Inibaru.id - Tak hanya menjadi pemanis atau campuran makanan dan minuman, tebu dan gula juga begitu dekat dengan tradisi dan budaya Jawa, khususnya pada pernikahan adat Jawa. Pernahkah kamu bertanya, kenapa demikian?
Kalau kamu perhatikan, beberapa ruas tebu biasanya sengaja diletakkan pada kedua sisi gapura janur kuning dalam pernikahan Jawa. Batang tebu wulung berwarna merah tua keunguan itu umumnya diikat menjadi satu dengan cengkir dan pisang raja.
Sumber : images.weddingku.com/images/upload/articles/images/qulx5bann3pk72920161355.jpg
Dalam tradisi Jawa, tebu diartikan sebagai mantebing kalbu atau kemantapan hati. Ini menjadi perlambang agar pasangan pengantin memiliki kemantapan hati untuk membina keluarga. Kemantapan hati tersebut dibarengi dengan tekad yang besar dan pikiran yang bijak.
Tebu juga melambangkan sumber rasa manis. Ini merupakan harapan besar supaya pernikahan itu dipenuhi dengan hal-hal yang manis.
Sumber : pleret-bantul.desa.id/assets/files/artikel/sedang_1523701590A3722515-CE0F-4FE9-97FC-6597D4BEC38D.jpeg
Di samping tradsi pernikahan, tebu juga acap dipakai pada tradisi Jawa lain, lo! Salah satunya adalah mitoni, yang merupakan tradisi selamatan anak saat berusia tujuh bulan.
Sementara, gula yang merupakan hasil olahan tebu, juga memiliki arti yang istimewa pada budaya Jawa. Tembang dandanggula, misalnya, berasal dari kata dandang yang berarti hitam, dan gula yang berarti legi atau manis. Tembang Dhandhanggula melambangkan harapan akan hal-hal manis pada kehidupan istri suami.
Sumber : cdn-asset.jawapos.com/wp-content/uploads/2019/01/ayo-pilih-gula-aren-vs-gula-pasir-lebih-sehat-mana_m_-640x480.jpg
Wah, tebu dan gula punya makna yang istimewa banget ya dalam adat istiadat Jawa. Kamu pernah lihat tebu dan gula di acara apa aja nih Millens? (MG28/E03)