BerandaAdventurial
Sabtu, 23 Agu 2025 15:01

Animo Luar Biasa pada Festival Layang-Layang Perdana di Desa Tigajuru Jepara

Animo Luar Biasa pada Festival Layang-Layang Perdana di Desa Tigajuru Jepara

Beberapa layang-layang naga yang diterbangkan saat festival layang-layang (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)

Menjadi event perdana yang digelar sebagai bagian dari perayaan HUT ke-80 Indonesia, Festival Layang-Layang di Desa Tigajuru Jepara memunculkan animo luar biasa para peserta, penonton, dan pelaku UMKM yang menyatu di dalamnya.

Inibaru.id - Tanggal 17 Agustus adalah momen spesial bagi masyarakat Indonesia karena kita merayakan kemerdekaan. Selain menggelar upacara bendera, kita acap merayakan peringatan yang acap disebut "Agustusan" ini dengan menggelar tasyakuran, dangdutan, hingga lomba antarwarga.

Namun, ada yang berbeda pada Agustusan di Desa Tigajuru, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, tahun ini. Untuk kali pertama, Peringatan HUT ke-80 RI di desa tersebut dirayakan dengan menggelar Festival Layang-Layang.

Sebagai warlok (warga lokal), tentu saja saya menyambutnya dengan suka cita. Selepas mengikuti upacara pengibaran bendera, saya langsung menuju venue yang berada di satu area persawahan yang mengering. Saat musim kemarau, sebagian sawah di desa ini memang nggak bisa ditanami karena kekurangan air.

Selepas masa panen, sawah yang mengering biasanya dibiarkan saja hingga musim penghujan tiba. Nah, saat itulah bocah-bocah biasa bermain layang-layang di area yang berubah menjadi tanah lapang ini. Selain tempatnya luas, angin juga berembus kencang di tempat tersebut.

Tanpa Tiket Masuk

Salah satu kelompok sibuk mempersiapkan kepingan dan kepala naga sebelum diterbangkan (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)
Salah satu kelompok sibuk mempersiapkan kepingan dan kepala naga sebelum diterbangkan (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)

Saya tiba di lokasi festival selepas tengah hari. Kebayang panasnya, dong? Namun, saya bersyukur karena siang itu nggak hujan. Yap, hampir nggak mungkin mencari tempat berteduh di area persawahan yang luas ini. Acara pun dipastikan akan dibatalkan jika hujan mendadak turun.

Sedikit informasi, event ini gratis ya, Gez! Mungkin karena baru "coba-coba". Saya hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp5.000 untuk biaya parkir sepeda motor. Saat saya tiba, belum banyak pengunjung yang datang, tapi deretan layang-layang sudah terpampang di pohon di dekat parkiran.

Dimas Ahmad Rizky, Komardes KKN UNISNU di Desa Tigajuru sekaligus salah seorang inisiator kegiatan tersebut mengungkapkan, festival layang-layang ini merupakan event perdana. Namun begitu, kebiasaan bermain layang-layang di tanah lapang itu sudah dilakukan sejak lama.

“Kami melihat, setiap sore area persawahan ini selalu ramai dikunjungi masyarakat, khususnya anak-anak, untuk bermain layang-layang,” tutur Dimas saat menceritakan ihwal mula tercetusnya ide untuk membuat festival layang-layang ini.

Perdana di Jepara

Suasana Penonton festival layang-layang Tigajuru (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)
Suasana Penonton festival layang-layang Tigajuru (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)

Dimas mengklaim, festival layang-layang tersebut nggak hanya menjadi yang pertama di Desa Tigajuru, tapi juga di Kecamatan Mayong, bahkan di Kabupaten Jepara. Nggak kurang dari 40 peserta dari berbagai daerah di Kota Ukir mengikuti kegiatan yang rencananya akan menjadi event tahunan tersebut.

"Cukup dengan biaya pendaftaran Rp10 ribu peserta sudah bisa ikut event ini," terangnya. "Peserta bebas membawa jenis layang-layang seperti apa untuk diterbangkan di sini."

Layang-layang dibawa peserta memang cukup beragam, mulai dari bentuk binatang seperti naga, semut, dan burung hantu hingga tema lain seperti wayang serta tikus berdasi. Layangan yang kebanyakan berukuran besar itu menjadi sangat molek saat melayang-layang di udara.

Menurut saya, festival layang-layang ini cocok untuk perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia yang melambangkan keanekaragaman budaya dan masyarakatnya. Setali tiga uang, hal ini juga sempat diungkapkan salah seorang peserta festival bernama Agus.

"Ini bentuk perayaan kemerdekaan yang menarik. Karena itulah saya mengikutinya. Saya sekaligus menyalurkan hobi dan kreativitas. Kebetulan saya memiliki kemampuan di bidang ini," jelasnya.

Naga Sepanjang 65 Meter

Proses peserta menerbangkan layang-layang yang beberapa kali gagal (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)
Proses peserta menerbangkan layang-layang yang beberapa kali gagal (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)

Menjelang sore, semakin banyak layang-layang yang menghiasi langit Tigajuru. Saya terpukau melihat gerak dinamis berbagai macam layangan yang membumbung tinggi di langit. Di antara semua layang-layang unik itu, yang paling menyita perhatian saya layang-layang berbentuk naga sepanjang 65 meter.

