Inibaru.id – Di kota selain Yogyakarta, Titik Nol Kilometer biasanya ditandai dengan patok batu/semen tertentu, tapi di Kota Budaya tersebut Titik Nol KM berupa perempatan besar yang selalu ramai dengan lalu lintas kendaraan. Mau jam berapa pun kamu datang ke sini, Nol KM Jogja nggak pernah sepi.
Beragam kegiatan wisatawan, perputaran ekonomi, dan aktivitas pemuda kreatif tumplek. Dari karnaval, pertunjukkan, konser, hingga demonstrasi. Eits, nggak kalah penting beragam landmark khas Yogyakarta juga berdiri dengan gagah dan megah di tempat ini. Penasaran?
Kantor Pos Besar Yogyakarta
Kantor Pos Besar yang masih berfungsi di pusat Kota Yogyakarta. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Letak Nol Kilometer di setiap kota pasti nggak lepas dan nggak jauh dari Kantor Pos. Sebab pada zaman Belanda titik nol km ditentukan dari letak Kantor Pos Pusat masing-masing kota di Pulau Jawa.
Kantor Pos Besar Yogyakarta dibangun pada 1912 dan dirancang oleh insinyur-insinyur yang tergabung dalam Burgerlijke Openbare Werken (BOW). Sampai sekarang gedung tersebut masih terawat dan berfungsi sebagai kantor pos seperti pada umumnya.
Gedung Bank Indonesia Yogyakarta
Bank Indonesia yang awalnya merupakan De Javasche Bank Djogdjakarta. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Gedung BI Jogja terletak di sebelah timur Titik Nol KM. Sejarahnya dibangun pada 1879, awal berdiri sebagai kantor cabang De Javasche Bank Djogdjakarta. Letak bank yang berada di jantung kota membuat perputaran uang di sana semakin besar karena adanya perdagangan yang meningkat.
Setelah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X tanggal 17 Februari 2012, kamu bisa mengunjungi Gedung BI ini dan melihat galeri di sana.
Museum Serangan Umum 1 Maret 1949
Museum ini biasanya digunakan untuk panggung pertunjukkan. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Monumen ini didirikan untuk memperingati pertempuran antara tentara Indonesia melawan Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Saat itu dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dan para tentara berhasil mengamankan Indonesia.
FYI, tempat ini sering digunakan untuk melakukan beragam pertunjukan bertema kesenian daerah bagi warga dan mahasiswa pendatang.
Gedung Bank BNI 46
Dulu Gedung BNI 46 Jogja merupakan perusahaan asuransi jiwa. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Dulunya Gedung BNI 46 Jogja ini merupakan kantor Nederlandsch Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij (NIILMIJ), yaitu perusahaan asuransi jiwa yang didirikan C.F.W. Wiggers van Kerchen. Dibangun pada 1921 dengan langgam art deco khas Eropa.
Pada masa Jepang sempat menjadi kantor radio Jepang (Hoso Kyoku) dan setelah Jepang hengkang digunakan pula sebagai gedung rintisan Radio Republik Indonesia (RRI).
Museum Batik Yogyakarta
Museum Batik ditandai dengan relief dari logam berukir batik. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Monumen ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai penanda bahwa Yogyakarta dikukuhkan sebagai “Kota Batik Dunia” (world Batik City) oleh World Craft Council pada 2014. Juga sebelumnya pada 2009 UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai “Warisan Budaya Tak Benda” (The Intangible Cultural Heritage of Humanity). Letak monumen ini tepat berada di seberang Museum Serangan Umum 1 Maret 1949.
Tempat-tempat ini bisa menjadi rekomendasi bagus untuk nongkrong sama teman-temanmu atau untuk merasakan selaksa sajian khas Yogyakarta. Jadi ingat lagu Kla Project deh, ha-ha. Nikmati bersama, suasana Jogja... (Isma Swastiningrum/E05)