“Medannya memang sulit dan melelahkan. Tapi pas sampai rasa
lelahnya langsung hilang. Perjalanan dari Wonosari sekitar satu jam. Saya sudah
beberapa kali ke sini jelang sore hari seperti ini untuk mengambil foto
pemandangan sunset,” ungkap salah seorang pengunjung yang hobi fotografi dari
Bantul bernama Evan Wirahadi pada Rabu (7/11/2024).

Yap, tebing Pantai Midodaren kebetulan menghadap barat daya
sehingga kamu bisa melihat matahari terbenam di cakrawala jika langit sedang
dalam kondisi bersih. Kombinasi antara pemandangan tersebut dengan deburan ombak
menabrak tebing karang yang suaranya menenangkan pikiran tentu luar biasa,
bukan?

Kamu bisa saja duduk-duduk di rerumputan nggak jauh dari
ujung tebing atau menggelar tikar jika membawa sendiri. Kalau pengin, juga ada
persewaan kursi lipat di sana, Millens.

“Kadang saya membawa sendiri minuman dan camilan. Jadi mirip
piknik gitu. Memang pas buat healing
dan ngilangin stres,” terang rekan Evan, Ratri yang juga membawa kamera
sendiri.

Kalau kamu tertarik untuk piknik di Pantai Midodaren
Gunungkidul, siapkan dulu biaya parkir untuk kendaraanmu sebesar Rp5 ribu ya! Selain itu, cek kendaraanmu agar nggak sampai kehabisan bensin ya karena
aksesnya yang nggak mudah. 

Siapkan pula fisikmu agar siap untuk berjalan kaki sekitar
setengah jam dari tempat parkir ke tebingnya. Saat melakukannya, kamu juga
harus berhati-hati agar nggak terpeleset atau jatuh.

Selain menyiapkan hal-hal tersebut, cek pula prakiraan cuaca
agar kamu nggak datang di saat mendung! Jadi, kamu bisa mendapatkan sunset
di Pantai Midodaren, deh. Setuju, Millens?
(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kalau
bicara soal wisata pantai, Gunungkidul juaranya! Di sana, ada puluhan pantai
yang menawarkan keindahan alam yang luar biasa. Salah satu di antaranya adalah
Pantai Midodaren.

Pantai Midodaren cukup jauh dari pusat pemerintahan
Gunungkidul Wonosari, yaitu sekitar 30 kilometer ke arah selatan. Tepatnya di
Kalurahan Kanigoro, Kapanewon Saptosari. Meski jauh, pantai ini cukup layak
untuk dikunjungi karena menawarkan tebing cantik yang cocok dijadikan tempat
piknik.

Perjalanan menuju pantai ini memang cukup menantang karena
medannya cukup naik turun. Artinya, kamu harus memastikan kendaraanmu cukup
prima jika pengin mengunjunginya. Meski begitu, setelah kamu memarkirkan
kendaraan dan melalui jalur naik turun menuju tebing yang dilengkapi dengan
padang rumput yang luas, mata kamu akan langsung dimanjakan dengan pemandangan
cantik khas laut Pantai Selatan.

Di Pantai Midodaren Gunungkidul, kamu bisa menikmati sunset sembari mendengarkan deburan ombak menabrak karang yang menenangkan.

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

Bersatunya keempat negara ini dimulai dari perjanjian yang dilakukan
Kerajaan Inggris dan Kerajaan Skotlandia yang bersatu di bawah Kerajaan Britania
Raya. Pada 1800, Kerajaan Irlandia sempat bersatu dengan Kerajaan Britania Raya.
Tapi, sebagian besar wilayah Irlandia kemudian memisahkan diri membentuk negara
baru pada 1922 dan menyisakan wilayah Irlandia Utara yang masih berada di bawah
pemerintahan Kerajaan Britania Raya.

Nah, jika Kerajaan Britania Raya memakai bendera Union Jack,
empat negara yang masuk wilayah kerajaan tersebut punya bendera
sendiri-sendiri. Skotlandia dengan bendera berwarna dominan biru tua dengan
palang diagonal berwarna putih yang dikenal dengan Saint Andrew, bendera Saint George
Cross yang sering kita lihat saat Timnas sepak bola Inggris bertanding itu,
bendera palang merah diagonal Saint Patrick dari Irlandia Utara, dan bendera
naga merah dengan latar putih dan hijau khas Wales.

