Suasana Warung yang Sederhana dan Bikin Betah

Begitu masuk ke area warung, suasananya langsung terasa Jogja banget: sederhana, hangat, dan jauh dari bising jalan raya. Tempatnya memang kecil, tapi justru itu yang menambah kesan rumahan. Pembeli duduk dengan sabar menunggu pesanan sambil menghirup aroma bumbu yang ditumis di atas tungku arang yang bikin kamu bernostalgia.

Penilaian para pengunjung yang datang pun rata-rata positif. Banyak yang memuji keramahan Pak Uun dan pelayanannya yang gesit, meski harus memasak hingga empat wajan sekaligus ketika sedang ramai-ramainya.

Salah satu keunikan Bakmi Pak Uun ada pada proses memasaknya yang tetap mempertahankan cara tradisional. Wajan panas diletakkan di atas tungku arang, lalu minyak dituang untuk menumis bumbu yang harum. Setelah itu baru ditambahkan daging ayam, air, sayuran, dan mie. Untuk nasi goreng, tahapannya hampir sama. Bedanya, setelah bumbu matang, nasi langsung digoreng hingga warnanya merata.

Teknik memasak ini menghasilkan aroma smokey yang lembut, khas masakan Jawa tempo dulu. Kuah bakmi godok-nya cenderung creamy, gurih, dan penuh rasa. Banyak pelanggan menyebut bakmi di sini terasa semakin nikmat karena menggunakan telur bebek. Pantas saja rasanya begitu kaya dan bikin susah lupa.

"Kuahnya creamy, kematangan mi pas, porsinya juga bikin kenyang," ungkap salah seorang pembuat konten kuliner terkemuka di Instagram @dyodoran.

Menu yang paling populer di sini tentu saja bakmi godok. Versi gorengnya juga tidak kalah sedap, cocok buat kamu yang kurang suka makanan berkuah. Ada juga nasi goreng dengan cita rasa klasik ala kampung. Harga per porsinya mulai sekitar Rp17.000 saja, murah untuk ukuran cita rasa yang bikin pelanggan balik lagi berkali-kali.

Beberapa pengunjung punya rekomendasi personal. Ada yang selalu pesan bakmi godok telur bebek, ada pula yang menyarankan minuman jahe serai sebagai pendamping biar tubuh hangat di malam hari. Kalau mau lebih nendang, teh hangat atau kopi juga cocok menemani makanmu.

Bakmi Palbapang Pak Uun bukan sekadar tempat kuliner karena menawarkan pengalaman dari suasana kampung yang tenang sampai aroma arang yang menguar dari dapur kecilnya. Jadi kalau kamu sedang di Bantul atau lagi kangen cita rasa bakmi Jawa yang otentik, warung ini wajib banget kamu sambangi. 

Ingat, datang lebih awal, ya, Gez, biar nggak kehabisan! (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kalau kamu penyuka bakmi Jawa, nama Bakmi Palbapang Pak Uun rasanya wajib masuk daftar kunjungan. Warung kecil yang tersembunyi di tengah permukiman Bantul ini sudah jadi legenda sejak tahun 2000. Meski lokasinya nyempil di Karasan, Palbapang, banyak orang rela “blusukan” demi seporsi bakmi godok gurih yang konon bikin ketagihan.

Warung Bakmi Pak Uun buka setiap hari mulai pukul 17.00 sampai 22.00 WIB. Tapi jangan tertipu jam tutupnya ya karena sering kali dalam tiga jam saja setelah buka, seluruh menu sudah ludes. Banyak food hunter yang sudah mengingatkan: kalau mau dapat jatah, datanglah sebelum malam benar-benar larut.

Meski buka sejak pukul 17.00 sampai 22.00 WIB, terkadang Bakmi Palbapang Pak Uun sudah kehabisan makanan saking banyaknya pembeli yang datang.

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

Salah satu penyebab utama risiko ini datang dari kualitas charger itu sendiri. Banyak charger murah atau palsu yang beredar, dan sayangnya, masih sering kita temui di rumah-rumah.

Charger semacam ini biasanya tidak punya sistem perlindungan arus, panas, atau pemutus otomatis. Jadi saat tetap terhubung ke listrik, ia akan terus bekerja dan menghasilkan panas. Kalau komponennya kurang bagus, panas yang menumpuk bisa memicu kerusakan, bahkan kebakaran.

Selain kualitas, faktor lingkungan juga berpengaruh. Charger yang dibiarkan menancap dan berada di area tertutup, misalnya dekat tumpukan barang atau di belakang furnitur, lebih mudah terperangkap panas. Apalagi kalau ruangan cenderung panas atau lembap, risiko kerusakan pada charger pun semakin tinggi.

Walau jarang terjadi, fluktuasi listrik dan sambaran petir bisa mempengaruhi perangkat yang sedang terhubung ke soket. Charger yang tidak punya pelindung arus bisa rusak seketika saat ada lonjakan tegangan. Dalam kasus ekstrem, korsleting bisa terjadi dan menimbulkan percikan api. Memang bukan sesuatu yang terjadi setiap hari, tapi cukup banyak orang yang baru sadar setelah perangkat mereka gosong duluan.

Peluang Muncul Ledakan Kecil, Tapi Tetap Ada

Tenang, bukan berarti setiap charger yang kamu biarkan menancap bakal “meledak”. Kalau kamu memakai charger asli dari jenama terpercaya, risiko masalah ini jauh lebih kecil. Produk resmi biasanya sudah melewati uji keselamatan dan punya fitur pencegahan panas berlebih. Tapi tetap saja, risiko kecil bukan berarti nol, apalagi kalau chargermu sudah menua, sering jatuh, atau pernah terasa panas berlebihan.

Untuk charger palsu, ceritanya beda. Risiko korsleting atau kebakaran naik berkali-kali lipat karena komponennya nggak dirancang tahan lama. Jadi lebih baik hindari, ya.

Biar nggak waswas, kamu bisa melakukan beberapa langkah sederhana:

Jadi, meski kelihatannya sepele, kebiasaan membiarkan charger tetap menancap tetap punya risiko. Baiknya segera lepas dari stopkontak deh kalau memang sudah nggak dipakai. Setuju, Gez? (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kita semua pasti pernah melakukan ini: selesai ngecas, ponsel dicabut, tapi kepala chargernya tetap anteng nempel di stopkontak. Kelihatannya sih nggak masalah. Toh nggak lagi dipakai, kan? Tapi ternyata kebiasaan kecil ini bisa menimbulkan risiko yang jarang kita sadari.

Meski jarang terjadi, ada kemungkinan kepala charger yang dibiarkan terus menancap bisa bermasalah. Tapi, jangan keburu membayangkan munculnya ledakan dramatis seperti di film, ya. Masalahnya biasanya jauh lebih sederhana, tapi tetap berbahaya kalau dibiarkan.

Banyak dari kita yang membiarkan kepala charger terus menancap di stop kontak meski sudah nggak lagi dipakai. Apakah hal ini berbahaya jika dibiarkan?

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

Peresmian dilakukan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Drs Agus Andrianto SH MH bersama jajaran pejabat kementerian, pimpinan Undip, dan perwakilan pemerintah daerah.


Dalam sambutannya, Menteri Agus menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas akses layanan keimigrasian. Dia mengatakan, keberadaan titik layanan di kampus menjadikan pelayanan semakin cepat, responsif, dan dekat dengan masyarakat.

