Inibaru.id – Setiap daerah tentu memiliki kesenian khasnya masing-masing. Kesenian tersebut menjadi budaya turun menurun yang tentu harus dilestarikan oleh setiap generasi. Yap, tentu saja ini untuk menjadi warisan generasi mendatang.
Kabupaten Jepara juga punya satu kesenian tradisional yang khas lo. Emprak namanya. Kesenian tersebut diyakini berasal dari desa-desa di lereng Gunung Muria.
Kamu familier dengan ketoprak atau ludruk? Nah, emprak bisa dibilang mirip dengan dua kesenian itu. Namun emprak memiliki sejumlah pakem yang membedakannya dari kesenian lain.
Pelakon emprak berdandan lucu. (desa-plajan.blogspot.com)
Melansir Suara Merdeka (1/4/2018), salah satu ciri khas emprak terdapat pada adegan pembuka. Pada adegan tersebut, seluruh pemain emprak tampil dengan dandanan yang terkesan lucu sambil bernyanyi dan menari dengan kompak.
Di balik kekompakan itu, rupanya ada pemain yang gerakannya berbeda dan nggak beraturan. Salah seorang pemain akan bertugas memukul kentongan pada pemain tersebut. Pukulan kentongan yang bersuara “prak” inilah yang kemudian menjadi bakal nama "emprak".
Pada awal dibuat, emprak menjadi suatu media dakwah para ulama, lo. Emprak pun sempat menjadi primadona di kalangan masyarakat selama era 1980-an hingga 1990-an. Saat itu emprak menjadi hiburan yang ditunggu dalam setiap hajatan. Seperti wayang, emprak biasa ditanggap semalam suntuk, Millens.
Salah satu adegan dalam pementasan emprak. (Diskominfo Jepara)
Cerita yang dibawakan dalam pementasan emprak pun nggak jauh dari realitas di masyarakat. Misalnya, perselisihan tetangga, konflik antarwarga, hingga masalah ekonomi. Cerita mengalir diselingi lawakan-lawakan yang mengocok perut.
Panggung emprak saat ini mulai susah ditemukan di Jepara. Jumlah kelompok seni emprak pun konon tinggal dua kelompok saja saat ini. Meski begitu, bukan berarti pentas teater khas Jepara ini akan hilang begitu saja dari masyarakat, bukan?
Yuk, sama-sama melestarikan kesenian tradisional seperti emprak ini! (IB10/E03)