Selain Wales, semua negara yang masuk wilayah Britania Raya
menyumbangkan bagian benderanya di bendera Union Jack. Warna biru dominan
dengan palang diagonal putih khas Skotlandia jadi dasar bendera Union Jack.
Palang merah seperti logo plus dari bendera Inggris dimasukkan, ditambah dengan
palang diagonal merah Saint Patrick dari bendera Irlandia Utara.

Kenapa nggak ada naga khas Wales atau setidaknya warna putih
dan hijau dari bendera Wales yang jadi bagian Union Jack? Kalau menurut Oxford International English, hal ini
disebabkan oleh saat Union Jack diperkenalkan secara resmi pada 1801, Wales masih
masuk sebagai bagian dari Inggris pada tahun tersebut sehingga pihak kerajaan
merasa perwakilan benderanya nggak diperlukan.

Pada 1967, barulah Wales dianggap sebagai entitas sendiri
dan nggak masuk bagian dari Inggris. Tapi, Union Jack nggak diubah untuk
mengakomodasi hal ini.

Jadi, sudah terjawab kan mengapa di bendera Union Jack nggak
ada sama sekali bagian dari bendera Wales, Millens?
Padahal, kayaknya seru ya kalau di tengah-tengah bendera tersebut ada naganya?&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Banyak
orang Indonesia yang bingung membedakan Inggris dan Britania Raya. Lebih dari
itu, banyak pula yang bingung mana sebenarnya bendera Inggris yang benar.
Apakah Union Jack yang kerap jadi simbol pop di mana-mana, atau bendera Saint
George Cross yang berupa palang merah dengan latar warna putih?

Biar nggak bingung, kita bahas dulu soal Britania Raya dan
Inggris yang ternyata berbeda. Jadi begini, Inggris itu masuk Britania Raya.
Tepatnya, Britania Raya dengan bendera Union Jack yang sangat populer itu
terdiri atas empat negara, yaitu Inggris dengan wilayah yang paling besar,
Skotlandia yang ada di sebelah utara Inggris, Wales yang ada di sisi barat
Inggris, dan Irlandia Utara yang ada di bagian utara Pulau Irlandia dan
berbatasan langsung dengan Republik Irlandia. 

Keempat negara ini tunduk di bawah pemerintahan Kerajaan
Britania Raya yang kini dipimpin oleh Raja Charles III.

Bendera Inggris, Skotlandia, dan Irlandia Utara masuk jadi bagian bendera Union Jack milik Kerajaan Britania Raya. Tapi, kok nggak ada bagian bendera Wales di sana, ya?

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

“Jumlah penduduk miskin di Jepara pada Maret 2024 sebanyak 80,84 ribu, turun sebanyak 5,91 ribu orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta.

Namun, ada fakta lain yang ironi, Millens. Meski memiliki angka kemiskinan terendah, setengah dari warga Kabupaten Jepada terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sekadar informasi, DTKS adalah data elektronik yang berisi informasi sosial, ekonomi, dan demografi penduduk Indonesia dengan status kesejahteraan terendah. DTKS digunakan sebagai acuan dalam program penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Jika data BPS Kabupaten Jepara menyatakan jumlah penduduk miskin Jepara ada 80,84 ribu, maka berbeda dengan data dari DTKS yang mengatakan bahwa jumlah warga Jepara yang menerima bantuan ada 121.947 orang. Bantuan itu berupa bantuan PKH, bantuan BPNT, maupun bantuan sembako.

Menanggapi hal itu,&nbsp;Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsospermades) Edy Marwoto mengatakan jumlah tersebut jadi sebuah ironi bagi Kabupaten Jepara. Masyarakat Jepara yang terdaftar dalam kategori DTKS, namun ada yang belum jadi bagian penerima bantuan, menurut Edy itu jadi salah satu kategori yang rentan miskin.

”Tidak semua mendapat bantuan,” katanya dikutip dari Radarkudus (7/11/2024).

Alasannya banyak masyarakat Jepara yang terdaftar DTKS itu disebabkan karena pendataan yang telah dilakukan sejak dahulu menggunakan beberapa indikator.

