Inibaru.id - Penambahan sejumlah klaster baru penderita Covid-19 di Kota Semarang membuat kebijakan new normal di Kota Lunpia kembali ditinjau ulang. Walikota Semarang Hendrar Prihadi bahkan sempat meminta warganya untuk melupakannya. Namun, bagaimanakah kondisi sebenarnya?
Harus diakui, dalam beberapa hari terakhir, sejumlah titik di Kota Semarang memang nggak lagi lengang. Ruang publik semisal Lapangan Pancasila sudah dipenuhi aktivitas warga. Tiap sore, nggak sulit menemukan orang berolahraga di lapangan yang lebih dikenal sebagai Simpang Lima itu.
Setali tiga uang, tempat ibadah pun telah berfungsi seperti sedia kala, misalnya Masjid Kauman Semarang. Tempat ibadah yang bersebelahan dengan Pasar Johar itu telah kembali menggelar salat berjemaah setelah sebelumnya ditiadakan, kendati kini menerapkan aturan baru yang lumayan ketat.
Sementara, sejumlah pihak di dunia pariwisata juga mulai ancang-ancang, taruhlah misalnya sektor perhotelan. Untuk "merayu" pelanggan, beberapa hotel di Kota ATLAS terlihat menerapkan protokol kesehatan. Mereka berharap, ini bakal membuat konsumen merasa aman untuk menginap.
Seperti Bom Waktu
Siap atau tidak, diizinkan atau tidak, agaknya ke-"normal"-an itu pasti bakal dilakukan warga. Ini seperti bom waktu. Pertanyaannya, siapkah masyarakat menerapkan kelaziman baru tersebut?
Melihat aktivias warga di pelbagai ruang publik, sepertinya kemungkinan itu terlalu muluk. Lihatlah, sebagian orang masih enggan memakai masker! Namun, bukan berarti tanpa harapan. Nggak sedikit kok yang mulai membuat sistem penunjang new normal!
PO Hotel Semarang, misalnya, tampak menyeriusi kemungkinan itu dengan menerapkan sejumlah protokol kesehatan, mulai dari penyemprotan disinfektan hingga kewajiban menggunakan masker dan sarung tangan untuk pekerjanya.
Protokol tersebut juga dilakukan layanan jasa ojek daring Gojek. Kalau kamu naik ojek mobil, ada sekat pembatas antara penumpang dan pengemudi. Gojek juga memberikan penyemprotan disinfektan gratis kepada seluruh mitra driver mereka.
Hal serupa juga dilakukan di pasar swalayan. Mereka mewajibkan pembeli mengenakan masker. Partisi juga dipasang di meja kasir untuk meminimalisasi penularan virus corona.
Nggak mau ketinggalan, sektor pendidikan yang mungkin saat ini paling mendapat sorotan juga mulai berbenah. SMAN 5 Semarang, misalnya, mencoba memberi jarak antarkursi untuk siswa.
Kendati belum ada kejelasan kapan sekolah bakal dipakai belajar, fasilitas penunjang seperti hand sanitizer dan alat pengecek suhu tubuh juga telah disiapkan.
Hm, terlihat meyakinkan, bukan? Namun, sebagus apa pun sistem diciptakan, jika para pelakunya nggak mau menerapkan sistem tersebut, rasanya bakal percuma. Jadi, siap new normal atau tidak, semua ada di tangan kita. Akur? (Triawanda Tirta Aditya/E03)