inibaru indonesia logo
Beranda
Adventurial
Ziarah ke Makam Syekh Sadzali Rejenu, Berharap Keberkahan dan Ketenangan dari Tuhan
Jumat, 14 Jul 2023 14:00
Penulis:
Hasyim Asnawi
Hasyim Asnawi
Bagikan:
<i>Gapura menuju Makam Syekh Sadzali Rejenu Japan, Dawe, Kudus. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)</i>

Gapura menuju Makam Syekh Sadzali Rejenu Japan, Dawe, Kudus. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Berziarah ke makam Syekh Sadzali Rejenu di lereng Gunung Muria Kudus, saya merasakan ketenangan hati. Meski akses mencapai makam nggak mudah, tapi setimpal dengan suasana sunyi yang saya idam-idamkan.

Inibaru.id - Berkunjung ke lereng Gunung Muria di Kabupaten Kudus, saya nggak hanya bisa berziarah ke makam Sunan Muria. Sebab, di situ ada satu lagi tokoh besar yang makamnya juga ramai didatangi para peziarah baik dari dalam maupun luar Kota Kudus.

Ulama yang konon sudah menyebarkan agama Islam seratus tahun lebih dulu ketimbang Walisongo itu bernama Syekh Sadzali atau Syekh Abu Hasan Sadzali. Oleh Masyarakat sekitar, nama itu lebih dikenal dengan Syekh Sadzali Rejenu.

Untuk informasi, Rejenu merupakan nama lokasi makam tersebut, Millens. Makam tokoh yang menurut keterangan warga merupakan ulama asal Bagdhad, Irak itu ada di Rejenu Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kudus. Lokasi tersebut masih satu wilayah di Hutan Argopiloso lereng Gunung Muria.

Untuk menuju Makam Syekh Sadzali Rejenu, saya harus menempuh perjalanan sekitar 15 menit dari pintu masuk Desa Japan. Jika dihitung dari pusat kota, untuk sampai ke lokasi saya harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer dalam waktu 40 menit.

Jalan yang Curam

<i>Seorang peziarah sedang berjalan melewati tangga setapak menuju lokasi makam. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)</i>
Seorang peziarah sedang berjalan melewati tangga setapak menuju lokasi makam. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Memasuki gang menuju makam, saya disuguhi jalanan yang nggak mudah untuk dilalui. Ya, tebing-tebing dan lereng di sana cukup menantang adrenalin. Meskipun sudah diaspal, tanjakannya yang cukup curam mengharuskan setiap pengendara motor harus berkonsentrasi penuh.

Bagi para peziarah luar Kudus, biasanya menggunakan jasa tukang ojek wisata yang selalu ada di gang masuk arah makam. Mereka menawarkan tumpangan menuju lokasi. Cukup membayar Rp10 ribu, peziarah tinggal membonceng motor sembari menikmati pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan.

Sesampainya di parkiran makam, suasana sunyi semakin terasa. Suara-suara alam terdengar jelas di telinga saya. Sesekali, saya melihat monyet hingga tupai bergelayutan di atas pohon. Keasrian alam di makam ini masih terjaga.

<i>Larangan memetik atau merusak taman bunga yang ada di makam.&nbsp;(Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)</i>
Larangan memetik atau merusak taman bunga yang ada di makam. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Di samping kanan dan kiri jalan setapak menuju makam, beberapa warung kopi tampak buka. Terlihat beberapa peziarah, tukang ojek dan penjaga warung sedang ngopi sambil bercengkerama.

Sebuah gapura dari batu bata menyambut setiap peziarah yang masuk ke area makam. Kesan sepi dan tenang semakin terasa ketika saya masuk ke makam untuk mengirim doa kepada sang ahli kubur.

Sekilas tentang Syekh Sadzali Rejenu

Usai berziarah, saya berniat untuk sejenak menikmati kesunyian yang ada di lingkungan makam. Sembari berkeliling, saya sempat mengobrol dengan juru kunci makam, Sarono.

Darinya saya tahu bahwa Syekh Sadzali Rejenu ini merupakan ulama sufi dan saudagar kaya yang menyebarkan agama Islam. Kedatangannya ke Muria adalah untuk uzlah atau menyepi, meninggalkan hal duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Cerita tersebut diperoleh Surono setelah para pengurus makam sowan ke Habib Luthfi, seorang ulama terkenal asal Pekalongan, Jateng.

Habib Luthfi juga menyampaikan Syekh Sadzali menyebarkan agama lewat jalur dagang. Sebelum ke Rejenu, Syekh Sadzali juga singgah ke berbagai wilayah. Dia kemudian singgah ke Muria yang saat itu masih berupa pulau dengan kapal dagangnya.

<i>Seorang pemuda asal Pati tengah berziarah di dalam makam&nbsp;Syekh Sadzali Rejenu.&nbsp;(Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)</i>
Seorang pemuda asal Pati tengah berziarah di dalam makam Syekh Sadzali Rejenu. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Informasi lain yang saya dapatkan adalah Syekh Sadzali sudah menyebarkan agama Islam sekitar tahun 1.200-an silam. Hal ini terbukti dari ditemukannya batu bata bertuliskan 1267 ketika menggali pondasi. Itu menunjukkan bahwa keberadaan Syekh Sadzali sekitar tahun 1267. Sayangnya, kini batu bata itu sudah hilang.

“Ceritanya, sekitar tahun 1920 ada tiga orang timur tengah yang mencari leluhurnya. Kemudian diantar ke Hutan Argopiloso untuk melihat makam tak bernama yang penuh lumut halus. Mereka lalu mengambil tanah dan menciumnya. Seketika langsung berkumandang takbir dan berkata bahwa ini makam leluhur kami,” jelas Sarono.

Itulah sedikit cerita yang saya tahu soal seseorang yang makamnya ada di tengah kesunyian Rejenu. Tujuannya datang ke tanah Muria untuk mendapatkan ketenangan dan menyatu dengan alam tampaknya memang menjelma nyata.

Pantas saja, orang-orang yang berziarah ke sini, selain untuk mendoakan ulama yang sudah meninggal, juga untuk mencari ketenangan, kedamaian, dan kesejukkan. Demikian juga dengan saya. Nah, kamu juga bisa mlipir ke sini jika merasa suasana di kota semakin terasa suntuk dan membosankan ya, Millens? (Hasyim Asnawi/E10)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved