Inibaru.id - Masih ingat nggak, waktu kecil saat main di halaman rumah atau sawah, terus tiba-tiba muncul titik-titik cahaya kecil beterbangan di kegelapan malam? Yap, itu dia si kunang-kunang, serangga mungil yang sinarnya bikin malam terasa magis. Sayangnya, pemandangan itu sekarang nyaris tinggal kenangan. Banyak orang mulai bertanya-tanya apakah kunang-kunang mulai punah?
Bukan tanpa alasan pertanyaan itu muncul. Di banyak negara, populasi kunang-kunang memang menurun drastis. Di Amerika Utara misalnya, sekitar 11 persen spesiesnya sudah terancam punah. Sementara di India, ada daerah yang dulunya punya ratusan ekor per beberapa meter persegi, kini tinggal belasan saja.
Para ahli memperkirakan populasi serangga ini di seluruh dunia turun sekitar 1–2 persen tiap tahun. Kalau terus begini, bisa jadi kita bakal menjadi generasi terakhir yang menyaksikan kelap-kelip alami itu.
Tapi tunggu dulu. Menurut peneliti BRIN, Thomas Djamaluddin, bukan berarti kunang-kunang sudah benar-benar hilang.
“Kalau pun masih ada, mereka kalah terang oleh cahaya lampu,” ujarnya sebagaimana dinukil dari Kompas, Jumat (13/6/2025).
Polusi cahaya jadi salah satu biang kerok utama mengapa kunang-kunang jadi hewan yang kini langka. Di kota yang terang benderang, kunang-kunang sulit terlihat, dan bahkan bisa terganggu proses kawinnya. FYI aja nih, mereka berkomunikasi lewat cahaya. Jadi, bayangkan saja betapa susahnya mencari pasangan sesama kunang-kunang kalau “panggung” malamnya kalah terang dari lampu di segala arah.
Selain cahaya berlebih, dosen biologi UGM, Hari Purwanto menyebut ada beberapa penyebab lain yang bikin kunang-kunang semakin langka, yaitu perubahan iklim, alih fungsi lahan, polusi, dan penggunaan insektisida.
Baca Juga:
Siswa di Spanyol Akan Diberi Pelajaran Menghadapi Bencana Akibat Krisis Iklim, Indonesia Kapan?“Rawa-rawa dan sawah itu habitat penting kunang-kunang. Begitu berubah jadi pabrik atau perumahan, ya hilanglah rumah mereka,” jelasnya. Insektisida juga punya andil karena zat kimia itu bukan cuma membunuh hama, tapi juga hewan kecil yang jadi makanan kunang-kunang.
Padahal, kunang-kunang punya peran penting di alam. Mereka itu predator alami bagi beberapa hama pertanian. Artinya, kalau populasi mereka menurun, ekosistem juga bisa ikut terganggu. Ironis banget kan, serangga yang dulu membantu menjaga keseimbangan alam kini justru terancam akibat ulah manusia.
Tapi jangan buru-buru pesimis dulu. Menurut Hari, masih ada harapan. Kita bisa membantu kunang-kunang dengan cara sederhana, yaitu mengurangi penggunaan insektisida, menjaga rawa dan sawah agar tidak mudah dialihfungsikan, serta mengendalikan polusi cahaya di malam hari.
Jadi, apakah kita benar-benar generasi terakhir yang bisa melihat kunang-kunang? Jawabannya tergantung pada langkah kita sekarang. Kalau terus cuek, mungkin iya. Tapi kalau mulai peduli, mungkin anak cucu kita masih bisa menikmati keindahan cahaya kecil yang menari di gelapnya malam, Gez. (Arie Widodo/E07)
