Inibaru.id - Permakaman ini sekilas tampak sama dengan permakaman pada umumnya: sunyi dan senyap. Yang membuatnya berbeda, sebagian besar kuburan tampak baru. Penggali kuburnya berhazmat dan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Berlokasi di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tempat itu memang bukanlah permakaman biasa, tapi kuburan untuk pasien pengidap Covid-19. Di lokasi tersebut, seorang lelaki paruh baya menjadi tukang gali kuburnya. Orang-orang memanggilnya Mbah Juri.
Lelaki 73 tahun ini merupakan seorang sukarelawan. Hingga kini, nggak kurang dari 280 jenazah telah dikuburkannya. Semuanya tanpa penghasilan yang pasti, hanya penggali kubur yang, jika beruntung, mendapat imbalan ala kadarnya.
Sebagian besar penggali kubur di permakaman umum memang biasanya begitu. Namun, tentu saja yang dilakukan Mbah Juri ini berbeda. Yang dia kuburkan adalah pengidap virus yang dalam delapan bulan ini telah meruntuhkan hampir semua negara di seluruh dunia. Apa dia nggak takut tertular?
"Tidak. Tidak takut," jawab lelaki yang dalam keseharian juga bekerja sebagai petani tersebut. "Saya ikhlas menolong sesama dan bersyukur atas nikmat yang sudah Allah SWT berikan."
Kendati nggak merasa takut, bukan berarti dia nggak menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Dia memiliki keluarga yang harus dilindungi.
Saat ini Mbah Juri memiliki empat anak dan sembilan cucu. Untuk hidup sehari-hari, dia menjadi petani singkong yang tempatnya nggak begitu jauh dari permakaman khusus Covid-19 di Mijen tersebut. Dia kadang mendapat sedikit imbalan dari keluarga pasien Covid-19 yang dimakamkan di tempat itu.
Di tengah kondisi yang serba sulit ini, rupanya masih ada orang yang mau membantu sesamanya. Sehat terus, Mbah Juri! (Triawanda Tirta Aditya/E03)