Inibaru.id - Selain tempatnya yang sudah dipugar dengan sedemikian indah. Wisata perahu di Waduk Jatibarang juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat tersebut. Seenggaknya itu pendapat saya. Mengelilingi waduk seluas 189 hektar dengan pemandangan ciamik ini membuat saya nggak menyesal datang ke sini.
Terlebih lagi perahu yang digunakan bukan sembarang perahu ya, Millens. Perahu yang saya naiki itu merupakan perahu motor yang bisa melaju dengan sangat cepat. Tentu hal ini membuat pengalaman saya makin istimewa. Maklum, ini kali pertama saya naik perahu mengelilingi waduk.
Waktu menunjukkan pukul 14.00 saat saya sampai di sana. Nggak begitu banyak pengunjung kala itu. Barangkali hari itu merupakan anti-klimaks dari libur lebaran.
Benar saja. Kata Natio, seorang petugas penjual tiket, dirinya akhirnya bisa sedikit bersantai. “Seminggu kemarin cukup membludak pengunjungnya. Ramai sekali sampai ratusanlah kira-kira, saya sampai kualahan,” tuturnya sambil menyobek tiket kapal untuk saya, Jumat (14/6).
Jika dilihat dari tempat dan fasilitas, memang nggak salah kalau tempat ini menjadi rujukan wisata. Pemandangan alamnya nggak bisa diabaikan. Recommended banget deh!
Keluarga Wiryawan akan menaiki perahu berkeliling Waduk Jatibarang. (Inibaru.id/ Audrian F)
Sebelum menaiki kapal, saya diminta menggunakan jaket pelampung. Meskipun cuma mengelilingi waduk, tapi keselamatan tetap diutamakan kok, Millens.
O ya, jumlah jok perahu hanya ada empat. Jadi kalau kamu cuma datang sendiri atau bersama gebetan kamu tetap harus membayar Rp 100 ribu. Jadi, saran paling tepat adalah bawa keluarga atau teman-temanmu ke sini.
Bukan cuma saya yang menikmati wisata ini. Ada juga rombongan keluarga asal Jakarta. “Sebelum melanjutkan perjalanan kami penasaran ingin mencoba perahu ini. Asyik kalau kata orang-orang,” ujar Wiryawan.
Teguh membawa saya berkeliling waduk. (Inibaru.id/ Audrian F)
Ditemani Teguh, pemandu sekaligus supir perahu motor yang akan membawa saya mengelilingi waduk tersebut. Mesin menyala dan perahu mulai melaju menyusuri waduk. Angin sepoi terasa mesra menyentuh kepala. Sembari menikmati pemandangan, Teguh bercerita kalau dia sudah lama menjadi pembawa perahu tepatnya sejak 3 bulan setelah Waduk Jatibarang ini diresmikan.
“Meskipun sebagian besar pengelola di sini adalah warga asli Dusun Talun Kacang, namun saya adalah pendatang. Dan memilih bermata pencaharian sebagai supir kapal ini,” kata Teguh.
Mata saya nggak berhenti berkelana selama saya berkeliling. Dari kejauhan beberapa penduduk sekitar menjulurkan pancingnya untuk menangkap ikan. Kakap dan nilalah yang banyak menghuni waduk. Pantas saja, banyak penduduk yang tertarik memburunya. Pancing merupakan satu-satunya alat tangkap ikan yang diperbolehkan di sini.
Ketika sudah mencapai ujung waduk, perahu berbelok. Tampak tebing-tebing tinggi yang ditumbuhi belukar dan pepohonan.
Salah satu tebing tersebut merupakan destinasi wisata yang sudah terkenal yakni Goa Kreo. Saat melintas kamu akan melihat wisatawan yang melewati jembatan penghubung menuju Goa Kreo. Jika diperhatikan Goa Kreo seakan seperti pulau di tengah Waduk Jatibarang.
Perjalanan saya mengelilingi waduk ternyata nggak langsung berhenti ketika kembali ke dermaga, Millens. Ternyata masih ada satu putaran lagi untuk mengelilingi waduk. Wah, sungguh memuaskan!
Buat kamu yang belum pernah mencoba wisata perahu motor ini, yuk, tunggu apa lagi! (Audrian F/E05)