"Saya berharap layanan ini bisa menjadi model bagi daerah lain," sebutnya.

Layanan yang dibuka meliputi penerbitan dan penggantian paspor WNI, BAP paspor hilang atau rusak, pelayanan izin tinggal WNA, serta konsultasi dan informasi keimigrasian.


Usai peresmian yang dilakukan dengan memukul gong, Menteri Agus meninjau ruang pelayanan yang telah dilengkapi ruang tunggu kondusif, sistem antrean terintegrasi, serta petugas yang telah dipersiapkan secara khusus.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Imigrasi Jateng Haryono Agus Setiawan menyampaikan, layanan ini merupakan langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat.


"Kehadiran layanan ini juga mempermudah mahasiswa asing Undip untuk mengurus izin tinggal, jadi akan mendukung kenyamanan mereka menjalani aktivitas akademik," jelasnya.

Setali tiga uang, Rektor Undip Prof Dr Suharmono SE MSi juga menyambut baik kerja sama tersebut dan menyatakan bahwa Undip siap menyediakan segala fasilitas yang diperlukan agar pelayanan imigrasi dapat berjalan optimal dan mudah diakses.

Campus Immigration Point di Undip diharapkan menjadi percontohan nasional dan mendorong kampus lain menghadirkan layanan publik serupa, terutama di lingkungan perguruan tinggi dengan aktivitas internasional yang tinggi.

Keberadaan layanan ini di kampus menegaskan bahwa Undip memiliki "aktivitas internasional" yang cukup baik. Kampus lain gimana, nih? (Murjangkung/E10)&nbsp;

Inibaru.id - Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Semarang meresmikan Campus Immigration Point di Universitas Diponegoro (Undip) pada Senin (1/12/2025) kemarin. Layanan ini menjadi yang pertama di Indonesia, yang memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus.

Dengan hadirnya fasilitas tersebut, mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, di lingkungan Undip bisa mengurus paspor hingga izin tinggal tanpa harus datang ke kantor imigrasi. Hal tersebut juga berlaku untuk masyarakat umum yang bukan merupakan bagian dari Undip.

Layanan Campus Immigration Undip ini menjadi yang pertama di Indonesia dan memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus, sekaligus menegaskan 'aktivitas internasional' yang cukup baik di salah satu kampus terbaik di Kota Semarang ini.

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

Tas rajut buatan tangan dari perempuan kreatif asal Kota Semarang yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut telah menempuh perjalanan jauh: menembus pasar dunia, menguatkan pejuang kanker, dan membuka ruang pemberdayaan bagi warga binaan Lapas Perempuan Semarang.

"Merajut itu awalnya hanya hobi. Karena anak-anak sudah besar, saya mengisi waktu luang dengan merajut. Saya ibu rumah tangga, ikut suami dinas di daerah terpencil, sehingga memilih fokus mengurus anak-anak," ujar Indah saat ditemui Inibaru.id akhir November lalu.

Indah mengaku belajar merajut secara autodidak sejak 2011. Gurunya adalah internet dan Youtube. Awal-awal berkreasi, dia hanya membuat taplak meja dan dompet kecil. Namun, seiring waktu, keterampilannya meningkat hingga bisa membuat tas rajut sendiri.

Sedikit demi sedikit, dunia rajut yang awalnya hanya pengisi waktu luang justru menjadi peluang. Indah merasa bangkit dan berdaya. Sembari melakoni keseharian sebagai ibu rumah tangga, dia mulai bisa melihat betapa besar peluang bisnis yang tersimpan dalam setiap karyanya.

Pada 2017, ketika sebagian besar pelaku UMKM masih berkutat di pasar lokal, Indah justru sudah merasakan aroma pasar global. Melalui PT Mas di Solo, dia dipercaya mengerjakan produk home decor untuk dikirim ke negara-negara di Eropa.

Sistemnya maklun; perusahaan menyediakan bahan, lalu Indah menangani produksi dan merekrut tenaga kerja yang dia latih sendiri.

Tas rajut buatan Indah merambah hingga Dubai setelah karya-karyanya dua kali lolos kurasi mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT). Dalam sesi business matching, dia bertemu buyer luar negeri yang kemudian memesan 1.000 tas makram untuk pasar Dubai.

"Semula diminta selesai satu bulan, saya nggak sanggup. Akhirnya dinego jadi lima bulan, per bulan 200 pieces. Saya ngajari orang-orang, mereka ikut mengerjakan," ungkap Indah.&nbsp;

Di antara banyak teknik, tapestri menjadi yang paling dia kuasai karena memungkinkan eksplorasi pola dan gambar. Dari sinilah lahir tas rajut bermotif batik berbahan dasar kulit yang harganya menyentuh angka Rp900 ribu per item.

Namun, di antara deretan pencapaian tersebut, ada satu bab yang paling mengesankan di pikiran Indah, yakni perjalanannya keliling Indonesia mengedukasi cara mengolah plastik menjadi tas rajut, kemudian mendonasikan hasil kegiatannya untuk menguatkan anak-anak penyandang kanker.

"Tahun 2019 itu kan lagi ramainya kampanye pengurangan plastik. Buat saya, plastik itu memang sulit dihilangkan total. Jadi, bagaimana cara mengurangi, bagi saya salah satunya ya diubah jadi tas rajut, karena bisa dipakai selama bertahun-tahun," kata Indah.

Plastik-plastik itu dipotong selebar kurang lebih dua sentimeter, lalu dirajut seperti biasa. Prosesnya memang lebih sulit dibanding merajut benang biasa, tetapi hasilnya kuat dan tahan lama. Namun, karya ini bukanlah produk komersial utama. Dia lebih sering membawanya untuk kampanye reduksi sampah sekali pakai.

Profit memang nggak selalu menjadi tujuan utamanya berkarya. Bahkan, pada pameran ini pun, dia dan temannya sudah sepakat untuk menyumbangkan dana yang terkumpul ke Yayasan Kanker Anak Indonesia sebagai dukungan moral bagi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit ganas itu.

"Tidak semua hal harus berupa profit. Saya senang kalau apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat buat orang lain," lontarnya.

Memberdayakan Warga Binaan Lapas Perempuan

Jiwa sosial Indah terus tumbuh, termasuk dalam berbagi ilmu. Ibu tiga anak itu mengaku akan dengan senang hati membagikannya, termasuk saat mengajari warga binaan di Lapas Perempuan Semarang merajut tanpa meminta bayaran sepeser pun.

"Di Lapas Perempuan itu saya nggak dibayar sama sekali. Murni untuk berbagi ilmu. Kalau ada yang benar-benar tertarik, saya kasih alatnya, saya kasih benangnya. Biar nanti kalau mereka keluar (bebas), bisa melanjutkan yang dia bisa," paparnya.

Warga binaan yang telah diajari Indah juga diberdayakan untuk membantu produksi. Bahan dan desain berasal darinya, lalu mereka mengerjakan sesuai kemampuan dan waktu. Setiap pekerjaan mereka tetap dibayar sebagai tambahan penghasilan dari dalam penjara.&nbsp;

Bagi Indah, menguatkan penyandang kanker dan berbagi ilmu dengan warga binaan adalah dua wajah dari misi yang sama, yakni untuk memanusiakan manusia lewat keterampilan. Merajut baginya bukan lagi sekadar aktivitas tangan, melainkan cara menyalurkan empati.