”Dulu sebelum Permensosnya dicabut itu ada desil 1 sampai 4. Sampai dengan rentan. Itu bisa masuk DTKS. Tapi yang dapat bansos yang memenuhi syarat," ujar Edy.

"Paling banyak 99 persen yang penerima bansos DTKS yang dianggap miskin ekstrem dan di atasnya, rentan miskin ekstrem,” paparnya.

Biar nggak terjadi kerancuan data, rencana pihaknya akan mendata ulang seluruh masyarakat Jepara. Kita tunggu saja hasilnya ya, Millens! (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Kabupaten Jepara merupakan kabupaten yang kaya akan berbagai potensi. Di Bumi Kartini tersebut, masyarakat memiliki beragam profesi yang berasal dari banyak aspek. Sebut saja ekspor bahan baku mebel, kerajinan ukiran kayu, hasil laut, kain tradisional, dan pariwisata.

Oleh sebab itu, nggak heran jika Berita Resmi Statistik (BRS) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara menyatakan angka kemiskinan di sana pada tahun 2024 terendah se-Jawa Tengah, yaitu 6,09 persen.

Angka tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 2012, ketika angka kemiskinan di Jepara mencapai 9,38 persen. Nggak hanya itu, Jepara juga berada pada peringkat ketiga di Jateng untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1).

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara menyatakan angka kemiskinan di sana pada tahun 2024 terendah se-Jawa Tengah, yaitu 6,09 persen. Sebenarnya berapa orang miskin di Kabupaten Jepara?

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

Tantangan ini membuat mereka merasa enggan untuk memulai dari nol, apalagi jika sudah lama menjalin hubungan.

Namun, berpegang teguh pada hubungan yang nggak sehat justru bisa menjadi bumerang. Jika hubungan penuh dengan ketidaknyamanan, konflik, atau ketidakcocokan, rasa “sayang” pada investasi yang telah diberikan sering kali nggak cukup untuk membuat hubungan itu layak dipertahankan. Seiring waktu, pasangan bisa kehilangan jati diri, kebahagiaan, dan bahkan kesehatan mental mereka.

Yang perlu diingat, hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung dan membahagiakan, bukan hanya sekadar mempertahankan rasa cinta atau perasaan telah berinvestasi. 

Jika hubungan justru menjadi sumber stres dan ketidakbahagiaan, ada baiknya mempertimbangkan ulang dan menyadari bahwa terkadang, melepaskan adalah langkah terbaik demi kebahagiaan dan perkembangan diri di masa depan. Sebuah investasi emosional nggak pernah benar-benar sia-sia; setiap pengalaman adalah pembelajaran yang berharga.

Mengatasi keengganan untuk mengakhiri hubungan yang nggak sehat memang bukan hal mudah, tetapi beberapa langkah ini dapat membantu:

   Tanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya kamu harapkan dari hubungan ini dan apakah hubungan ini memenuhi harapan itu. Jika ternyata hubungan lebih banyak memberikan stres daripada kebahagiaan, maka mungkin saatnya untuk mempertimbangkan perubahan.

   Ingat bahwa kebahagiaan kamu adalah yang terpenting. Beri prioritas pada kesejahteraan fisik dan mentalmu. Jangan biarkan rasa "sayang" pada hubungan mengalahkan kebutuhanmu untuk hidup dengan nyaman dan bahagia.

3. Jangan Takut Akan Waktu yang Sudah Terlewat

   Melihat hubungan sebagai "investasi" memang wajar, tetapi ingat bahwa setiap hubungan juga adalah pengalaman yang berharga. Meskipun hubungan ini berakhir, pelajaran yang kamu dapatkan bisa menjadi panduan berharga untuk hubungan yang lebih baik di masa depan.

   Curhatlah pada teman atau keluarga yang kamu percayai. Mendengarkan perspektif dari orang lain sering kali membantumu melihat masalah secara lebih objektif dan memberi kekuatan untuk mengambil keputusan yang terbaik.

   Gunakan energi dan waktu yang biasanya kamu curahkan untuk hubungan ini untuk fokus pada diri sendiri. Ikuti hobi, pelajari keterampilan baru, atau kembangkan minat yang sebelumnya mungkin terabaikan. Melihat diri bertumbuh bisa memberikan kepuasan yang menguatkan keputusanmu.

