Inibaru.id – Sebenarnya, sudah lama saya pengin berkunjung ke Candi Joglo Purwodadi. Tadinya saya pikir saya harus gigit jari setelah tahu tempat wisata hits ini tutup sejak Maret lalu karena pandemi. Duh, jangan sampai perjalanan selama 30 menit saya sia-sia.
Tapi tampaknya nasib baik menghampiri. Setelah tahu maksud kedatangan saya, Muhadi, sang pengelola mengizinkan saya masuk. Sore itu, menjadi kali pertama saya menyusuri Candi Joglo Purwodadi itu. Hadi, panggilan akrab Muhadi, mengaku jika dirinya masih melayani fotografer yang ingin melakukan photoshoot di sana. Selain juru foto dan kuli tinta, belum boleh ya.
O ya, tiket masuk di sini Rp 10.000
per orang. Tarif ini belum termasuk biaya sewa kain poleng seharga Rp 5.000. Itu lo kain bermotif kotak-kotak hitam putih yang dipakai sebelum masuk candi.
Aksesnya sangat mudah karena letaknya ada di arah Jalan Purwodadi-Solo, lalu masuk gang perumahan warga sekitar 10 meter.
Kompleks Candi Joglo ini dibagi menjadi dua, Millens. Pertama, kawasan Candi Joglo Semar yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Medhangkamulan. Berdasarkan penjelasan Hadi, bagian joglo di sini dari dulu sampai sekarang sering dipakai untuk semedi.
“Candi Joglo ini dulunya bukan tempat ibadah tapi tempat tinggal warga. Di sini juga biasa dipakai untuk mengheningkan cipta (semedi). Sampai sekarang masih ada,” katanya.
Kesan Jawa memang diperoleh dari bagian joglo, sementara pada area bebatuan candinya mengingatkan saya dengan Bali. BTW, saya betah banget berlama-lama di pelataran candi. Banyak pohon rindang yang lumayan menghalau terik matahari. Selain cocok buat ngadem, tempat ini instagenik lo. Pengunjung bisa banget foto-foto untuk menambah koleksi foto di Instagram. Yang pernah ke sini pasti setuju dengan pendapat saya. He
Di sekitar bangunan joglo terdapat peralatan dapur kuno, pawon, perkakas tradisional, tampah, dan lesung. Wawasanmu soal kehidupan zaman pramodern bakal bertambah deh! Bergeser ke dalam joglo, beberapa benda zaman old juga terpajang rapi. Gamelan, keris, artefak, dan uang kuno siap membawamu ke ratusan tahun ke belakang. Beberapa koleksi topeng Bali juga terpajang di sana.
Perpaduan budaya Jawa dan Bali yang diusung Hadi bukan tanpa alasan. Menurutnya, Jawa dan Bali memiliki kebudayaan yang hampir mirip.
"Dulu kan pusat kerajaan Hindu justru ada di Jawa, bukan di Bali," tuturnya lagi.
Setelah dari kawasan Candi Joglo Semar, saya diajak Hadi
mengelilingi bagian kedua yaitu Candi Karsa. Bagian ini merupakan perluasan area objek
wisata. Kebetulan saat itu lagi golden
hour. Nggak mau rugi, saya langsung ambil foto sebanyak-banyaknya. He
Kawasan ini lebih luas dari yang pertama. Golden hour di Candi Karsa benar-benar istimewa. Seluruh bangunan diselimuti cahaya keemasan yang lembut. Area persawahan yang berada di sampingnya juga membuat saya terpesona.
Wah, pengin rasanya ke sini bareng teman-teman. Pengelola memberitahu saya, nantinya ada beberapa aturan yang berlaku yaitu wajib memakai masker dan mencuci tangan di tempat yang sudah disiapkan. Enteng kan?
Gimana, sudah nggak sabar melancong ke Candi Joglo Purwodadi? Eits, tunggu sampai dibuka ya, Millens biar bisa menikmati berbagai suguhan seru! (Julia Dewi Krismayani/E05)