Inibaru.id – Meski sudah tinggal di Salatiga selama lebih dari 10 tahun, Dani Noviani nggak benar-benar tahu dengan sejarah dari kota tersebut. Makanya, meski sering melewati Watu Rumpuk di Jalan Pattimura, Novi nggak tahu kalau batu tersebut punya cerita legenda dan mitosnya tersendiri.
Baginya, tumpukan batu yang selalu dia lewati setiap kali berkendara ke arah Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang ini cukup mencolok. Tapi, dia mengira jika itu adalah tumpukan batu biasa.
“Aku baru tahu kalau batu itu bernama Watu Rumpuk dan punya cerita legenda dan mitosnya tersendiri terkait dengan perkembangan sejarah Salatiga dari mertuaku yang memang asli Salatiga,” ceritanya pada Kamis (22/5/2025).
Buat kamu yang belum tahu, Watu Rumpuk yang dalam Bahasa Jawa bermakna tumpukan batu ini bisa kamu temukan sekitar 2 kilometer ke arah utara dari Bundaran Salatiga. Karena lokasinya persis ada di sebelah jalan, kamu pasti bisa melihatnya sebelum melewati kolong jembatan jalan Tol Semarang–Solo.
Meski nggak ada bukti tertulis terkait dengan informasinya, konon, batu tersebut ditumpuk secara sengaja oleh manusia pada zaman dahulu kala. Karena lokasinya nggak jauh dari Prasasti Plumpungan yang punya informasi terkait kelahiran Kota Salatiga, nggak ada satu pun yang berani mengusik Watu Rumpuk hingga sekarang.

“Orang-orang tua menyebut batu-batu itu ditumpuk sebagai bahan pembuatan candi. Alasannya ya karena berada di dekat lokasi penemuan Prasasti Plumpungan yang dulu juga di sekitarnya banyak bebatuan bahan candi,” lanjut Novi.
Meski begitu, ada versi lain terkait dengan perkiraan pembuatan Watu Rumpuk. Yang pertama adalah ada kemungkinan bebatuan tersebut disusun sebagai dolmen alias tempat persembahan oleh warga yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Versi lainnya, batu tersebut sengaja ditumpuk untuk dipakai oleh dua ulama yang diminta untuk datang ke Demak Bintoro demi membantu pembangunan Masjid Agung Demak. Dengan naik di atas bebatuan tersebut, mereka bisa memperkirakan apakah sudah dekat dengan wilayah Demak atau belum.
“Meski versi sejarahnya banyak, yang pasti, batu ini dikeramatkan banyak orang. Banyak yang nggak berani berkata kotor saat melewatinya,” kata Novi.
Hm, siapa sangka, tumpukan bebatuan yang ada di pinggir jalan ternyata punya banyak cerita legendanya. Omong-omong, kamu sudah pernah melewati Watu Rumpuk di Salatiga belum, Millens? (Arie Widodo/E10)