   Jika merasa kesulitan memutuskan, berbicara dengan konselor atau terapis bisa sangat membantu. Terapis dapat membantu kamu mengidentifikasi apa yang membuatmu ragu, menawarkan perspektif baru, dan memberikan cara untuk mengelola emosi.

   Memikirkan apa yang ingin kamu capai dalam hidup dan apa yang kamu butuhkan dari sebuah hubungan bisa memberimu gambaran yang lebih jelas tentang apakah hubungan ini masih layak dipertahankan. Rencana ini juga bisa memotivasi kamu untuk keluar dari hubungan yang nggak sesuai.

8. Sadari Bahwa Melepaskan Bisa Menjadi Bagian dari Pertumbuhan

   Terkadang, mengakhiri hubungan yang nggak sehat adalah langkah terbaik untuk perkembangan dirimu. Proses ini mungkin menyakitkan di awal, tetapi bisa membuka peluang untuk hubungan yang lebih sehat dan bahagia di masa mendatang.

Mengatasi perasaan "sayang" yang membuat kamu bertahan bukan hal mudah, tetapi kebahagiaan dan kesehatan mental kamu adalah hal yang paling penting. Melepaskan sesuatu yang nggak lagi membawa kebaikan akan menjadi langkah awal menuju kebahagiaan dan kedewasaan yang lebih besar.

Jika kamu sedang dalam hubungan nggak sehat seperti ini, pikirkanlah bahwa seumur hidup menghabiskan waktu dengan orang yang salah itu terlalu lama. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Banyak pasangan memilih untuk bertahan dalam hubungan yang nggak lagi sehat bukan hanya karena alasan cinta, tetapi juga karena rasa sayang terhadap waktu, perasaan, dan energi yang telah mereka investasikan.

Mereka kerap menganggap semua hal yang telah mereka lalui bersama sebagai suatu bentuk investasi yang sulit untuk ditinggalkan begitu saja. Namun, keputusan ini sering kali membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan diri mereka sendiri.

Di dalam hubungan jangka panjang, kedua pihak biasanya telah melalui banyak suka dan duka bersama. Proses ini membuat perasaan keterikatan semakin kuat. Banyak orang berpikir bahwa mengakhiri hubungan berarti memulai dari awal lagi seperti mengenal orang baru, menyesuaikan diri, hingga membangun kepercayaan yang sama. 

Apa yang membuat pasangan bertahan meski hubungan sudah nggak sehat?

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

“Setiap buka warung ini sejak 1998 lalu. Saya memang sengaja
menjual sup sapi dengan ciri khas daging yang empuk dan kuah yang gurih.
Makanya, semakin hari semakin ramai. Kini saya bahkan sampai dibantu empat
pegawai,” cerita Bu Murah menjelaskan tentang sejarah tempat makannya
sebagaimana dinukil dari Murianews,
Minggu (29/9/2024).

Selain rasa sup sapi yang mantap, hal lain yang bikin warung
ini selalu dibanjiri pelanggan adalah harga per porsinya yang murah meriah. Maklum,
kamu hanya perlu merogoh Rp10 ribu untuk seporsi sup sapi. Itu pun sudah bonus
nasi. Kalau soal lauk pauk, tentu harus bayar lagi. Tapi, harganya juga ramah
di kantong kok.

“Dalam sehari kami bisa menjual 100 porsi sup sapi. Banyak
pelanggan suka menambahkan tempe goreng kriuk, tahu isi, bakwan, perkedel,
satai telur puyuh, atau aneka keripik dan kerupuk saat makan,” lanjut Bu Murah.

Salah seorang pengunjung di warung tersebut, Fardatun Ni’mah,
sampai memberikan ulasan positif di Google usai mengunjunginya pada awal 2024
ini. Menurutnya, rasa sup sapi di sini memang istimewa.

“Supnya juara asli. Bening, gurih, tanpa rasa lemak melekat.
Lodehnya juga enak nggak manis seperti lodeh di Kudus lainnya. Gorengannya
lengkap,” tulis Fardatun.

