Inibaru.id - Sebentar lagi kita bertemu dengan tanggal merah lagi di kalender. Kali ini tanggal merah yang jatuh di hari Sabtu (30/7) itu merupakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam 1444 H. Hijriah atau sering disebut kalender lunar merupakan sistem penanggalan berdasarkan perjalanan bulan mengelilingi bumi.
Di hari yang sama, sistem penanggalan jawa juga sedang berganti tahun. Jika dalam kalender Islam hari pertama disebut 1 Muharam, pada kalender Jawa disebut dengan 1 Sura.
Karena hari pertama tahun baru Hijriah dan tahun baru Jawa selalu sama dan keduanya memiliki 12 bulan tiap tahunnya, banyak orang mengira kedua jenis penanggalan itu nggak ada bedanya. Tapi tahukah bahwa keduanya mempunyai sejarah yang berbeda?
Sejarah Kalender Hijriah
Sistem kalender Hijriah dibuat pada abad ke-7, pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Kalender ini kemudian dipakai oleh umat muslim sejak 17 tahun usai Nabi Muhammad SAW meninggal. Istilah hijriah sendiri diambil dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi.
Satu Muharam pada 1 Hijriah dimulai pada 15 Juli 622 Masehi. Setelah itu, penanggalan ini terus dipakai umat muslim di negara-negara Islam seluruh dunia. Dalam menetapkan waktu puasa Ramadan, Idulfitri, ibadah haji masyarakat muslim berpatokan pada tanggalan ini.
Bulan-bulan pada kalender hijriah pastilah sudah nggak asing di telinga kita kan, Millens? Diawali dengan Muharam, lalu hingga ke bulan dua belas adalah Shafar, Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Zulqadah, Dzulhijjah.
Sejarah Kalender Jawa
Sebelum menerapkan Kalender Jawa, masyarakat Jawa menggunakan Kalender Saka dari India berdasarkan pergerakan matahari. Hal ini membuat kalender Saka sangat berbeda dengan kalender Hijriyah yang memakai dasar pergerakan bulan.
Perbedaan tersebut membuat perayaan adat kerajaan jadi nggak selaras dengan perayaan hari besar Islam. Sultan Agung yang memerintah Kesultanan Mataram pada 1613 sampai 1645 resah dengan hal itu kemudian memprakarsai perpaduan antara kalender Saka dengan kalender Hijriah. Sejak saat itulah, muncul kalender Sultan Agungan yang kita kenal sebagai Kalender Jawa sekarang.
Sama dengan Kalender Masehi dan Kalender Hijriah, Kalender Jawa memiliki 12 bulan, yaitu Sura Sapar, Mulud, Ba'da Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Apit, dan Besar.
Jadi, sudah mengerti soal sejarah keduanya, Millens? Ya, meski memiliki sejarah dan angka tahun yang berbeda, pada dasarnya Kalender Hijriah dan Kalender Jawa adalah sama. Yang membedakan keduanya hanyalah penyebutan dan tradisi yang mengiringinya.
Jika 1 Muharam dimaknai dengan penuh kesucian dan introspeksi untuk meningkatkan kadar keimanan, 1 Sura memiliki makna yang lain. Seringkali orang mengidentifikasikan malam 1 Sura dengan malam yang sakral dan mistis.
Meski ada perbedaan dalam menyikapi, dua tahun baru itu sama-sama memiliki tradisi untuk menyambutnya. Di daerahmu perayaan apa yang sedang dipersiapkan warga untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan Tahun Baru Jawa, Millens? (Gra,Kom,Tir/IB09/E10)
