Inibaru.id – Anak-anak yang mengenyam pendidikan di PAUD Sekolah Kucica seta Playgroup TK MOMICO Ungaran berkunjung ke Vihara Buddhagaya Watugong. Begitu memasuki halaman tempat ini, mereka langsung bersemangat untuk menaiki tangga ke arah Pagoda.
Namanya juga anak-anak, mereka seperti nggak mengindahkan arahan dari dua pendamping yang berasal dari Yayasan Buddhagaya. Padahal, seharusnya mereka masuk ke ruang Dhammasala dulu. Meski begitu, reaksi anak-anak langsung berubah tatkala melihat patung Buddha yang tinggi besar di tengah ruangan.
“Inilah Buddha, gurunya para umat Buddha,” ujar dua pendamping dari Yayasan Buddhagaya Wiwik dan Sehati sembari melihat ekspresi takjub dari anak-anak dengan usia dua sampai enam tahun tersebut.
Usai menjelaskan soal siapa Buddha, Wiwik dan Sehati juga nggak lupa meminta anak-anak untuk selalu menghormati anak-anak dan guru.
Setelah itu, mereka pun membiarkan anak-anak berkeliling Pagoda yang dihiasi berbagai ornamen menarik layaknya patung, lampion, hingga pohon Bodhi.
Menurut Kepala Sekolah Kucica Ertania Johana Maryasamara, sekolahnya memang sengaja melakukan kegiatan outing bagi anak-anak di Vihara Buddhagaya Watugong sebagai cara untuk memperkenalkan keberagaman di usia dini. Di samping itu, pemilihan tempat ini juga dianggap cocok dengan momentum Hari Raya Imlek 2022 yang jatuh pada 1 Februari.
“Kegiatan tatap muka terbatas ini kami manfaatkan untuk mengenalkan anak pada keberagaman agama dan budaya Indonesia, sehingga dapat memberikan pengalaman positif yang dapat dikenang anak-anak,” ungkap Ertania.
Meski sama sekali nggak didampingi orang tuanya, anak-anak ini terlihat antusias untuk melihat sekeliling. Bahkan, muncul pertanyaan khas anak-anak yang penasaran dengan hal yang baru mereka lihat.
Contohlah, siswa kelas TK B Tara Raya mengungkap pertanyaan menggelitik; “Bu Guru, mengapa di atas pohon teratai Dewi Kwam Im tidak ada kodoknya?”
Sementara itu, Aig yang juga dari kelas TK B bertanya tentang lampion dan baju Cheongsam berwarna merah dan emas, serta adanya permen atau jeruk yang pernah dia lihat di karakter Mei-Mei yang ada di animasi Upin dan Ipin.
Pengelola PAUD MOMICO Sri Maslihah menyebut dua sekolah memang sengaja melakukan kolaborasi outing demi memberikan pelajaran tentang saling menghargai meski berbeda agama, suku, dan budaya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penjelasan tentang toleransi oleh pemandu dari Yayasan Buddhagaya saat rombongan berada di bawah pilar Ashoka. Omong-omong, pilar ini adalah simbol tepa selira yang artinya adalah saling menghargai atas berbagai perbedaan.
Outing ini kemudian ditutup dengan anak-anak yang menikmati rindangnya pohon Bodhi. Di bawah pohon berukuran besar ini, mereka terlihat asyik menikmati ornamen-ornamen seperti lampion berwarna merah, naga, hingga bunga teratai besar yang memanjakan mata.
Hm, semoga pengalaman ini bisa menanamkan toleransi antarumat beragama sejak dini ya, Millens? (IB09/E05)