Inibaru.id – Pernahkah kamu mendengar istilah “herd immunity” atau imunitas bersama? Frasa ini merujuk pada sistem kekebalan yang diperoleh dengan membiarkan tubuh terkena paparan virus secara alami atau dengan vaksinasi. Kekebalan ini bisa didapatkan seluruh populasi masyarakat namun akan mengorbankan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh paling rendah.
Sebenarnya dalam tubuh seseorang terjadi peperangan nggak kasat mata yang terjadi sehari-hari, yaitu perang melawan bibit penyakit seperti virus. Vaksin pun kemudian diciptakan agar manusia bisa menang melawan virus sehingga nggak mudah sakit.
Sebelum obat atau vaksin ditemukan, manusia tergantung sepenuhnya pada kekuatan sistem imun. Sebagai contoh, di Inggris pada tahun 1790-an, terjadi wabah cacar yang mengerikan..
Saat itu, 30 persen dari populasi Inggris meninggal akibat cacar. Orang yang sembuh pun memiliki bekas luka di badannya atau harus merelakan penglihatannya. Vaksin pun akhirnya ditemukan oleh dokter Inggris bernama Edward Jenner demi mengatasi penyakit ini. Penemuan vaksin inilah yang kemudian membuka gerbang baru dunia kesehatan modern.
Penelitian vaksin yang dilakukan Jenner sempat dianggap nggak etis. Kala itu Jenner mengamati penyakit cacar pada pemerah susu sapi. Dia mengambil sampel berwarna kemerahan di tangan pemerah susu dan meletakkannya pada luka James Phips, seorang anak berusia 8 tahun.
Meski Phips kemudian tertular cacar, tapi penyakit ini nggak bertahan lama dan sembuh. Jenner kemudian mengulangi percobaannya pada Phips. Ternyata, tubuh Phips sudah kebal karena sistem umunnya telah beradaptasi.
Tepatkah Penerapan Herd Immunity?
Pembentukan imunitas bersama (herd immunity), ternyata pernah diterapkan saat pandemi flu Spanyol yang berlangsung antara Maret 1918 hingga Juni 1920. Jumlah kematian dalam musibah ini sangat tinggi, yakni mencapai 50 juta jiwa! Bahkan, sepertiga dari total populasi dunia sebanyak 500 juta orang terifeksi virus tersebut.
Penerapan imunitas bersama bisa menyebabkan munculnya gejala penyakit yang parah. Bahkan, proses pemulihannya bisa saja memakan waktu yang sangat lama. Bagi mereka yang memiliki sistem imun rendah, tubuh nggak kuat lagi melawan virus dan akhirnya meninggal.
Jika imunitas bersama diterapkan pada wabah covid-19 dengan membiarkan masyarakat terkena virus secara alami, seseorang yang positif terinfeksi virus corona diperkirakan akan menularkannya pada 2-3 orang lain dengan cepat.
Jika algoritma imunitas bersama di Indonesia diperkirakan mencapai 50-67 persen dari total populasi sebanyak 271 juta jiwa, maka 182 juta rakyat Indonesia akan terinfeksi covid-19. Jika hal ini kemudian dibandingkan dengan rasio kematian virus corona di Indonesia yang ada di angka 8,9 persen, maka Indonesia bisa kehilangan 16 juta orang. Angka ini tentu nggak sangat banyak, bukan?
Kalau menurut kamu, ide menerapkan herd immunity demi menghadapi wabah virus corona di Indonesia tepat atau nggak nih, Millens? (Tir/MG26/E07)