Inibaru.id – Matahari masih sedikit malu-malu menampakkan cahayanya tatkala saya mengantarkan Tri menjual bunga mawar ke Pasar Bunga Bandungan yang berlokasi persis di bawah Alun-alun Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada Minggu (24/11/2024). Tri tahu, harga bunga di akhir pekan jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga saat hari Rabu atau Kamis. Tapi, dia perlu memetik bunga-bunga di ladangnya untuk me-refresh tanaman mawar di ladangnya. Dengan rutin melakukannya, pada Rabu atau Kamis berikutnya, dia bisa memanen bunga mawar yang berkualitas dalam jumlah banyak dan mendapatkan keuntungan.
Sembari menenteng dua senik (keranjang rotan) mawar di paha kiri dan kanan, Tri melihat sejumlah warga nongkrong di tingkat teratas Alun-alun Bandungan. Meski di lokasinya terpampang tulisan "dilarang parkir" cukup besar, nyatanya sepeda motor berjejeran di sana.
“Pantes banyak orang mampir, Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Andong sedang kelihatan jelas. Rawa Peningnya juga berkabut, cantik banget,” ucap Tri di jok belakang sepeda motor.
Sesampainya di Pasar Bunga Bandungan, prediksi Tri benar adanya. Dia hanya mendapatkan Rp20 ribu untuk dua senik mawar yang dia panen sejak pukul 04.00 WIB tadi. Harga ini hanya seperempat atau seperlima harga yang bisa dia dapat untuk jumlah mawar yang sama jika dijual pada Rabu atau Kamis. Tapi, dia nggak begitu mempermasalahkannya.
Dia kemudian sibuk mengambil foto bunga-bunga cantik yang dijual di pasar yang sama. Maklum, di sana penjual nggak hanya melayani transaksi bunga-bunga mawar tabur yang dipakai untuk keperluan ziarah makam atau disuling. Ada bunga-bunga lain yang juga kerap diburu anak muda yang datang jauh-jauh dari Kota Semarang, salah satunya Anisa.
“Saya aslinya Cilacap, tapi kuliah di Unnes. Kata teman-teman kalau pagi di sini seru bisa ngelihat banyak bunga cantik. Ini akhirnya saya beli satu buket kecil. Sambil foto-foto di sini juga. Ternyata memang beneran seru,” ucapnya dengan antusias tatkala mengobrol dengan Tri tentang aktivitas memanen mawar yang baru kali pertama dia dengar.
Sebelum datang ke Pasar Bunga Bandungan, Anisa dan tiga rekan lainnya berboncengan dua sepeda motor dan datang sejak waktu subuh dari area kampusnya. Sempat mampir sebentar di Alun-alun Bandungan untuk menikmati pemandangan Gunung Merbabu dan Rawa Pening, mereka segera beringsut ke Para Bunga karena di sanalah memang tujuan utama mereka.
“Setelah beli bunga dan foto-foto di sini, nanti akan cari sarapan di sekitar alun-alun. Belum nentuin sih mau makan apa soalnya ada nasi liwet, opor ayam, bubur, banyak banget. Kita mau jalan-jalan dulu di sini baru mutusin nanti,” seloroh Anisa yang mengaku terinspirasi melakukannya karena mendengar cerita teman-temannya yang sudah pernah melakukan hal serupa sebelumnya.
Yap, ternyata cukup banyak orang yang sengaja pagi-pagi buta datang ke Alun-Alun Bandungan untuk melakukan wisata sederhana dan murah meriah seperti Anisa. Wajar banget sih karena dalam waktu yang singkat, mereka bisa melihat pemandangan alam yang cantik, bunga-bunga yang indah, hingga wisata kuliner di suhu dingin Bandungan yang bikin nyaman.
Kamu sendiri, tertarik nggak untuk wisata pagi di Alun-Alun Bandungan sebagaimana yang dilakukan Anisa dan kawan-kawan, Millens? (Arie Widodo/E10)