inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Menggali Keberadaan Sumur di Bulaksumur, Yogyakarta
Minggu, 16 Mar 2025 16:47
Penulis:
Bagikan:
Bulaksumur yang dikenal sebagai lokasi UGM, Yogyakarta. (Aoiizora.wordpress)

Bulaksumur yang dikenal sebagai lokasi UGM, Yogyakarta. (Aoiizora.wordpress)

UGM diketahui berdiri di sebuah kawasan yang dikenal dengan nama Bulaksumur. Tapi, sebenarnya sumurnya beneran ada nggak, sih?

Inibaru.id – Tatkala kali pertama menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 20 tahun lalu, Wibowo Nugroho pernah keheranan dengan nama Bulaksumur yang jadi lokasi di mana kampusnya berdiri. Sayangnya, hingga lulus dan berkeluarga di Kota Pelajar, dia masih nggak mengerti dengan makna Bulaksumur tersebut.

Pasalnya, Wibowo nggak pernah menemukan sumur yang mungkin jadi alasan penyebutan nama Bulaksumur.

“Bertahun-tahun kepikiran tapi belum nemu jawabannya. Sebenarnya Bulaksumur itu ada sumurnya beneran apa nggak, sih?” ungkapnya pada Selasa (11/3/2025).

Rasa penasaran Wibowo bisa dimengerti. Soalnya, jika diartikan dari Bahasa Jawa, kata ‘bulak’ bermakna jalan kecil yang diapit sawah. Sementara, ‘sumur’ berarti sumber mata air.

Di satu sisi, Wibowo sudah menyadari bahwa sudah sulit menemukan sawah di sekitar area UGM sejak dia masuk kuliah. Makanya, yang tersisa adalah teka-teki keberadaan sumur.

Apalagi, dari obrolan dengan teman-temannya ada yang menyebut bahwa dulunya di zaman Belanda -jauh sebelum UGM berdiri pada 1949, ada sumur besar yang digunakan untuk menyuplai kebutuhan pengairan di perkebunan tebu.

Kampus UGM pada zaman dahulu. (Jogjaprov)
Kampus UGM pada zaman dahulu. (Jogjaprov)

Jika menilik fakta sejarah, pada 1915 lalu, memang ada perkebunan tebu di kawasan yang kini kita kenal dengan Jalan Kaliurang, Millens. Tebu-tebu ini jadi sumber bahan baku pabrik gula yang dulu eksis di Kampung Muja-Muju di Kecamatan Umbulharjo. Namun saat ini, pabrik gula yang dimaksud sudah nggak ada lagi.

Lalu bagaimana dengan sumurnya? Menurut cerita, sumur besar itu berdiameter lebih dari 7 meter dan kedalaman 11 meter. Sumur inilah yang dipakai untuk kebutuhan irigasi perkebunan tebu tersebut. Karena lokasinya diapit persawahan, kemudian diberi nama Bulaksumur.

Sayangnya, sumur legendaris tersebut konon lenyap seiring dengan pembangunan gedung-gedung UGM sejak 1951. Jejaknya juga nggak bersisa. Meski begitu, sejumlah orang meyakini sumur itu dulu ada di bagian timur Boulevard UGM. Ada juga yang yakin jika dulunya sumur itu berdiri di kawasan Fakultas Kehutanan, Millens.

Apapun itu, rasa penasaran Wibowo atas nama Bulaksumur sedikit terobati. Meski sayangnya dia nggak bisa lagi melihat sumur yang dia cari-cari selama dua dekade tersebut. (Arie Widodo/E05)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved