BerandaHits
Sabtu, 27 Sep 2025 09:01

Bisnis Padel di Swedia dan Chile Meredup, Indonesia Bagaimana?

Penulis:

Bisnis Padel di Swedia dan Chile Meredup, Indonesia Bagaimana?Arie Widodo
Bisnis Padel di Swedia dan Chile Meredup, Indonesia Bagaimana?

Mulai booming di Indonesia, bisnis padel di Swedia dan Chile malah meredup. (Mosaic Intelligence)

Di tengah makin boomingnya olaraga padel di Indonesia, bisnis padel di Swedia dan Chile justru dikabarkan mulai ambruk. Apakah mungkin hal serupa bakal terjadi di Tanah Air nantinya?

Inibaru.id - Padel, olahraga raket asal Spanyol yang sempat menjadi fenomena global, kini sedang menghadapi masa-masa sulit di beberapa negara, terutama Swedia dan Chile. Dari yang awalnya digemari berkat euforia besar-besaran, kini pelaku bisnis di dua negara tersebut mulai mengalami kebangkrutan. Fenomena ini memberikan pelajaran penting bagi para investor, termasuk di Indonesia.

Padel: Dari Tren ke Krisis

Sejak 2016, Swedia menyaksikan lonjakan popularitas padel yang sangat pesat. Bahkan, selama pandemi COVID-19, padel menjadi aktivitas fisik yang sangat digemari karena minimnya kontak fisik dan kemudahan aksesnya. Lapangan padel pun muncul di hampir setiap sudut Swedia. Hingga 2021, jumlah lapangan padel melesat lebih dari 1.000%, dan olahraga ini sempat dijuluki "olahraga nasional baru".

Namun, begitu pembatasan pandemi dicabut dan kehidupan kembali normal, industri ini mulai mengalami penurunan tajam. Satu per satu, lapangan padel yang sebelumnya ramai kini kosong, dan banyak bisnis yang terpaksa gulung tikar.

Pada 2023, lebih dari 90 perusahaan padel di Swedia bangkrut, dan ribuan lapangan terpaksa ditutup. Sementara itu, salah satu raksasa padel, We Are Padel, mengalami kerugian besar hingga memutuskan untuk melakukan restrukturisasi. Bisnis yang semula menjanjikan kini terperosok dalam krisis, dengan banyak lapangan padel tak terpakai dan biaya operasional yang semakin membengkak.

Fenomena yang Sama di Chile

Bisnis padel mulai meredup sejak pandemi Covid-19 berakhir. (Bloomberg)
Bisnis padel mulai meredup sejak pandemi Covid-19 berakhir. (Bloomberg)

Di Chile, fenomena serupa terjadi. Setelah padel meroket pasca-pandemi, banyak klub olahraga dibuka di seluruh negeri. Namun, pada 2024, sekitar 80–100 klub padel di Chile terpaksa tutup akibat penurunan minat yang tajam, inflasi, dan daya beli masyarakat yang melemah.

Di kedua negara ini, penyebab utama ambruknya bisnis padel adalah ekspansi yang terlalu cepat dan tak terkendali. Banyak lapangan yang dibangun tanpa memperhitungkan permintaan jangka panjang. Ditambah lagi, setelah euphoria di masa pandemi mereda, minat masyarakat pun ikut menurun, menyebabkan lapangan-lapangan padel kosong, terutama di luar jam sibuk.

Pelajaran untuk Indonesia

Fenomena ini memberikan pelajaran penting bagi Indonesia yang saat ini sedang mengembangkan industri padel. Meskipun olahraga ini mulai populer di Jakarta, Bali, Surabaya, dan Samarinda, investor harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam euforia sesaat.

Bisnis padel perlu didasari oleh studi pasar yang mendalam dan pemetaan permintaan yang realistis. Pengembangan lapangan padel harus mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang dan tidak hanya berbasis tren. Tanpa perencanaan yang matang, risiko kebangkrutan seperti yang terjadi di Swedia dan Chile bisa terjadi di Indonesia juga.

Meskipun saat ini pasar padel di beberapa negara masih menjanjikan, penting untuk diingat bahwa keberhasilan jangka panjang memerlukan lebih dari sekadar mengikut tren. Dibutuhkan strategi yang tepat untuk memastikan industri ini tidak hanya menjadi sensasi sesaat. Setuju, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved