Inibaru.id – Dolanan zadul memang terkesan sederhana, jauh berbeda dengan mainan zaman kiwari (kini) yang rumit lantaran memanfaatkan pelbagai teknologi. Namun, berbeda dengan sejumlah mainan kekinian yang minim filosofi, dolanan tradisional biasanya kaya makna, nggak terkecuali gasing.
Gasing termasuk yang masih cukup eksis hingga saat ini, tentu saja dengan sejumlah penyesuaian seperti bahan pembuatannya. Kendati demikian, dari segi permainan, nggak banyak yang berubah dari mainan yang memerlukan tempat lapang untuk memainkannya ini.
Gasing zadul. (Antara/Yudi Mahatma)
Perlu kamu tahu, gasing adalah mainan yang dimainkan dengan cara diputar. Dengan perputaran yang cepat, gasing akan bisa berdiri tegak dan seimbang, dengan bertumpu pada satu poros.
Gasing tradisional umumnya menggunakan tali nilon sebagai alat bantu memutar. Selain dimainkan sendiri, gasing biasa dimainkan bersama-sama dengan berkompetisi: adu gasing atau adu lama berputar. Barang siapa yang yang berputar paling akhir di atas arena, dialah pemenangnya.
Gasing modern memiliki desain yang bervariasi. (Tokopedia)
Berbeda dengan Gasing Modern
Jika gasing zadul dimainkan dengan menggunakan tali nilon sebagai pemutarnya, gasing modern biasanya memiliki alat khusus yang lebih mudah digunakan pemain. Pada gasing modern, setiap sudutnya dibentuk dengan pertimbangan yang cermat supaya bisa mengalahkan lawan jika digunakan bertanding. Nggak heran desainnya pun lebih keren.
Meski memiliki perbedaan bentuk, gasing tetap memiliki kesamaan filosofi, lo. Kalau kamu perhatikan, gasing merupakan permainan yang bertumpu pada satu hal, yakni keseimbangan. Dari gasing, kamu bisa belajar bahwa dengan menyeimbangkan ucapan dan perbuatan, kehidupan yang baik akan kamu dapatkan dan bertahan lebih lama.
Beradu gasing. (Antara/Yudi Mahatma)
Hm, jadi, bermain gasing itu bukan sekadar bermain ya, Millens! Hidup harus seimbang, karena cuma dengan cara itu kamu bisa bertahan lebih lama, seperti gasing! Ha-ha. (IB06/E03)