Inibaru.id – Setiap agama dan aliran kepercayaan memiliki cara sendiri dalam menemukan hakikat ketuhanan. Pun demikian dengan Kejawen. Para penganut aliran ini menyebut konsep Tuhan dengan sebutan “Pangeran” atau “Gusti”.
Mereka meyakini penyatuan Tuhan dengan ciptaan-Nya. Ada beberapa cara yang ditempuh dalam pencarian hakikat ketuhanan. Sejumlah laku atau ritual harus dijalankan seseorang agar bisa menggapai puncak pengalaman religius yang disebut manunggaling karsa kawulo lan karsa Gusti.
Dalam petikan kidung Dandanggula, pencarian akan hakikat Sang Pencipta berbunyi:
Ana pandhita akarya wangsit (ada pandita mencipta wahyu),
kaya kombang anggayuh tawang (seperti kumbang yang ingin terbang ke langit),
susuh angin ngendi nggone (sarang burung di mana tempatnya),
lawan galihing kangkung (inti kangkung),
watesane langit jaladri (batasnya cakrawala),
tapake kuntul mabur (bekas telapak burung kuntul yang terbang)
nglayang lan gigiring panglu (pinggir dari bumi/globe)
Baca Juga:
Menyapa Keluarga Pasijah, Sedekade Menjadi Yang Terakhir di Kampung Senik: Desa yang HilangBait-bait itu menjelaskan bahwa apa yang dicari merupakan hal yang nggak bisa digambarkan atau disamakan rupanya (Tan kena Kinaya Ngapa). Karena itu, ajaran Kejawen menyatakan hakikat Tuhan adalah sebuah kekosongan (suwung).
Nah, untuk menyatukan diri dengan Tuhan ini jelas nggak mudah. Kamu harus mengosongkan diri dari hal-hal yang membebani jiwa seperti nafsu dan keinginan duniawi. Caranya dengan berpuasa atau melakukan tirakat, yang terbagi dalam 10 jenis.
1. Tapa Mutih
Tirakat ini sangat dikenal. Untuk melakukannya, kamu harus siap cuma minum air putih dan makan satu jenis makan tanpa garam selama 40 hari. Misalnya, air putih dan nasi putih tanpa tambahan apa-apa selama 40 hari.
2. Tapa Ngrowot
Lelaku ini mengharuskan kamu hanya makan sayuran. Wah, kayaknya ini berat banget ya buat orang yang nggak bisa berpisah dengan nasi. Setuju nggak?
3. Tapa Pati Geni
Kamu nggak boleh makan makanan yang dimasak menggunakan api. Selain itu kamu dilarang tidur dan menghidupkan cahaya. Semua aktivitasmu dilakukan dalam gelap. Selama seharian di kamar yang dilakukan hanyalah berdoa.
4. Tapa Ngebleng
Kamu dilarang makan dan minum selama hari-hari ganjil, meliputi 7 / 13 / 19 / 21 hari. Jika pada puasa biasa durasinya hanya dari subuh sampai Magrib, puasa Ngebleg ini dilakukan selama 24 jam.
5. Tapa kungkum
Caranya dengan merendam diri di sungai pertemuan arus selama 40 hari dengan bertelanjang dada. Selama melakukan Tapa Kungkum, kamu dilarang tertidur karena bisa membuat tirakat ini batal. Selain itu, tertidur juga akan membahayakan diri.
Baca Juga:
6 Ritual Populer saat Malam Satu Suro6. Tapa Ngeli
Kamu harus menghanyutkan diri di air. Ada yang mengatakan kalau pelaku tirakat ini menggunakan sampan dan membiarkan air sungai menghanyutkannya. Mungkin falsafahnya, hendaknya seseorang pasrah pada kehendak Tuhan.
7. Tapa Pendem
Kamu harus mengubur diri hingga tampak leher saja. Konon, jenis tirakat ini cukup berat karena pelaku kerap didatangi makhluk halus untuk menakut-nakutinya. Kamu juga harus memiliki fisik yang kuat agar nggak lemas.
8. Tapa Nggantung
Kamu harus menggantung di pohon dan dilarang menginjak tanah. Selain disebut tapa nggantung, ada juga yang menyebutnya tapa kalong. Semedi ini juga dipercaya meningkatkan kekuatan fisik dan melatih pernapasan.
9. Tapa Ngrame
Arti dari lelaku ini adalah tetap tenang meski di tengah hiruk-pikuk aktivitas manusia atau di keramaian. Selain itu, kamu harus siap berkorban atau menolong siapa saja dan kapan saja
10. Tapa Brata
Ritual terakhir adalah bersemedi dengan khidmat. Tirakat ini dianggap dapat membantu memusatkan diri pada Tuhan karena banyak pantangannya.
Gimana, susah ya? Tuhan memang nggak bisa ditemui orang sembarangan kan? Oya, dalam prosesnya ada tiga hal yang harus diingat, yaitu menjalankan puasa sesuai panduan guru-guru kebatinan, mengesampingan akal karena sebagian mengandung mistis, dan dilarang bertanya kepada guru.
Kira-kira kamu sanggup nggak nih, Millens? (SM/IB21/E03)