Saat ini Indah hanya dibantu satu karyawan tetap yang menjaga tokonya di kawasan Sambiroto. Proses produksi sehari-harinya masih dikerjakan sendiri, tetapi jika pesanan membludak, barulah dia melibatkan orang lain.

"Saya nggak menyangka bisa sejauh ini. Saat pandemi Covid-19, saya sempat kena saraf terjepit. Suami menyarankan untuk berhenti dan menjual seluruh benang. Namun, meski sudah didiskon, benang-benang itu nggak laku. Artinya, saya disuruh untuk terus merajut," tukas Indah, lalu tertawa ringan.&nbsp;

Nggak hanya menghasilkan profit, keterampilan merajut Indah juga telah menjalin asa untuk para penyandang kanker dan warga binaan di lapas. Panjang umur ya, Bu Indah! (Sundara/E10)

Inibaru.id - Di bawah tenda pameran UMKM di halaman Balai Kota Semarang, Indah Prihatiningsih, pemilik Ekkyta Collection duduk dengan tenang, tapi jemarinya lincah menari di atas gulungan benang, menuntaskan seutas tali tas yang belum selesai.

Sesekali, perempuan 60 tahun itu juga terlihat mengangkat wajah, menyapa pengunjung yang mampir, sebelum kembali pada ritme rajutannya.

Belajar merajut secara autodidak pada 2011, pemilik Ekkyta Collection, Indah Prihatiningsih, konsisten menyisihkan sebagian keuntungannya untuk anak-anak penyandang kanker; sekaligus mengajari warga lapas perempuan Semarang untuk belajar membuat tas rajut berkelas yang membuat Indah menjelajah pasar global.

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

Sebaliknya, kebun sawit adalah kawasan monokultur. Satu jenis tanaman mendominasi, lantai tanah sering terbuka, dan lapisan ekosistemnya sangat sederhana. Studi yang dikutip The Jakarta Post menegaskan, perkebunan sawit hanya mampu mendukung sebagian kecil spesies hutan. Riset lain yang dipublikasikan ScienceDaily menunjukkan hal serupa. Kebun sawit bukan habitat setara hutan tropis dan sebagian besar spesies nggak mampu beradaptasi di dalamnya.

Hasilnya sudah terlihat di banyak desa sekitar hutan. Semakin sedikit pepohonan asli, semakin sering satwa liar turun ke permukiman mencari makan. Mereka nggak “menyerang”, mereka hanya kehilangan ruang hidup.

Stok Karbon: Hutan Menyimpan, Sawit Membuang

Banyak klaim menyebut sawit “lebih efisien menyerap karbon,” namun para ilmuwan mengingatkan bahwa klaim itu menyesatkan. Menurut Profesor William Laurance yang dikutip Eco-Business, meski sawit tumbuh cepat, total karbon yang disimpan selama daur hidupnya jauh lebih rendah dibanding hutan primer.

Ketika hutan ditebang, karbon yang terkunci selama ratusan tahun terlepas ke atmosfer. Mongabay mencatat, konversi hutan ke sawit terutama di lahan gambut melepaskan emisi dalam jumlah masif. Sawit nggak mampu mengimbangi kehilangan itu, bahkan bisa menjadi sumber emisi baru ketika tanaman tua ditebang dan tanah kehilangan karbon.

Hutan tropis adalah bank karbon raksasa. Sawit hanyalah buku tabungan kecil.

Fungsi ekologis hutan juga nggak berhenti pada keanekaragaman hayati dan karbon. Hutan menjaga kesuburan tanah melalui siklus organik mulai daun gugur membentuk humus, mikroorganisme mengolah nutrisi, dan akar pohon menahan air. Tanah yang sehat membuat debit air stabil, sungai terjaga, dan wilayah terlindungi dari erosi.

Begitu hutan digantikan sawit, siklus itu terputus. Lahan menjadi lebih kering, tanah cepat padat, dan kebutuhan pupuk serta pestisida meningkat. Debit air menurun, longsor dan banjir menjadi lebih sering terjadi, dan suhu kawasan meningkat karena hilangnya kanopi yang meneduhkan.

Di banyak tempat, mata air mati bukan karena kemarau panjang, tetapi karena hilangnya pepohonan hutan.

Beberapa penelitian, seperti yang dirilis University of York, menemukan bahwa menyisakan sekitar 10 persen hutan asli dalam lanskap perkebunan dapat membantu menjaga sebagian kecil karbon dan biodiversitas. Namun angka itu tetap terlalu kecil untuk menggantikan kehilangan ekosistem hutan yang jauh lebih luas. Fragmentasi tetap terjadi, dan fungsi ekologis hutan tetap menurun drastis.

Hutan adalah satu kesatuan. Memisahkannya menjadi potongan-potongan kecil nggak akan membuat ekosistem bekerja seperti sediakala.

Hutan memberikan manfaat yang nggak bisa dihitung hanya dengan angka ekonomi. Ia menjaga air, menopang tanah, menstabilkan iklim, menyediakan habitat satwa, hingga menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati. Sementara perkebunan baik sawit, kopi, maupun karet memberi manfaat ekonomi jangka pendek yang penting bagi masyarakat, tetapi nggak dapat menggantikan kehidupan yang diberikan hutan.

Ketika hutan hilang, yang hilang bukan hanya pepohonan. Kita kehilangan penyangga kehidupan.

Karena itulah, setiap wacana mengganti hutan dengan kebun monokultur harus dilihat sebagai lebih dari sekadar keputusan tata guna lahan. Itu keputusan tentang masa depan, apakah kita ingin lingkungan yang stabil, atau ladang luas yang perlahan mengering. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di sejumlah daerah, barisan sawit yang rapi dan menghijau sering dianggap sebagai “pengganti” hutan. Dari kejauhan, pemandangannya tampak meyakinkan bahwa pohon-pohon tumbuh tinggi, daun lebat di kanan–kiri jalan, dan hamparan hijau sejauh mata memandang. Namun, poster edukasi lingkungan yang banyak beredar akhir-akhir ini sebenarnya memberi petunjuk penting hutan bukan sekadar deretan pohon. Ia adalah sistem kehidupan yang jauh lebih kompleks, sesuatu yang nggak dapat ditiru oleh kebun monokultur apa pun, termasuk sawit.

Hutan alami menyimpan biodiversitas yang luar biasa. Di dalamnya ada pepohonan raksasa, semak belukar, lumut, jamur, hingga organisme mikro yang hidup berdampingan dalam jaringan ekologis berlapis yaitu kanopi, bawah tajuk, hingga lantai hutan. Satwa liar seperti burung, primata, mamalia kecil, reptil, serangga penyerbuk menjadikannya rumah.

Hutan nggak bisa digantikan oleh kebun sawit atau tanaman monokultur lainnya. Di balik hamparan hijau yang tampak serupa, hutan menyimpan fungsi ekologis yang jauh lebih kompleks mulai dari biodiversitas, penyimpanan karbon, hingga penjaga tanah dan air yang nggak mampu ditiru perkebunan.

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

Nah, karena alasan itulah, siomay tergolong sebagai street food. Karena rasanya yang istimewa, maka Taste Atlas&nbsp;pun memasukkannya dalam daftar street food terenak di dunia!

