Inibaru.id - Banyak orang masih percaya kalau sosok pemimpin haruslah cerewet, supel, dan selalu jadi pusat perhatian. Akibatnya, mereka yang jarang bicara sering kali dianggap nggak cocok duduk di kursi kepemimpinan. Padahal, anggapan itu hanyalah mitos yang belum tentu berdasar.
Kepribadian introvert kerap dilekatkan pada label “penyendiri” atau “pemalu”. Padahal, dilansir Healthline, introversi bukan sekadar soal pendiam atau tidaknya seseorang, melainkan bagaimana ia mengumpulkan energi. Seorang introvert akan merasa lebih bertenaga setelah merenung atau menghabiskan waktu sendiri, sementara ekstrovert mendapatkan energi dari keramaian dan interaksi sosial.
Dalam dunia kerja, label negatif pada introvert justru sering memupus peluang mereka. Salah satu mitos yang paling sering terdengar adalah “introvert tak cocok jadi pemimpin.” Namun, faktanya berbanding terbalik. Profesor Adam Grant dari Wharton School of the University of Pennsylvania menegaskan bahwa introvert bisa menjadi pemimpin yang sangat efektif, khususnya ketika memimpin tim yang proaktif. “Pemimpin introvert justru lebih berkembang saat mendengarkan saran dan masukan dari tim,” terang Grant dalam Inc.
Introvert dikenal cermat dalam menganalisis situasi sebelum mengambil keputusan. Alih-alih terburu-buru bertindak, mereka lebih suka mengevaluasi berbagai kemungkinan. Karakter ini membuat banyak keputusan penting lebih matang dan penuh pertimbangan.
Mitos lain yang tak kalah populer adalah anggapan bahwa introvert nggak pandai berinteraksi sosial. Padahal, studi yang diterbitkan di "Journal of Personality and Social Psychology" menemukan bahwa introvert juga bisa merasa berenergi saat berbincang dengan orang lain. Hanya saja, mereka memang cenderung cepat merasa kewalahan jika terlalu lama berada di tengah keramaian.
Dalam hal public speaking, introvert pun nggak kalah bersinar. Dilansir Inc, kemampuan komunikasi publik bukanlah bakat bawaan semata, melainkan keterampilan yang bisa diasah siapa saja, termasuk introvert.
Jadi, kalau kamu termasuk orang yang lebih senang suasana tenang, nggak perlu berkecil hati. Menjadi pemimpin bukan hanya soal seberapa keras suara kita, tapi seberapa baik kita mendengarkan, berpikir matang, dan membuat tim merasa dihargai.
Yuk, berhenti menghakimi kapasitas seseorang hanya dari gaya kepribadian. Dunia kerja yang sehat justru butuh keberagaman cara berpikir dan memimpin. Betul nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun)