Inibaru.id – Pernahkah kamu membayangkan hidup tanpa jam, tanpa batasan waktu kerja, hingga tanpa alarm pagi yang menyebalkan? Itulah yang benar-benar dilakukan warga Pulau Sommarøy di Norwegia. Pulau kecil yang terletak di barat kota Tromsø ini menggemparkan dunia karena memutuskan untuk menjadi zona bebas waktu pertama di dunia.
Sommarøy yang berarti “Pulau Musim Panas” memang punya hubungan unik dengan waktu. Terletak di dalam Lingkar Arktik, pulau ini mengalami fenomena alam ekstrem. Selama musim dingin (sekitar November hingga Januari), matahari tak pernah terbit. Ketika musim panas tiba, keadaannya justru berbalik. Sejak 18 Mei sampai 26 Juli, matahari tidak pernah tenggelam. Bayangkan, siang terus-menerus selama dua bulan penuh!
Kondisi itu membuat ritme kehidupan di Sommarøy berbeda dari tempat lain. Warga bisa memotong rumput pukul empat pagi, mengecat rumah pada tengah malam, atau sekadar nongkrong di pantai sambil ngopi saat jam dua dini hari, karena ya, langit tetap terang benderang.
Dipimpin oleh seorang warga bernama Kjell Ove Hveding, masyarakat setempat mengajukan ide untuk “menghapus waktu” secara resmi. Mereka ingin meniadakan jam kerja dan jam buka toko yang kaku.
“Kami ingin melakukan apa pun yang kami mau, kapan pun kami mau,” kata Hveding dalam wawancaranya dengan media Norwegia NRK, (27/6/2019).
Meski kedengarannya seperti gerakan filosofis melawan stres modern, banyak yang meyakini ide itu sebenarnya bagian dari kampanye pariwisata. Pihak otoritas pariwisata lokal bahkan mengakui bahwa wacana “pulau tanpa waktu” ini berhasil menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara.
Tapi meski hanya dianggap sebagai gimmick, gagasan tersebut tetap memancing perenungan; apakah kita memang sudah terlalu dikendalikan oleh jam?
Seorang profesor filsafat dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia, Truls Egil Wyller, menyebut ide itu menarik. Menurutnya, manusia baru benar-benar diperintah oleh jam sejak dua abad terakhir. Sebelumnya, kita hidup mengikuti ritme alam seperti makan saat lapar, tidur saat lelah, bekerja selama diperlukan.
“Sekarang,” katanya, “semua diatur oleh detik dan menit.”
Meski ide hidup tanpa waktu tampak romantis, penerapannya tentu tak mudah. Beberapa warga Sommarøy sendiri mengaku skeptis. Bayangkan saja repotnya mengatur waktu check-in hotel kalau tak ada jam!
Apa pun itu, kini banyak wisatawan yang datang ke Sommarøy untuk melakukan satu hal unik, yaitu meninggalkan jam tangannya di pagar sebuah jembatan yang ada di pulau tersebut sebagai simbol nggak lagi memakai konsep waktu di sana.
Hm, jadi penasaran seperti apa ya rasanya hidup tanpa konsep waktu di Pulau Sommarøy. Terpikir untuk merasakannya sendiri di sana, Gez? (Arie Widodo/E07)