Situs yang merupakan ensiklopedia kuliner internasional ini mengeluarkan daftar tersebut pada Minggu (6/4/2025) lalu. Dalam daftar itu, siomay bertengger di peringkat ketiga. Jajanan kaki lima lain yang masuk dalam 20 besar adalah 'saudara' dari siomay, yaitu batagor di peringkat 15, dan satai kambing di posisi 18.

Kalau menurut keterangan situs tersebut, siomay yang tercipta di Tanah Pasundan ini istimewa karena terdiri atas bahan-bahan lezat layaknya pangsit ikan, kentang, tahu, kubis, serta bahan opsional seperti telur dan pare. Rasa dari bahan-bahan ini disempurnakan dengan siraman saus kacang yang membuatnya jadi istimewa. Apalagi jika diberi siraman air jeruk nipis.

Jika siomay hanya ada di peringkat ketiga, lantas apa saja 2 jajanan street food yang menurut Taste Atlas lebih enak dari siomay? Di posisi pertama adalah garantita dari Aljazair. Kalau yang ini sih, bentuk dan rasanya mirip dengan kue panggang.

Yang bikin jajanan ini istimewa adalah adanya bahan-bahan khas negara Afrika Utara seperti tepung kacang arab, rempah-rempah, dan bahan-bahan seperti jinten dan harissa. Dijamin enak, kok!

Selain itu, di peringkat kedua adalah guotie yang berasal dari Tiongkok. Kalau yang ini mirip dengan pangsit namun berisi daging babi yang sudah dicincang, kubis, daun bawang, anggur beras, jahe, serta minyak biji wijen. Cara pengolahan camilan ini adalah digoreng.

Persis setelah siomay adalah birria tacos yang bisa kamu dapatkan di Meksiko. Sementara itu, di peringkat kelima adalah roti pipih tradisional India bernama Parotta.

Bangga ya, Millens, siomay masuk dalam tiga besar jajanan street food terenak di dunia. Nyatanya, siomay memang seenak itu dan pantas untuk masuk dalam daftar ini. Kamu setuju, kan? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id - Meski secara ekonomi masih belum menjadi negara maju, warga Indonesia diberkahi dengan beragam kuliner istimewa. Cukup banyak makanan khas Indonesia yang mendapatkan label terenak di dunia. Nah, belakangan ini, siomay jadi penganan kesekian dari Tanah Air yang mendapatkan label tersebut.

Kamu tahu sendiri kan, siomay bisa dengan mudah ditemukan di pinggir jalan. Biasanya sih penjualnya memakai gerobak dan menjualnya di dekat dengan keramaian. Kamu bisa makan langsung di sana, atau membungkusnya untuk dimakan di tempat lain. Harganya? Dijamin murah meriah, Millens.

Hanya garantita dari Aljazair dan guotie dari Tiongkok yang dianggap sebagai jajanan street food yang lebih enak dari siomay, Millens.

Siomay Jadi Jajanan Street Food Terbaik Ketiga Dunia Versi Taste Atlas

Terkait dengan namanya yang berupa sempolan atau sempol, ternyata
berasal dari daerah di mana penganan ini berasal, yaitu Desa Sempol yang ada di
Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari Ibu Kota Kabupaten Malang
Kepanjen, desa ini berjarak kurang lebih 19 kilometer. Kalau dari Kota Malang,
jaraknya sekitar 45 kilometer ke arah selatan.

Konon, sempolan mulai dikenal warga Sempol setelah
diperkenalan oleh salah seorang pembuat jajanan bernama Cak Man pada 2014 lalu.
Awalnya, Cak Man berjualan cilok, namun terpikir untuk sedikit memodifikasi
jajanannya agar bisa lebih menarik perhatian pembeli.

Cilok yang dia buat dikepal-kepal agar bentuknya mirip
dengan mendol, jajanan khas malang dari kedelai dengan bentuk lonjong. Setelah
itu, dia iseng mencelupkan adonan tersebut ke dalam adonan telur kocok dan
kemudian menggorengnya.

Setelah mencobanya, Cak Man menganggap aroma telur dan rasa
daging ayam dari penganan yang dia buat jauh lebih menarik dari cilok pada
umumnya. Dia pun akhirnya yakin untuk menjualnya di tempat dia biasa mangkal,
yaitu di depan Brawijaya Smart School (BSS) di Kota Malang.

Saat ditanya soal nama penganan yang dia jual, Cak Man pun
mengambil nama desa tempat dia berasal, yaitu Sempol. Rekan-rekan sesama penjual
banyak yang penasaran dan mencoba. Banyak yang kemudian belajar ke Cak Man
untuk bisa membuatnya sendiri dan menjualnya di tempat lain. Sejak saat itulah,
nama sempol atau sempolan dikenal sebagai salah satu jajanan street food yang
selalu dicari di mana-mana.

Setidaknya, nama sempolan atau sempol ini sesuai dengan
tempat di mana jajanan ini berasal ya, bukannya seperti bika ambon yang sering
dikira dari Maluku padahal dari Sumatera Utara. Omong-omong, kamu suka jajan
sempolan nggak, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Soal
street food alias makanan pinggir jalan, bisa dikatakan kuliner Indonesia
adalah salah satu yang terbaik di dunia. Ada banyak sekali makanan atau jajanan
yang bisa kamu cicipi dengan harga yang terjangkau. Salah satu dari jajanan
tersebut adalah sempolan.

Buat kamu yang belum pernah nyobain sempolan, jajanan yang
juga kerap disebut sebagai sempol ini termasuk dalam gorengan. Bahan utamanya
adalah tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu serta daging ikan atau ayam
yang sudah dihaluskan lalu dibentuk lonjong. Biasanya, sih, sempolan ditusuk
lidi, dicelupkan ke dalam kocokan telur, lalu digoreng di dalam minyak bersama
dengan lidinya. 

Selain dimakan langsung, terkadang sempolan dimakan dengan
saus khusus berupa sambal kacang, bubuk cabai, atau saus sachetan. Harganya
bervariasi tergantung pada ukuran atau bahan yang digunakan. Tapi seringkali
ramah di kantong, kok, Millens.

Nama sempolan, jajanan street food khas Indonesia ini ternyata berasal dari sebuah nama desa di Malang, yaitu Desa Sempol. Seperti apa ya cerita tentang jajanan ini?

