertukaran cokelat antara perempuan dengan laki-laki adalah bentuk deklarasi cinta.
Kala itu cokelat dianggap sebagai makanan yang menstimulasi dorongan seksual, kendati nggak ada bukti ilmiah tentang stigma itu. Nah, lantaran cokelat diasosiasikan dengan pacaran dan seks, buku etiket pada era itu juga memperingatkan perempuan lajang agar nggak sembarangan menerima cokelat, khususnya dari lelaki yang nggak dikenal atau kurang dekat.
Baca juga:
Berlari Sembari Beramal, Ikut "Run to Care" Saja!
Misteri “Mumi Berteriak” Akhirnya Terungkap
Namun, seiring berkembangnya zaman, aturan itu telah dibantahkan. Sebaliknya, banyak orang yang merasa bersalah jika nggak menerima cokelat pemberian orang yang mengagumi mereka. Mereka malah berharap untuk diberi cokelat.
Suku Aztec
Jauh sebelum menjadi kado spesial muda-mudi di Eropa, cokelat juga telah dijadikan Suku Aztec sebagai simbol romantisme dan perasaan cinta. Seperti dtulis The New York Times, pemimpin Aztec kala itu, Kaisar Montezuma, kabarnya memilih biji kakao untuk "memicu acara romantisnya".
Dari segi sains, Forbes pernah menulis, cokelat memang terbukti baik untuk jantung, meningkatkan fungsi kognitif, dan kaya akan nutrisi. Secara teori, dark chocolate bahkan konon mampu meningkatkan hormon seks.
Baca juga:
Menanti Sekuel “Eiffel I’m In Love” yang Konon Lebih Dewasa
Whatsapp Kini Sediakan Fitur Kirim Uang
Selain itu, cokelat juga mengandung triptofan dan phenylethylamine, bahan kimia yang memengaruhi pusat kesenangan dan kebahagiaan dalam otak. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa jumlah bahan kimia yand ada dalam cokelat sebenarnya terlalu sedikit untuk berefek pada keinginan seseorang.
Nah, begitulah, Millens. Jadi, sudah punya kado cokelat untuk "valentine"-mu? Atau, jangan-jangan kamu sudah dapat cokelat? (ANG/GIL)