Inibaru.id - Pekerjaan yang menyita waktu membuat Marthalia Santika terpaksa mencuri-curi waktu agar bisa traveling, hobi yang telah digelutinya sejak duduk di bangku kuliah sekitar 11 tahun silam. Meski singkat, baginya piknik bareng keluarga adalah sebuah keharusan.
"Dalam seminggu, paling-paling aku bisa libur cuma satu hari. Kebetulan suami pekerja lepas, jadi kami bisa atur waktu pergi ke mana begitu, meski sejenak," kata ibu satu anak yang saat ini tinggal di Kabupaten Batang tersebut, Minggu (22/6/2025). "Dekat-dekat saja. On budget, yang penting hepi."
Setali tiga uang, Aristya Wicaksana pun melakukannya begitu punya waktu luang. Traveling, menurut Wicak, nggak harus dengan menempuh perjalanan jauh karena baginya semua tempat bisa menjadi lokawisata selama di situ dirinya nggak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan.
"Bujet cekak, nggak usah sok-sokan. Mancing di bantaran sungai dekat rumah, pergi ke pasar loak, motoran ke tempat teman yang agak jauh, atau kulineran di warung pinggir jalan yang masuk-masuk ke gang sempit; selama nggak kerja, saya anggap traveling," kelakar pemuda asal Salatiga ini, Senin (23/6).
Hidden Gem di Dekat Rumah
Keinginan untuk piknik meski terbentur waktu dan bujet membuat sebagian orang memutuskan untuk melakukan liburan singkat di tempat-tempat yang nggak terlalu jauh dari rumah, sebagaimana dilakukan Martha dan Wicak.
Liburan singkat ke tempat menarik di dekat rumah yang belakangan ngetren di kalangan anak muda tersebut dikenal sebagai micro‑tourism. Tren tersebut kian digandrungi di tengah kondisi ekonomi yang kurang bersahabat ini, karena dinilai jauh lebih hemat, mudah, dan tetap bikin hati senang tanpa repot.
Menurut Wicak, traveling di dekat rumah nggak selalu menjadi pilihan yang buruk, karena nggak jarang dirinya menemukan hidden gem yang nggak kalah menawan seperti sunset yang dramatis atau warung yang menyajikan kuliner nostalgia yang sudah jarang ditemukan di tempat lain.
"Hal indah nggak selalu kita temukan di tempat yang jauh. Yang perlu dilakukan sebetulnya cukup menelusuri tempat-tempat di sekitar rumah yang mungkin jarang kita lewati, lalu berhenti sejenak, bertanya ke warga sekitar, atau memarkirkan kendaraan untuk berjalan lebih jauh," ucapnya.
Micro‑Tourism di Jawa Tengah
Bicara tentang micro-tourism, Jawa Tengah adalah gudangnya hidden gem. Kalau kamu tinggal di sekitar Magelang, Nepal van Java mungkin bisa menjadi salah satu destinasi yang menarik. Di dusun wisata yang terkenal dengan sawah teraseringnya ini, kamu bisa ikut panen sayur bersama petani.
Nggak hanya Magelang, pegunungan yang membentang di hampir semua kabupaten dan kota di Jateng juga bisa menjadi destinasi yang menarik untuk micro-tourism. Kota di lereng gunung menawarkan "wisata" kebun sayur, sedangkan daerah seperti Wonosobo, Brebes, dan Batang memiliki perkebunan teh.
Martha yang kebetulan tinggal nggak jauh dari perkebunan teh Pagilaran di Kabupaten Batang mengaku menjadikan lokawisata alam itu sebagai salah satu destinasi wisata singkatnya begitu punya waktu luang. Bukan ke tempat wisata utamanya, tapi melipir agak jauh dari sana.
"Kebetulan aku punya teman yang asli situ (Pagilaran). Saat libur, kami datang pagi-pagi ke sana, lalu bantu warga petik teh. Habis itu kuliner di sekitar Pasar Blado sebelum pulang menjelang tengah hari," terangnya.
Digital Detox yang Hemat Biaya
Micro-tourism menjadi bagian dari masyarakat modern karena beban kerja yang besar menuntut orang menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikannya. Sementara, keinginan untuk berlibur masih ada, meski harus mencari yang "on budget" karena kebutuhan hidup juga semakin meningkat.
"Sebagai pekerja yang waktu liburnya singkat, akan menyita waktu kalau harus menghabiskan belasan jam di jalan. Gaji yang nggak banyak juga sayang kalau dihabiskan untuk biaya menginap, meski hanya semalam. Maka, solusinya ya piknik singkat ini," terang Martha.
Menurut perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai bankir tersebut, memberi kesempatan tubuh untuk berlibur baik untuk membantu digital detox. Dia dan suami yang setiap hari berkutat di depan layar serta anaknya yang sulit dijauhkan dari gawai membuat piknik singkat ini begitu penting.
"Piknik bagiku termasuk diet gadget sekaligus pereda stres, jadi pantang dilewatkan," jelasnya. "Walau mungkin cuma hitungan jam, setidaknya bisa menjadi 'bekal' biar siap tempur lagi di kantor."
Cara Melakukan Micro-Tourism
Dengan mempertimbangkan waktu, jarak, dan bujet, berdasarkan rangkuman dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa hal yang perlu kamu perhatikan jika berniat melakukan micro-tourism dalam sehari:
- Pilih destinasi wisata dengan radius maksimal 30 kilometer atau satu jam berkendara dari rumah agar memiliki cukup waktu di tempat wisata;
- Tidak harus tempat wisata yang sudah terkenal, carilah hidden gem yang ada di sekitar rumah dengan bertanya kepada warga lokal atau berdasarkan percakapan di warung;
- Berangkatlah sepagi mungkin untuk memaksimalkan waktu berlibur, tapi tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan diri;
- Jika memungkinkan, berliburlah pada hari kerja atau weekday untuk mendapatkan suasana lebih sepi dan nggak terjebak dalam antrean panjang;
- Gunakan transportasi umum jika tempat wisata yang dituju memungkinkan agar lebih hemat dan ramah lingkungan. Kalau memungkinkan untuk berjalan kaki atau berlari, lakukanlah karena ini juga menjadi bagian dari "liburan" tersebut.
Micro‑tourism bukanlah tentang sejauh apa kita menjelajah, tapi seberapa bermakna piknik tersebut. Yakinlah bahwa hidden gem ada di sekitar kita, karena traveling itu bukan tentang destinasi, tapi perjalanan dan apa yang kita dapatkan saat liburan. Cari potensi tersembunyi di sekitar rumahmu, yuk! (Siti Khatijah/E07)