Dia juga menyoroti lokasi Warung Sop Sapi Bu Murah yang ada
di tengah perkampungan. Kalau kamu membawa sepeda motor, mungkin nggak akan
masalah mencari tempat parkir. Tapi, kalau kamu membawa mobil, mungkin bakal
sulit karena tempat parkirnya hanya muat 1-2 mobil.

Apapun itu, nggak ada salahnya ya jika kita sesekali wisata
kuliner di Sop Sapi Bu Murah jika sedang ke Kudus dan merasakan sendiri
kelezatannya yang melegenda. Setuju, Millens?
(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Warga
Kudus dikenal lebih memilih untuk mengolah daging kerbau dibandingkan daging
sapi karena alasan tradisi. Tapi, bukan berarti kamu nggak bisa menemukan kuliner
daging sapi yang lezat di sana. Sebagai contoh, kamu bisa lo wisata kuliner di
Sop Sapi Bu Murah yang melegenda sejak 1998 lalu.

Lokasi Sop Sapi Bu Murah ada di Desa Bae, Kecamatan Bae,
tepatnya di Jalan Kauman Nomor 04/01. Di sana, kamu bisa mencicipi sup sapi
kuah bening yang cocok banget disantap dengan nasi hangat dan lauk lezat yang
melimpah.

Jika di tempat lain sup sapi disajikan dengan gajih, di
sini, di setiap sup sapi yang disajikan nggak akan ditemukan gajih. Jadi, yang
kamu nikmati murni potongan daging sapi yang empuk dan mantap!

Harga per porsi Sop Sapi Bu Murah Kudus hanya Rp10 ribu. Di setiap porsinya, kamu nggak akan menemukan gajih alias full daging!

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang mendorong produktivitas dan kompetisi. Budaya ini dapat membuat mereka merasa takut kehilangan peluang atau gagal dalam mencapai tujuan karier. Akibatnya, mereka enggan untuk beristirahat dengan mengambil cuti karena takut akan terlihat kurang berdedikasi.

Paparan terhadap kehidupan yang tampak sempurna di media sosial dapat mempengaruhi generasi Z. Mereka mungkin merasa perlu untuk terus bekerja demi menjaga citra "sukses" di mata teman-teman dan pengikut mereka. Ini dapat mengakibatkan mereka mengabaikan kebutuhan pribadi, termasuk cuti.

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, generasi Z mungkin merasa takut bahwa mengambil cuti akan membuat mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, tren, atau peluang karier. Mereka merasa perlu terus "online" agar tetap relevan.

Beberapa anggota generasi Z mungkin merasa terbebani oleh tekanan ekonomi, seperti utang kuliah atau biaya hidup yang tinggi. 

Hal ini bisa membuat mereka enggan untuk mengambil cuti, khawatir akan dampak finansial yang mungkin timbul.

Karier yang sukses sering menjadi prioritas utama bagi generasi Z. Mereka mungkin merasa bahwa cuti dapat mengganggu progres mereka dalam mencapai tujuan karier. Kehadiran yang konsisten di tempat kerja dianggap penting untuk mendapatkan pengakuan dan kenaikan jabatan.

Karena cuti juga penting untuk meningkatkan produktivitas, karyawan hendaknya memahami bahwa cuti adalah hak yang seharusnya dinikmati, tanpa merasa bersalah. 

Edukasi dan perubahan budaya perusahaan dapat membantu mengurangi stigma ini, memungkinkan generasi Z untuk mengambil cuti dengan lebih percaya diri dan menjaga keseimbangan hidup yang lebih baik.&nbsp;

Nah, untuk menghindari rasa bersalah ini, kamu bisa kok merencanakan cutimu dengan menyelesaikan tugas-tugasmu. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Generasi Z, yang merupakan kelompok muda yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah tumbuh dalam era yang sangat terhubung secara teknologi.

Meskipun cuti merupakan hak pekerja yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup dan produktivitas, generasi ini seringkali merasa bersalah atau enggan untuk mengambil cuti. Kira-kira apa faktor yang menyebabkannya?

Meski cuti adalah setiap karyawan, namun generasi Z menjalaninya dengan rasa bersalah.&nbsp;

1. Budaya Kerja yang Kompetitif

2. Tekanan Sosial Media

3. Ketakutan akan Tertinggal

4. Tekanan Ekonomi

5. Prioritas Karier yang Tinggi