Sempol, Desa di Malang yang Jadi Asal Sempolan

Inibaru.id - Sabtu siang, saya melangkahkan kaki ke Citraland Semarang saat belum banyak toko yang buka. Saya terus melangkah sampai ke bagian foodcourt. Belum sampai masuk, saya lihat beberapa orang bergerombol menunggu kedai yang belum selesai ditata.
Nggak lama sang chef mulai memanggang daging iris dengan bumbu merah, aromanya menyeruak menggoda hidung saya! Di sampingnya ada sate smoke beef dengan jamur. Suara keduanya kemrenyes, bikin pengunjung penasaran.
Baca Juga: <a href="/kulinary/lezatnya-chicken-turkey-ala-3-pot-thai-street-semarang-sampai-bikin-terbayang-bayang" target="_blank">Kelezatan Chicken Turkey Ala 3 Pot Thai Street Semarang yang Bikin Terbayang-bayang</a> <a href="/kulinary/thailand-street-food-jajanan-thailand-murah-di-3pot-thai-street-semarang" target="_blank">Thailand Street Food: Jajanan Thailand Murah di 3POT Thai Street Semarang</a>
Ternyata keduanya adalah Thai beef in red dan beef enoki. Nggak sabar mencoba, saya memesan salah satunya yang paling bikin saya penasaran, thai beef in red! Selama dimasak, aroma sedapnya benar-benar bikin ngiler. Lemak-lemak daging iris dengan bumbu merahnya pun mulai menetes. Daging yang tadinya merah mulai mengkerut kecokelatan sambil sesekali dibolak-balik.
<img src="/nuploads/89/thaistreet/3%20POT_Annisa_3.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
&nbsp;<code>Beberapa jenis kentang bisa kamu pilih.&nbsp;(Inibaru.id/ Annisa Dewi)</code>
Sebelum disajikan, ada beberapa jenis kentang goreng yang bisa kamu pilih. Ketiganya adalah potato wedges, potato puff, dan potato waffle. Ketiganya sama-sama enak dan punya tekstur sendiri. Sebagai pelengkap, lima jenis saus bisa pula kamu coba. Ada saus keju, hot spicy, spesial, saus thailand, dan pedas manis. Dari beberapa pilihan kentang dan saus, kamu bisa lo jika ingin mencampur semuanya.
Bikin Kenyang 
Dalam satu mangkuk, kamu akan mendapat seporsi daging sapi panggang dengan beberapa sayuran seperti jagung dan brokoli. Kentang goreng berbagai gaya dan guyuran saus bikin thai beef in red ini jadi satu paket yang lengkap.
Thai beef in red yang masih berasap dan lemaknya yang mengkilat bikin saya nggak sabar mencobanya. Dagingnya yang nggak terlalu lama dimasak bikin tekturnya masih agak alot tapi juicy. Irisannya yang tipis-tipis bikin daging sapi ini cepat matang.
<img src="/nuploads/89/thaistreet/3%20POT_Annisa_4.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Seporsi thai beef in red yang benar-benar bikin kenyang. (Inibaru.id/ Annisa Dewi)</code>
Dagingnya yang berlemak, paling cocok disajikan dengan saus spesial dengan cita rasa pedas asam khas Thailand. Perpaduan sayuran yang masih kress dan saus asam bikin red thai beef ini jauh dari kata enek. Bagimu penyuka pedas, saus hot spicy nampaknya cocok kamu pilih.
Menurut Triana, owner 3Pot Thai Street saus spesialnya serupa dengan saus asli Tahiland, namun dia mengaku memodifikasi rasanya supaya bisa diterima lidah orang Indonesia. Beberapa bumbu yang dia gunakan juga sengaja didatangkan langsung dari Thailand, lo. &ldquo;Kalau daging dan bahan basah ya dari dalam negeri,&rdquo; tambah Triana. Oh ya, selain daging sapi, kamu juga bisa memilih daging ayam lo Millens!
Thai beef in red ini merupakan menu baru di kedai yang berdiri sejak empat tahun lalu ini. Triana memang nggak berniat punya kedai sendiri. Saat ini dia hanya membuka kedai kecil di foodcourt DP Mall dan Citraland Semarang. &ldquo;Ya biar seperti ini saja. Sekarang sudah ada dua kedai, di sini dan di DP mall,&rdquo; katanya saat ditemui Inibaru.id.
Untuk menikmatinya, kamu cukup merogoh kocek sebesar 35-40 ribu saja. Dengan harga segitu, dijamin kamu nggak akan menyesal dengan rasanya! Penasaran? Yuk langsung cuss ke CL atau DP mall. (Zulfa Anisah/E05)
<iframe src="//www.youtube.com/embed/t6IqRaLSJ3c" width="425" height="350" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe>
&nbsp;
Kategori&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Streetfood
Harga Makanan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Rp 35.000&ndash;Rp 40.000
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: DP Mall dan Citraland Semarang
Jam Operasional&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp; : Pukul 10.00 s/d 21.00 WIB

Di kedai 3Pot Thai Street Semarang, kamu bisa coba berbagai makanan pinggir jalan khas Thailand. Salah satu yang layak kamu coba adalah thai beef in red yang nikmatnya kebangetan. Penasaran?

Kenikmatan Duniawi dalam Suapan Thai Beef in Red Kedai 3Pot Thai Street Semarang 

Inibaru.id &ndash; Netflix baru-baru ini merilis trailer untuk serial dokumenter terbarunya Street Food. Serial dokumenter itu adalah garapan keempat Netflix yang berfokus untuk membahas seni kuliner. Dalam Street Food, salah satu kuliner Indonesia yang legendaris juga turut disoroti yakni lupis Mbah Satinem di Yogyakarta.
Laman Medcom, Kamis (11/4/2019), menulis, dalam sinopsis resmi, penyedia layanan media streaming digital itu menuliskan serial baru tersebut sebagai &ldquo;Perjalanan budaya menyusuri makanan kaki lima dan menemukan kisah orang-orang yang membuat hidangan penuh rasa&rdquo;.
Sesuai dengan tujuan itu, dokumenter ini rencananya nggak hanya akan bercerita tentang makanan khas lokal di setiap negara. Mereka juga bakal menyajikan kisah orang-orang di baliknya, Millens.
Nah, ini juga termasuk kehidupan Mbah Satinem yang ejak 1963 sudah berjualan lupis. Hingga sekarang, perempuan berusia senja itu juga masih menjajakan kue lupisnya di Timur Pesona Tugu Yogyakarta atau Jalan Pangeran Diponegoro Yogyakarta.
Selain lupis Mbah Satinem, edisi Indonesia ini juga akan mengisahkan gudeg buatan Mbah Lindu serta mie lethek khas Bantul dari Yasir Feri Ismatrada.
Sementara itu, hidangan Asia lainnya yang akan ditampilkan antara lain omelet kepiting dan sup tom yum buatan Jay Fai (Bangkok), tuna bakar buatan Toyo dan okonomiyaki buatan Goshi (Jepang), chaat buatan Dalchand Kashyap (India), dan siput buatan Truoc (Vietnam).
Ada pula sup kepala ikan buatan Grace Chia Hui Lin (Tiongkok), kepiting asin kedelai buatan Gunsook Jung (Korea Selatan), putu piring buatan Aisha Hashim (Singapura), dan belut terumbu rebus buatan Florencio Escabas (Filipina).
Berdasarkan rencana, serial musim pertama ini akan dirilis pada 26 April 2019. Penasaran pengin nonton? (IB07/E04)

Netflix merilis sebuah trailer untuk serial dokumenternya Street Food. Dalam trailer tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang akan disorot kulinernya, yakni Lupis Mbah Satinem asal Yogyakarta yang legendaris.

