Inibaru.id – Jawa Tengah memiliki sejumlah tarian yang menarik untuk dipelajari. Salah satu tarian yang menarik adalah Tayub. Nggak hanya berkembang di Kabupaten Wonogiri, kesenian ini berkembang pula di Kabupaten Blora, Sragen, dan Karanganyar.
Tayub dipertunjukkan oleh sekitar 15-17 orang. Tentu saja nggak semuanya menjadi penari. Jumlah tersebut dibagi menjadi dua hingga empat orang sebagai ledhek (penari), dua orang sebagai waranggana (pesinden), satu gerong (penyanyi laki-laki), satu sutradara, dan sisanya sebagai pemain gamelan.
Musik dari gamelan mengiringi tarian para ledhek. (Info Publik)
Semula, para ledhek menggunakan busana berupa kain panjang dan kemben, lengkap dengan sampur. Namun, kemben ini kemudian digantikan dengan kebaya lengan pendek supaya tampak lebih sopan.
Pertunjukan tayub dimulai dengan alunan gending. Setelah dua hingga tiga gending, barulah para ledhek masuk dan dimulailah srimpen. Srimpen merupakan pertunjukan pertama dari para penari. Biasanya, sesi ini kemudian dilanjutkan dengan sesi sambutan dari tuan rumah.
Usai memberi sambutan, para ledhek lalu menyerahkan sampur pada tuan rumah. Pemberian sampur ini juga merupakan bentuk penghormatan sebelum pertunjukan dibuka untuk umum. Jika sang tuan rumah sudah menerima sampur, para ledhek barulah memberikan sampur berikutnya pada anggota keluarga yang lain.
Tayub kini digelar pada siang hari agar menjangkau semua kalangan. (Guswah)
Semakin banyak yang ikut menari, semakin meriah pula acaranya. Dulu tayub biasanya digelar pukul 21.00 dan berakhir pada pukul 03.00 dini hari. Supaya bisa dinikmati semua kalangan, tayub kini digelar pada siang hari.
Ah. jadi pengin belajar menari tayub, nih! (IB15/E03)