Inibaru.id – Sebagai seorang petani, Achmad Kurniawan mengaku keheranan dengan cuaca belakangan ini. Biasanya, pada Mei, frekuensi hujan berkurang karena musim akan berganti dari musim hujan menjadi kemarau. Tapi, realitanya, hujan terus turun setiap hari dengan intensitas yang deras.
Memang, daun bawang yang dia tanam di lereng selatan Gunung Ungaran nggak terpengaruh dengan masih tingginya curah hujan ini. Tapi, tetap saja, anomali cuaca bikin dia jadi bingung kapan musim kemarau bakal dimulai.
“Kemarin-kemarin sempat turun ke Ambarawa dan Kota Semarang karena ada keperluan. Selama perjalanan ke dua tempat tersebut hujannya sangat deras dan bikin sejumlah jalan tergenang. Padahal ini sudah Mei, tapi suasananya seperti di puncak musim hujan di Januari,” ucap Achmad usai memanen daun bawangnya di ladang pada Jumat, (16/5/2025).
Sebagai orang yang kerap memantau berita tentang cuaca di media sosial, dia menyadari tentang adanya prediksi bahwa musim kemarau pada tahun ini lebih pendek dan bahkan disebut dengan kemarau basah yang berarti hujan masih bisa turun selama kemarau.
“Saya ngikutin Twitternya peneliti klimatologi BRIN di Twitter, Profesor Erma Yulihastin. Katanya memang tahun ini kemarau basah,” lanjut Achmad.
Asal kamu tahu saja, nggak hanya di media sosial, Profesor Erma juga menulis artikel di media besar nasional yang menyebut datangnya musim kemarau di sejumlah daerah akan tertunda. Bahkan, dia juga memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia nggak akan mengalami musim kemarau tahun ini!
“Kedatangan musim kemarau di Jawa masih tertunda. Bahkan, sebagian besar wilayah Sumatra bagian selatan, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi nggak akan mengalami musim kemarau karena kriteria untuk disebut kemarau, yaitu minimnya curah hujan dengan intensitas kurang dari 50 milimeter selama tiga dasarian (3x10 hari) berturut-turut, nggak tercapai. Meski begitu, di wilayah lain bakal ada yang tetap mengalami kemarau normal dari Juni sampai September 2025,” ungkap Erma sebagaimana dinukil dari Tempo, Kamis (15/5).
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kemarau di Indonesia hanya akan berlangsung sampai Agustus 2025. Bulan berikutnya, yaitu September sampai November, Indonesia kembali memasuki musim pancaroba alias peralihan dari kemarau ke musim hujan.
“Musim kemarau nggak terlalu panjang, September – November sudah pancaroba lagi,” terang Deputi Bidang Metereologi BMKG Guswanto pada Kamis (15/5).
Penyebab dari hal ini adalah adanya fenomena La Lina lemah yang akhirnya bikin curah hujan di Tanah Air meningkat. Kondisi ini memang berangsur akan berkurang. Tapi pada akhirnya berimbas pada pendeknya durasi musim kemarau tahun ini.
Yap, prediksi sudah diumumkan. Cuacaq pada Mei 2025 ini memang nggak jauh beda dengan Januari. Kita pun tinggal menunggu Juni nanti apakah bakal sama saja atau sudah mulai berkurang intensitas hujannya. (Arie Widodo/E05)