Lupis Mbah Satinem Masuk dalam Film Dokumenter Netflix

Inibaru.id - Jalan panjang dilalui Tugiyo untuk membesarkan&nbsp;Wedang Jahe Rempah Mbah Jo, terlebih di&nbsp;tengah modernitas yang juga berimbas pada kuliner. Namun, konsistensi yang dibangunnya mampu mengubah anggapan bahwa usaha kuliner nggak harus&nbsp;mati-matian&nbsp;dikonsep kekinian&nbsp;untuk diterima pasar.
Nggak hanya bertahan, kedai yang berlokasi di Jalan Menteri Supeno, Mugassari, Semarang Selatan, Semarang, ini bahkan masih ramai dikunjungi pelanggan setianya. Tua-muda, cowok-cewek, semua bersedia mengantre demi segelas minuman hangat yang konon mampu menyembuhkan pelbagai&nbsp;penyakit itu.
Tugiyo menuturkan, nggak mudah mempertahankan usaha olahan minuman tradisional tersebut. Awal mula mendirikan usaha, lelaki asal Kabupaten Sukoharjo itu hanya mampu menghabiskan nggak lebih dari satu kilogram jahe saban minggu.
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/4-min.jpg" alt="" width="731" height="487" />
<code>Meracik wedang jahe rempah. (Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)</code>
Bermodal warung pemberian pemerintah kota, Tugiyo mencoba bertahan dengan menyajikan dua menu andalan, yakni wedang jahe geprak gula batu dan jahe geprak gula jawa. Selanjutnya, dia berinovasi dengan menyajikan menu yang kini jadi andalannya, yakni wedang jahe rempah.
Menciptakan racikan wedang jahe rempah nggak muncul begitu saja, Millens. Butuh beberapa kali percobaan untuk Tugiyo hingga akhirnya mendapat racikan yang pas dan khas. Tiap percobaan dia ujikan ke pelanggan hingga ketemu racikan yang paling sesuai.
"Pada racikan terakhir, mereka (pelanggan) merasakan badan yang segar setelah meminumnya. Nah, racikan jahe rempah itu bertahan hingga sekarang,&rdquo; ujar Tugiyo.
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/3-min.jpg" alt="" width="751" height="500" />
<code>Wedang jahe rempah. (Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)</code>
Untuk menumbuk rempah, hingga kini Tugiyo mengaku masih memakai peralatan tradisional dari batu. Rempah yang telah digeprek itu kemudian dilarutkan dalam air dan diberi tambahan gula batu.&nbsp;Rasanya? Harum di hidung, manis di lidah, hangat di tubuh!
Nurul Diah adalah salah seorang pelanggan yang telah merasakan khasiatnya.&nbsp;Menurutnya, mengonsumsi wedang jahe rempah membuat badannya terasa hangat. Dia mengaku lebih menyukai racikan herbal dan tradisional seperti di Mbah Jo karena nggak memiliki efek samping.
"Menu favorit saya Jahe Rempah dan Wedang Uwuh," kata Nurul.
Sementara, Subhan, pelanggan lain,&nbsp;menjadikan wedang jahe rempah di Mbah Jo sebagai andalan saat tubuhnya terasa pegal-pegal atau kondisi badannya&nbsp;kurang sehat.
"Badan&nbsp;terasa segar kembali setelah mengonsumsi wedang jahe rempah," ujarnya.
Lelaki yang juga seorang atlet sepeda itu menuturkan, wedang jahe rempah Mbah Jo juga diklaimnya mampu membuat tubuhnya terus tampil prima dalam setiap kompetisi balap sepeda yang diikutinya.
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/8-min.jpg" alt="" width="668" height="445" />
Pelanggan warung jahe rempah mbah jo. (Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)
Minuman di Wedang Jahe Rempah Mbah Jo dijual dengan harga yang cukup terjangkau, yakni di kisaran Rp 6.000-7.000 saja. Karena nggak menggunakan pengawet, wedang di Mbah Jo hanya bertahan antara 3-4 hari saja, asal berada di lemari pendingin.
Sementara, kalau kamu membeli yang belum diseduh, racikan rempah itu bisa bertahan lebih lama, yakni hingga tiga bulan.
Nah, gimana, Millens? Butuh kehangatan, datang saja ke Wedang Jahe Rempah Mbah Jo! (Muhammad Adiatma/E03)
&nbsp;
Warung Jahe Rempah Mbah Jo
Kategori&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Street food
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Jalan Menteri Supeno, Semarang, Jawa Tengah
Jam Buka&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Senin&ndash;Jumat Pukul 06.00&ndash;23.00 WIB
&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Sabtu Libur
&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Minggu Pukul 17.00&ndash;23.00 WIB
Harga Menu&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; : Rp 1.000 s.d. Rp 8.000
&nbsp;

Di tengah beragamnya olahan minuman kekinian, warung Wedang Rempah Mbah Jo masih eksis melayani pelanggan setianya. Bertahannya olahan minuman tradisonal ini nggak lepas dari perjuangan keras pendirinya.

Wedang Jahe Rempah Mbah Jo, Tetap Mampu Hangatkan Pelanggan hingga Sekarang

Inibaru.id &ndash; Warung minuman tradisional biasanya memiliki konsep angkringan sederhana. Tapi itu nggak berlaku untuk warung wedang jahe rempah yang satu ini. Berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Ngaliyan, Semarang, Warung Wedang Rempah Jahe Mbah Jo 2 menyajikan konsep ala kafe kekinian.
Terinspirasi dari anak muda yang nggak bisa dipisahkan dari dengan kebiasaan nonkrong, Deni menggagas konsep unik ini. Selain itu, pihaknya juga mengaku selalu mengutamakan kebersihan dan pelayanan terbaik guna memuaskan pelanggan.
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/14%282%29-min.jpg" alt="" width="754" height="502" />
<code>Pelbagai camilan dan "nasi kucing" yang disediakan di&nbsp;cabang Warung Jahe Rempah Mbah Jo yang berada di Jalan Gatot Subroto Semarang.&nbsp;(Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)</code>
Minuman di warung cabang ini nggak jauh berbeda dengan yang ada di Jalan Menteri Supeno, Semarang Selatan, yakni sekitar Rp 6.000-7.000 saja. Pun demikian dengan makanannya. Hm, murah meriah!
Oya, seperti kebanyakan pembeli, kamu mungkin bakal merasa aneh kalau baru kali pertama mencoba jahe rempah di Mbah Jo. Yap, aromanya cukup "khas". Namun, setelah tahu khasiatnya, dijamin kamu bakal balik lagi! Ini persis seperti yang dibilang Deni.
Pemilik kedai yang baru dibuka Agustus 2018 lalu ini mengaku, sebagian pembelinya memang sempat merasa aneh jika pertama menjajal wedang di tempatnya.
"Tapi, umumnya mereka kembali setelah tahu khasiatnya dan justru menjadi pelanggan setia," ungkap Deni.
Hal tersebut dibenarkan Retno Asri, salah seorang pelanggan Warung Jahe Rempah Mbah Jo 2. Kali pertama minum jahe rempah, dia mengaku kurang suka. Namun, setelah diminum, Retno merasa badannya lebih&nbsp;hangat dan segar.&nbsp;
"Habis itu jadi keterusan, suka sampai sekarang dan jadi pelanggan tetap di sini,&rdquo; tuturnya.
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/5-min.jpg" alt="" width="744" height="496" />
<code>Racikan rempah-rempah yang digunakan. (Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)</code>
Wedang jahe rempah diracik dari paduan rempah seperti jahe merah, temulawak, kunir putih, dan ramuan khusus yang ditemukan pendirinya. Deni mengatakan, tiap rempah yang ditambahkan dalam minuman itu punya khasiat sendiri. Konon, campuran&nbsp;wedang tradisional itu mampu mengembalikan stamina tubuh setelah lelah bekerja seharian. &nbsp;
<img src="/nuploads/82/warung jahe rempah mbah jo/11-min.jpg" alt="" width="761" height="507" />
<code>Wedang jahe rempah Mbah Jo (Inibaru.id/ Muhammad Adiatma)</code>
Selain jahe rempah, Warung Jahe Rempah Mbah Jo 2 juga menyediakan sekitar 20 minuman rempah tradisional lain, di antaranya jahe rempah, jahe cokelat, kopi rempah, dan wedang uwuh. Wah, sepertinya menarik!
Gimana, mumpung sudah jam pulang kerja nih?&nbsp;Kuy-lah samperin! Cocok untuk menu kulinermu di musim penghujan seperti sekarang ini, Millens!&nbsp;(Muhammad Adiatma/E03)

Berbeda dengan Warung Jahe Rempah Mbah Jo yang "tradisional", cabangnya yang berada di jalan Gatot Subroto Semarang dikonsep lebih kekinian yang bersih dan millenials banget. Hm, seperti apa, ya?

