Inibaru.id - Kamis (30/1) pagi, masyarakat Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Kota Semarang mengadakan Tradisi Nyadran Kali.
Acara sebetulnya sudah terlaksana pada Rabu (29/1) malam, Millens. Diawali dengan prosesi penagambilan air suci dari sendang di Desa Wisata Kandri. Selepas diambil, air tersebut dikirab.
Kemudian sampai pada acara puncak. Rangkaian prosesi kirab tepatnya dilaksanakan di RW 1 Sendhang Gede. Dibuka dengan kesenian Kempling diikuti tarian Martito Suji Dewi Kandri, kemudian perjalanan kirab menuju ke Sendang Gedhe.
Pada kirab tersebut dibawa gunungan hasil bumi, nasi kethek, dan kepala kerbau. Sesampainya di sendhang digelar prosesi penuangan air pada klenthing yang dibawa 9 penari. Setelah air ditumpahkan sebagai simbol pelestarian alam, masyarakat menggelar daun pisang memanjang di samping sendang untuk menyajikan nasi kethek. Para pejabat, tamu, dan wisatawan pun makan bersama.
Masduki, ketua acara menyampaikan kalau Nyadran Kali Desa Kandri ini adalah wujud rasa syukur atas pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, adanya tradisi nyadran ini juga bermaksud agar masyarakat nggak lupa dengan budaya daerahnya.
“Tujuannya unrtuk memberi tahu yang belum tahu dan mengingatkan buat yang sudah tahu,” ujar Masduki.
Dulu kegiatan Nyadran hanya sebatas bersih-bersih sungai kemudian syukuran. Namun semenjak Desa Kandri menjadi desa wisata, diadakanlah prosesi semacam ini.
Sendang yang menjadi objek prosesi nyadran tersebut memiliki cerita. Sendang itu merupakan sumber air yang besarnya satu dandang. Konon jika dibiarkan mata air tersebut bisa mengubah Kota Semarang menjadi lautan. Maka masyarakat saat itu menutupnya dengan memberikan kepala kerbau, gong, dan jadah. Ketiga hal ini nggak boleh lupa saat penggelar nyadran.
“Dulu kepala kerbau dikubur di dalam tanah. Sekarang karena masyarakat sudah maju dan sadar agama, kepala kerbaunya ya dimasak lagi,” jelasnya.
Masduki juga membeberkan kalau adanya tradisi ini penting sekali untuk masyarakat Desa Wisata Kandri. Selain karena bernilai penting dalam memupuk akar kebudayaan juga membantu perekonomian.
“Semua prosesi ini juga ada hubungannya sama bisnis rumahan kami yaitu Homestay. Jadi kenapa diadakan malam juga yakni agar homestay tersebut kedatangan tamu,” pungkasnya. Masduki juga mengungkapkan kalau pengunjung nyadran ini nggak cuma orang Semarang, tapi luar kota bahkan ada turis manca.
Oh iya, acara Nyadran Desa Kandri ini dilaksanakan setiap setahun sekali pada Kamis Kliwon bulan Jumadil akhir. Jadi buat kamu yang belum ikut, datang lagi di tanggal-tanggal itu ya, Millens. (Audrian F/E05)