Inibaru.id – Ada banyak tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur di Yogyakarta. Setiap wilayah, nggak terkecuali Kabupaten Gunungkidul, pun memiliki tradisi unik, yakni Ngalangi.
Eits, nggak semua masyarakat Gunungkidul melakukan tradisi ini, lo. Ngalangi biasanya dilakukan masyarakat yang tinggal di kawasan pantai selatan.
Masyarakat Desa Jepitu di Kecamatan Girisubo-lah yang menggelar tradisi ini setiap tahun. Ngalangi biasanya dilakukan usai musim panen atau menjelang musim kemarau.
Tradisi Ngalangi. (Paketwisata)
Seperti kebiasaan orang Jawa yang mempertimbangkan hari baik dan hari buruk, tradisi ini biasanya digelar pada Kamis Wage.
Kirab yang dimulai pukul 09.00 WIB ini diikuti oleh masyarakat dan nelayan. Menggunakan pakaian adat Jawa, peserta pun menjunjung sesajian untuk dibawa ke Pantai Wediombo. Supaya makin meriah, kelompok kesenian lokal turut hadir pula dalam barisan. Hm, bisa dibayangkan kan seseru apa tradisi ini?
Setiba di Pantai Wediombo, peserta menyisiri bibir pantai hingga tiba di Pelataran Semar. Pelataran ini menjadi pelataran yang disakralkan.
Warga kemudian menaruh sesajian mereka di sana dan mengelilingi pelataran. Nah, di sana ada sebuah pohon tua yang juga dikeramatkan, Millens. Tokoh adat setempat membuka acara dengan berdoa bersama.
Prosesi makan bersama. (Budayajawa)
Setelah berdoa, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Sesajian berisi aneka lauk seperti tempe, telur, ikan, dan lain-lain dinikmati hingga nggak bersisa. Usai makan, barulah prosesi melarungkan sesaji dimulai. Sesaji ini tentu saja ditujukan untuk Nyi Roro Kidul selaku penguasa lautan.
Kalau pengin menyaksikan Ngalangi, datang saja ke Desa Jepitu. Usai makan di sana, jangan lupa ikut membantu membersihkan sampahnya ya. (IB15/E03)