Cabang Warung Jahe Rempah Mbah Jo, Kafe Kekinian dengan Wedang yang Tetap Tradisional

Inibaru.id &ndash; Gerai ini dikelola pasangan istri-suami Triana Elvia dan Toni Setiawan.&nbsp;3 Pot Thai Street namanya.&nbsp;Hampir tiap&nbsp;festival makanan di Semarang, gerai tersebut selalu ramai pengunjung. Kali terakhir, mereka hadir di gelaran Festival Makanan Pedazz yang bertempat di Pasaraya Sri Ratu Semarang.
Festival itu menjadi perjumpaan kedua saya dengan Triana. Sebelumnya, saya sempat bertemu dengan perempuan ramah tersebut kala dia menghadiri bazar di Paragon Mall Semarang. Sembari&nbsp;ngobrol, kala itu saya mencicipi Chicken Turkey yang menjadi salah satu menu favorit pengunjung.
Dari tampilannya saja, makanan ini menggoda banget. Daging kalkun dipotong tipis kemudian disatai. Potongan daging itu lalu diberi sejumlah isian seperti sosis, jamur, atau cumi, setelah itu digulung.
Dari banyaknya varian, saya memilih sosis sebagai isian.&nbsp;Seporsi menu ini terdiri atas dua tusuk daging. Satu tusuk satai berisi tiga daging gulung yang rasanya asin dan sedikit pedas. Saya bisa bilang aroma daging ini pun sedap.
<img src="/nuploads/62/Thailand%20Street%20Food%20%282%29.jpg" alt="" width="690" height="390" />
<code>3 Pot menyuguhkan kuliner kaki lima Thailand. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Pada bagian pertama chicken turkey yang saya santap, Triana menambahkan saus thailand dan saus keju. Dua jenis saus ini menghasilkan rasa pedas dan manis yang menggugah selera.
Menurut saya, rasa kedua saus ini pas. Untuk yang nggak doyan pedas, rasa saus thailand&nbsp;cukup&nbsp;bisa ditolerir lidah, kok. Namun, sebaliknya, saus ini&nbsp;kurang membakar lidah bagi pencinta pedas.
Nggak cukup pedas, tapi bukan berarti menu tesebut nggak enak. Rasanya nagih!&nbsp;Bayangkan, dalam guyuran saus sweet thailand, spicy hot thailand, dan saus keju, kamu tetap merasakan kenikmatan daging ayam yang masih kenyal. Plus lelehan keju di sekeliling makanan itu, lengkap sudah!&nbsp;
Saya bahkan sudah berencana icip-icip varian lain kalau mereka ikut festival kuliner lagi. Ha-ha.&nbsp;
O ya, supaya makin kenyang, kentang goreng mengisi bagian paling dasar wadah 3 Pot. Tiga kentang berbentuk waffle, puff, dan scoop ini sudah dibumbui saus.
Di antara ketiga kentang tersebut, saya paling suka yang bentuknya waffle. Di lidah saya, rasa pedas dan manisnya lebih terasa dalam waffle ketimbang bentuk yang lain.
<img src="/nuploads/62/Thailand%20Street%20Food.jpg" alt="" width="729" height="412" />
<code>Kentang jadi salah satu isian dalam 3 Pot. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Saya&nbsp;rasa, mahar sebesar&nbsp;Rp 35 ribu untuk menebus makanan ini nggak kemahalan untuk rasa semenarik itu.&nbsp;Terus terang, saya pengin mencobanya lagi.
Namun, ada satu hal yang sempat bikin saya penasaran: Kenapa nggak pakai nasi ala rice box biar lebih kenyang?&nbsp;Saat saya tanyakan itu, Triana menggeleng.&nbsp;Perempuan 34 tahun itu mengaku&nbsp;sempat menambahkan nasi, tapi pembeli kurang&nbsp;menyukainya.
&ldquo;Mereka lebih suka 3 Pot tetap jadi kudapan daripada berubah ala rice box,&rdquo; kata dia.
Tanpa Kedai
Menjalani bisnis kuliner ini selama empat tahun, Triana dan sang suami mengaku berjualan&nbsp;3 Pot Thai Street hanya saat ada acara seperti festival kuliner atau bazar makanan. Sesekali, mereka juga membuka pre-order via Instagram di @thaistreet_smg.
Sementara, perkara&nbsp;nama, 3 Pot dipilih untuk melambangkan tiga bentuk kentang yang menjadi isiannya.&nbsp;Nah, karena yang dijual adalah makanan kaki lima khas Thailand, namanya pun menjadi&nbsp;3 Pot Thai Street.
<img src="/nuploads/62/Thailand%20Street%20Food%204.jpg" alt="" width="713" height="403" />
<code>Keju dilelehkan di atas daging. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Ngomongin harga, seporsi 3 Pot bisa kamu cicipi dengan merogoh kocek sebesar Rp 35.000. Khusus untuk kamu yang pengin beef dengan campuran mozzarela, kamu perlu menambah Rp 5.000 lagi.
Duh, jadi lapar, nih! Saya terus terbayang-bayang kelezatannya. Hm, andaikan 3 Pot punya kedai atau&nbsp;saya bisa memesannya via ojek daring, mungkin hari-hari makan siang saya bakal lebih menyenangkan! Ha-ha.&nbsp;(Artika Sari/E03)
&nbsp;
3 Pot Thai Street Semarang
Kategori&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Street Food
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;:&nbsp;Pre-order via Instagram&nbsp;@thaistreet_smg
Harga Makanan : Rp 35.000 s/d Rp 40.000

3 Pot Thai Street Semarang menjadi salah satu kuliner yang telah memiliki banyak pelanggan di Semarang. Selama empat tahun berjalan, kuliner ini jadi favorit banyak orang. Saya yang penasaran akhirnya tertarik mencoba chicken turkey, salah satu menu andalannya.

