Inibaru.id – Demam K-pop membuat kita sering melihat musik-musik atau drama Korea (Drakor) dari Negeri Ginseng. Nah, karena yang kita lihat adalah dari K-pop, kita pun mengira bahwa fakta kehidupan di Korea Selatan bakalan nggak jauh beda. Padahal, realitanya beda sama yang kita lihat di drakor, Millens.
Memang, Korea Selatan termasuk dalam negara maju. Perkembangan teknologi di sana juga luar biasa. Tapi, realitanya di sana juga ada banyak orang yang hidup susah, Millens. Bahkan, di kota-kota besar seperti Seoul, ada juga lo tempat yang kumuh dan dipenuhi oleh orang miskin.
Kalau menurut data dari OECD Better Life Index, Korea Selatan ternyata masih memiliki masalah kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Ada yang sangat kaya, namun masih ada banyak orang yang harus berjuang dengan keras keluar dari kemiskinan.
Dari sekitar 20 persen populasi paling kaya di sana, punya pendapatan setidaknya pendapatan lima kali lebih besar dari 20 persen populasi paling miskin. Padahal, upah minimum yang ditetapkan pemerintah sudah lumayan tinggi, yakni 9.160 Won atau sekitar Rp 115 ribu per jam.
Jadi, kalau ada drakor yang menunjukkan ada orang miskin atau anak muda yang harus mengambil banyak pekerjaan paruh waktu hanya untuk bertahan hidup, ini sih memang benar adanya, Millens.
Tingkat Bunuh Diri di Korea Selatan Sangat Tinggi
Kasus selebritas Korea yang bunuh diri cukup sering kamu dengar, bukan? Nah, realitanya, tingkat bunuh diri di Korea Selatan adalah yang tertinggi kesepuluh di dunia berdasarkan data WHO per 2017. Faktor penyebabnya banyak, Millens. Ada yang disebabkan oleh kemiskinan, depresi, bullying, dan lain-lain.
Omong-omong, kasus bullying ini juga masih sangat mengkhawatirkan di sana, lo. Nggak hanya di sekolah, hal ini juga sering terjadi di tempat kerja, termasuk di kalangan para selebritas yang kita kira selalu hidup senang dan bergelimang harta.
Di sekolah, banyak siswa yang sampai mengalami depresi parah, melakukan percobaan bunuh diri, hingga mengalami masalah mental lainnya di sana.
Nah, masalah yang dialami anak muda di sana ternyata jauh lebih berat lagi, Millens. Persaingan untuk meraih prestasi di sana juga sangat ketat. Orang-orang tua di sana juga punya obsesi anaknya masuk ke sekolah atau universitas yang bergengsi.
Di banyak tempat, anak-anak muda sampai ikut les atau belajar hingga larut malam hanya demi mendapatkan nilai yang bagus. Karena beban yang mereka alami terlalu berat, otomatis banyak anak muda yang depresi.
Setiap negara memang punya masalahnya sendiri-sendiri, Millens. Kita yang ada di Indonesia pasti juga mengeluhkan banyak hal dan berharap keadaan bakal jadi lebih baik. Tapi, kalau kamu kira semua yang ada di Korea seasyik dan seromantis di Drakor, sepertinya nggak semuanya benar, deh. (Wol/IB09/E05)