Inibaru.id - Baru saja berulang tahun yang ke-30 dan sudah memasuki dunia kerja dalam enam tahun belakangan, Aldi Nugraha mengaku masih bingung bagaimana dia nanti bisa membeli rumah. Alasannya, harga rumah di Jakarta, sangatlah mahal jika dibandingkan dengan gaji bulanannya yang masih belum mencapai dua dijit jutaan Rupiah.
Sebenarnya, dia bisa saja memilih untuk membeli rumah di kampung halamannya, yaitu Kota Semarang. Tapi, mengingat pekerjaannya ada di Ibu Kota, tentu membeli rumah yang nggak dia pakai bakal jadi hal yang percuma.
"Aku sudah berkali-kali mencari informasi soal rumah di pinggiran Jakarta atau di wilayah di luar Jakarta tapi mepet sini. Keluhannya sama kaya Kaluna di film Home Sweet Loan, mahal-mahal semua. Andai bisa KPR pun, entah sampai usia berapa nanti bisa melunasinya," ungkap laki-laki yang masih ngekos di kawasan Kemayoran tersebut pada Senin (19/5/2025).
Nggak hanya Aldi yang sudah mulai resah dengan tingginya harga hunian di Indonesia, khususnya di kawasan Jakarta, calon istrinya, Viola, juga merasakan hal yang sama. Sebagai sesama perantau layaknya Aldi, dia bahkan sampai terpikir untuk mengontrak rumah terus sampai tua.
"Mungkin akhirnya mengontrak rumah saja, jadi uangnya bisa untuk keperluan lainnya seperti daftar haji. Benar-benar sudah merasa harga rumah gila-gilaan," katanya.
Apa yang diungkap Aldi dan Viola nggak asal cuap. Meski di banyak daerah sudah ada banyak program rumah subsidi atau program kredit perumahan, program ini belum tentu dinikmati siapa saja. Kalau menilik data yang diungkap Bestbroker pada 2024, Indonesia ada di urutan keempat negara dengan harga rumah paling nggak terjangkau di dunia!
Hitung-hitungannya begini, Bestbroker menyebut harga rata-rata rumah per meter persegi di tanah air mencapai 1.111,92 Dollar AS atau sekitar Rp18 jutaan. Sementara rata-rata gaji tahunan orang Indonesia hanya ada di angka Rp37.944.555 alias per bulannya hanya Rp3 jutaan.
Artinya, jika menyihkan Rp1 jutaan saja per bulan untuk menyicil rumah, tabungan gaji setahun bahkan masih belum cukup untuk mendapatkan bangunan 1 meter persegi. Bayangkan jika rumah yang dibeli ukurannya sampai 50 meter persegi? Butuh waktu sangat lama agar bisa lunas, bukan?
Harga rumah di Indonesia yang termahal ke empat di dunia ini hanya kalah mahal dari Turki di peringkat pertama dengan harga Rp39 jutaan per meter persegi saat gaji rata-rata tahunan warganya ada di angka Rp48 jutaan.
Nepal ada di peringkat kedua dengan harga per meter persegi hunian ada di angka Rp23 jutaan dengan gaji tahunan rata-rata Rp40 jutaan, sementara India ada di peringkat ke tiga dengan harga per meter persegi hunian di angka Rp23 jutaan dengan gaji tahunan rata-rata warganya Rp47 jutaan.
Hal ini sangat kontras dengan harga rumah di sejumlah negara maju yang cenderung masih terjangkau seperti Bahrain, Denmark, atau Irlandia. Wajar karena pendapatan tahunan di negara-negara tersebut juga tinggi.
"Aku malah jadi kepikiran kerja di luar negeri saja kali ya, jadi bisa dapat penghasilan lebih tinggi lalu bisa beli rumah di sini. Kalau terus-terusan pendapatan hanya segini, nggak yakin rumah terbeli," kata Aldi.
Yap, apa yang dikeluhkan Aldi dan Viola juga dikeluhkan banyak generasi milenial dan Gen Z. Mereka mulai merasakan sulitnya mendapatkan rumah. Mungkin nggak ya, pemerintah bisa bikin kebijakan agar salah satu dari kebutuhan primer ini jadi bisa dijangkau siapa saja? (Arie Widodo/E05)