Sang kreator, Muhammad Davin Ardiansyah mengatakan, layang-layang raksasa itu dibuat dalam waktu sekitar satu minggu. Proses pembuatannya dimulai dengan memotong fiber dengan ukuran tertentu, lalu dibentuk menjadi lingkaran dan diikat dengan benang.

"Fiber yang sudah berbentuk lingkaran ditambahkan satu garis lagi untuk membentuk sayap naga. Total ada 101 keping fiber yang menjadi badan naga ini," ucap lelaki yang akrab disapa Davin itu.

Setelah rangka selesai, setiap kepingan ditutup dengan kertas trash bag agar lebih ringan saat diterbangkan. Sayap kanan dan kiri didesain secara khusus, bahkan bisa menggunakan hasil cetak bergambar naga agar terlihat lebih menarik.

“Jadi, badan naga berukuran 65 meter ini terdiri atas 101 keping berbahan dasar utama fiber dan kertas trash bag. Kepalanya dari bambu,” kata peserta yang berasal dari Robayan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara ini. "Secara keseluruhan, total biaya yang saya keluarkan hampir sejuta rupiah."

Membutuhkan Kerja Sama

Segerombolan anak menerbangkan  layang-layang naga (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)
Segerombolan anak menerbangkan layang-layang naga (Inibaru.Id/Alfia Ainun Nikmah)

Menerbangkan layang-layang berukuran besar nggak bisa dilakukan seorang diri. Davin mengatakan, untuk mengangkat hingga menerbangkannya, dia membutuhkan bantuan 5–15 orang. Caranya, kerangka naga dibentangkan memanjang, lalu beberapa orang menarik kepala dan ekornya.

Saya melihatnya begitu dramatis. Saat angin bertiup kencang, layang-layang perlahan terangkat dari ekor hingga kepala. Setelah stabil melayang-layang di udara, tali diikatkan pada pohon atau patok bambu. Ini penting agar penerbang nggak ikut terangkat saat angin berembus kencang.

“Karena berukuran sangat besar, kita bisa ikut terbang (kalau ada angin berembus kencang),” ujar Davin, lalu tertawa. "Karena itulah penerbangan layang-layang ini butuh kerja sama."

Saat sang naga ini diterbangkan, penonton sudah mulai berkumpul. Sejujurnya saya nggak menyangka festival perdana ini mampu menarik begitu banyak orang. Namun, ini wajar karena sebelum festival itu ada, kawasan persawahan di Tigajuru ini memang telah menjadi tempat nongkrong warga, bahkan sempat viral di medsos.

Pemdes Tigajuru mengungkapkan, antusiasme luar biasa ini adalah potensi wisata yang pantang dilewatkan. Selain melestarikan budaya lokal, festival tersebut juga memberikan dampak positif bagi UMKM setempat. Maka, bukan nggak mungkin untuk menjadikannya sebagai agenda tahunan

“Acara ini akan kami tingkatkan lagi menjadi agenda rutin kalau memang banyak peserta yang terlibat,” jelas salah seorang perwakilan panitia.

UMKM Ikut Menggeliat

Suasana pedagang gethuk di Sawah Tigajuru (Inibaru Id/Alfia Ainun Nikmah)
Suasana pedagang gethuk di Sawah Tigajuru (Inibaru Id/Alfia Ainun Nikmah)

Nggak hanya sebagai sarana hiburan warga, keberadaan Festival Layang-Layang di Tigajuru ini juga berpotensi menumbuhkan geliat UMKM di desa tersebut. Karena alasan itulah panitia merekomendasikan agar acara ini masuk dalam agenda rutin desa.

Hal tersebut juga menjadi harapan para pedagang yang turut menyemarakkan festival tersebut. Sepanjang kegiatan memang banyak pedagang yang menggelar jualan mereka di dekat area parkir. Dagangan mereka juga tampak laris manis, mulai dari penganan tradisional hingga minuman seperti starling (kopi keliling).

Sekilas saya sempat melihat para penjual makanan khas Jepara seperti sego langgi, sego aking, gethuk, kerupuk puli, dan satai cecek (kikil) di sini. Siti Juwarningsih, salah seorang pedagang yang juga memanfaatkan event ini untuk menggelar lapaknya mengatakan, keberadaan kegiatan itu sangat membantu.

“Tentu membantu kami para pedagang kecil, apalagi pengunjung yang datang tidak hanya warga setempat yang tentu akan tertarik pada kuliner tradisional yang kami jual," ucapnya sembari menepuk ringan pundak saya.

Festival layang-layang Tigajuru bukan hanya pesta permainan tradisional, tapi juga ruang berkumpul, berkreasi, sekaligus menjaga semangat kebersamaan. Nah, buat kamu yang tahun ini belum sempat menonton, nantikan tahun depan ya, Gez! (Alfia Ainun Nikmah/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved