Inibaru.id - Banyak yang bilang bahwa gen-Z atau acap disebut zilenial punya kemampuan bertahan hidup yang lebih buruk dari generasi-generasi sebelumnya lantaran dianggap effortless, kurang ulet, dan terlalu mengandalkan gawai.
Namun, anggapan itu dengan tegas disanggah Amaliya Divkahuma. Sebagai gen-z yang sehari-hari dicekoki isu pemanasan global, polusi plastik, dan kerusakan ekosistem, perempuan asal Kota Semarang ini justru merasa menjadi bagian dari generasi yang paling peduli terhadap isu lingkungan.
Terlepas yang dilakukan kawan-kawannya sekadar fomo atau memang punya kepedulian yang cukup tinggi terhadap lingkungan, nggak sulit menemukan anak muda yang menenteng tumbler dan kotak makan sendiri ke mana-mana. Obrolan tentang zero waste juga cukup akrab di tongkrongannya.
"Menurutku, kemampuan bertahan hidup bukanlah ditentukan dari seberapa kuat kita survive di lingkungan yang buruk, tapi seberapa cepat kita merespons kemungkinan adanya bencana di sekitar kita; yang untuk saat ini tentu saja pemanasan global itu sendiri," tegasnya, Rabu (14/5/2025).
Mengapa Generasi Muda Lebih Peduli?
Divka, demikian gadis 20 tahun itu biasa disapa, menilai kerusakan ekosistem dan krisis iklim bukanlah isu yang jauh, tapi realitas sangat dekat, dengan masa depan generasinya sebagai pertaruhan. Dia justru menyayangkan para orang tua yang masih abai dengan masalah sampah plastik masih dibuang seenaknya.
"Medsos itu bukan cuma untuk pamer body, tapi juga sumber informasi. Kampanye lingkungan global, gaya hidup zero waste, budaya thrifting, diet plastik, semua ada di situ. SIapa yang paling banyak terpapar informasi itu? Tentu saja kami!" serunya, lalu tertawa.
Ditambah dorongan dari para influencer lingkungan, generasi muda pun kian menyadari pentingnya gaya hidup ramah lingkungan, yang kemudian mulai dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari; misalnya budaya thrifting serta praktik zero waste untuk mereduksi sampah.
Dikutip dari Ekuatorial (9/4/2025), di kalangan generasi muda, mengadopsi zero waste bahkan kini dianggap keren dan menjadi bagian dari citra diri yang mereka inginkan. Dalam hal "mencintai lingkungan", mungkin inilah yang membedakan gen-z dengan generasi-generasi sebelumnya.
Upaya Mengadopsi Zero Waste
Adhi Krishna, pemuda asal Kabupaten Kendal yang saat ini tengah menyelesaikan gelar master di Yogyakarta ini mengatakan, gaya hidup minim sampah dengan mengadopsi zero waste bukanlah pekerjaan yang sulit. Menurutnya, banyak hal bisa dilakukan.
1. Thrifting dan gunakan barang bekas
Thrifting adalah salah satu gaya hidup yang saat ini diterapkan Adhi. Pakaian, sepatu, topi, hingga tas yang dimilikinya sebagian besar adalah barang bekas. Bukan pelit, dia sengaja membeli barang thrift alih-alih baru untuk mengurangi sampah tekstil yang menurutnya cukup memprihatinkan.
"Saya beli (item fesyen) bekas, yang lama disumbangkan jika masih layak. Kalau nggak ya bisa didaur ulang jadi tas atau kantung belanja," akunya.
2. Belanja tanpa kemasan
Adhi juga mengaku selalu menyiapkan tas belanja di jok motornya agar untuk mengurangi penggunaan kantung plastik saat belanja. Selain itu, jika memungkinkan, dia juga akan menyodorkan tumbler atau kotak bekal sendiri saat memesan minum atau makan di warung.
"Pakai alat makan dan minum yang bisa dicuci ulang sudah paling benar, sih. Kalau beruntung, beberapa tempat makan bahkan kasih diskon untuk mereka yang bawa wadah sendiri, lo! Memang sudah seharusnya begitu, kan?" kelakarnya.
3. Memilah sampah sejak dari rumah
Sebagai anak kos yang terbiasa hidup minimalis, nggak sulit bagi Adhi untuk memilah sampah sebelum dibuang. Dia sengaja meletakkan dua keranjang sampah berbeda di depan kamar kosnya untuk membedakan antara sampah organik dengan anorganik untuk memudahkan proses daur ulang.
4. Membuat kompos dari sisa makanan
Karena nggak bisa masak di kos, sehari-hari Adhi membeli makan di warung dan sebisa mungkin menghabiskan apa yang dibelinya. Nah, jika sisa, dia akan membuat kompos dengan memasukkannya ke komposter yang diletakkannya di pekarangan kosnya.
"Jujur, ini agak ribet. Saya juga belum konsisten melakukannya. Baru beberapa bulan, saya belajar dari teman-teman komunitas zero waste daring yang saya ikuti," tandasnya.
Nah, persepsi bahwa gen-z akan menjadi kaum pertama yang nggak akan mampu bertahan hidup sepertinya terpatahkan ya, Millens? Justru merekalah yang sepertinya akan membuat bumi ini bertahan lebih lama! (Siti Khatijah/E07)