Kelezatan Chicken Turkey Ala 3Pot Thai Street Semarang yang Bikin Terbayang-bayang

Inibaru.id &ndash; Para pengunjung tampak memadati Festival Makanan Pedazz Semarang siang itu, Rabu (28/11/2018). Kendati sedang ramai, saya cukup beruntung bisa ngobrol dengan Helena Ursula Andreas, pemilik Raising Chickens. Sesekali, pembicaraan kami terhenti lantaran dia harus melayani pembeli.
Sambil ngobrol, saya mencicipi Chicken Waffle Blackpepper dan Loaded Fries Cheese bikinannya. Supaya makin nikmat, nggak lupa segelas Galaxy Mermaid Tears jadi penyejuk tenggorokan.
Kendati masih satu lokasi, Galaxy Mermaid Tears bukanlah produk Raising Chickens. Minuman ini di bawah jenama Vanilla Unicorn, produk Helena yang khusus menyediakan minuman. Dengan harga Rp 18.000, kamu bisa menikmati minuman yang juga "nampang" di salah satu gerai di festival tersebut.
Sekilas, produk&nbsp;ini akan mengingatkanmu pada minuman bersoda. Padahal, Galaxy Mermaid Tears sama sekali nggak menggunakan soda, lo. Helena mengatakan, sensasi soda itu berasal dari campuran lemon dan bunga telang.
<img src="/nuploads/62/Cemilan%205.jpg" alt="" width="694" height="636" />
<code>Gradasi warnanya keren, kan? (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Lemon dan bunga telang menghasilkan perpaduan warna yang cantik dalam Galaxy Mermaid Tears. Sebelum diaduk, bagian atas minuman ini berwarna biru, sedangkan bagian bawahnya berwarna kuning. Setelah saya mengaduknya, warna Galaxy Mermaid Tears berubah menjadi ungu.
Perlu kamu tahu, bunga telang memang biasa digunakan sebagai pewarna makanan alami. Mencampurnya dengan bahan yang memiliki keasaman tinggi seperti lemon akan menghasilkan warna ungu yang lebih tajam.
Membahas minuman kurang lengkap rasanya kalau belum membahas makanan. Setelah menyeruput Galaxy Mermaid Tears sedikit, saya akhirnya mencicipi Chicken Waffle Blackpepper.
Belakangan, cone&nbsp;memang nggak melulu digunakan sebagai wadah es krim. Pebisnis kuliner makin kreatif memanfaatkan cone untuk menghasilkan kudapan-kudapan baru yang menarik.
<img src="/nuploads/62/Cemilan%202.jpg" alt="" width="699" height="466" />
<code>Daging ayamnya enak dengan tekstur yang kenyal. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Cone dengan panjang sekitar 18 sentimeter ini diisi potongan daging ayam. Dibandingkan cone yang pernah saya makan sebelumnya, cone ini terasa lebih gurih. Lebih istimewa, Helena menambah rasa kari dalam adonannya.
Sementara itu, untuk isian, bumbu lada hitam merasuk sempurna ke dalam daging ayam. Bumbu ini menghasilkan rasa manis dan asin yang pas di lidah saya. Untuk ukuran kudapan, saya bersedia memberi lima dari lima bintang untuk Chicken Waffle Blackpepper.
Nah, sekarang ngomongin Loaded Fries Cheese. Kentang goreng memang camilan biasa, tapi ada yang berbeda dari rasa kentang goreng ala Raising Chickens. Karena saya penggemar kuliner pedas, kentang goreng ini secepatnya jadi favorit saya.
Bubuk paprika ditambah saus tomat, saus mayones, dan taburan keju menghasilkan rasa pedas yang bikin nagih. Nggak lupa, biar tampilannya makin manis, daun oregano ditaburkan pula di atas menu ini. Hm, nagih en pengin pesan lagi!
<img src="/nuploads/62/Cemilan%203.jpg" alt="" width="697" height="416" />
<code>Loaded Fries Cheese. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Sayang, saat saya bertanya apakah Raising Chickens bisa dipesan via ojek daring, Helena mengaku masih belum mengembangkannya. Saat ini dia memilih fokus berjualan pada acara tertentu.
Nah, mumpung Festival Makanan Pedazz masih bakal berlangsung sampai 2 Desember mendatang, jangan lupa datang ya, Millens! Bertempat di Pasaraya Sri Ratu Semarang, kamu bisa mencicipi menu-menu Raising Chickens di sana.
Raising Chickens menyediakan 14 menu dengan harga sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 35&nbsp;ribu. Sementara, untuk Vanilla Unicorn, ada delapan varian rasa di sana. Helena mematok harga minumannya sekitar Rp 18&nbsp;ribu hingga Rp 24&nbsp;ribu. Masih nyaman di kantong kamu yang baru nerima gaji, kan? Ha-ha.
Baiklah,&nbsp;yang lapar buruan datang ke Festival Makanan Pedazz, ya! Icip-icip ke gerai Raising Chickens dan Vanilla Unicorn juga, gih! Selamat mencoba! (Artika Sari/E03)
Raising Chickens &amp; Vanilla Unicorn
Kategori&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Street Food
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: -
Harga Makanan : Rp 15.000 s/d Rp 35.000
Harga Minuman : Rp 18.000 s/d Rp 24.000

Di antara puluhan gerai makanan yang ada Festival Makanan Pedazz Semarang, saya tertarik mencicipi chicken waffle blackpepper ala Raising Chickens. Bentuk kudapan ini cukup unik lantaran menggunakan cone dengan isian daging ayam. Selezat apa sih kudapan ini?

Rasanya Nendang, Chicken Waffle Blackpepper dan Galaxy Mermaid Tears Bikin Nagih

Inibaru.id &ndash; Kebanyakan pizza di Italia masih mempertahankan&nbsp;bentuk neapolitan yang bundar dengan pinggiran roti tipis dan garing. Ini berbeda dengan pizza di Indonesia yang roti atau&nbsp;dough-nya&nbsp;tebal dan empuk, di AS yang pinggiran pizzanya cukup tinggi,&nbsp;atau di Sisilia (Italia) yang pizzanya, biasa disebut&nbsp;Sfincione, berbentuk kotak.
Yap,&nbsp;tiap negara memang punya&nbsp;bentuk pizza yang berbeda. Bahkan, variasi pizza pun kini bermacam-macam. Selain kotak,&nbsp;ada pula pizza dibentuk&nbsp;cup, digulung, dijadikan pastel, bahkan&nbsp;dibikin kerucut laiknya es krim cone.&nbsp;Bentuk pizza "kontemporer" itu sengaja diciptakan untuk banyak alasan, misalnya lebih praktis atau agar tangan nggak belepotan saus.
Di Indonesia, jenis pizza cone mulai banyak diminati masyarakat. Salah satu jenama yang menyediakannya adalah Kingkone Pizza. Saya mencicipinya di Semarang belum lama ini. Nggak hanya betuknya yang unik, topping yang mereka tawarkan juga menarik.
<img src="/nuploads/62/Pizza%2013.jpg" alt="" width="710" height="401" />
<code>Pizza dalam cone ini unik, kan? (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Gerai Kingkone Pizza bisa kamu temukan di food court Pasaraya Sri Ratu di Jalan&nbsp;Pemuda, Pandansari, Semarang Tengah. Kamu juga bisa memesan via ojek daring. Untuk ukuran mini, harganya berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 9.000. Namun, kalau pengin lebih kenyang, kamu bisa memesan ukuran regular seharga Rp 13.000-18.000.
Terdapat enam menu yang bisa kamu pilih di gerai waralaba yang sudah ada di pelbagai kota di Indonesia tersebut. Keenamnya antara lain Double Meat, Chicken Melt, Cheesy Holic, Choco Oreo, Choco Crunchy Cheese, dan Choco Strawberry. Lantaran penasaran, saya memesan lima di antaranya. Kulik satu per satu, yuk!
Double Meat
<img src="/nuploads/62/Pizza%204.jpg" alt="" width="726" height="410" />
<code>Double Meat Pizza. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Menurut Prisca Maenawati, pemilik gerai Kingkone Pizza Semarang, varian ini menjadi yang paling disukai pembeli. Yap, dia benar!&nbsp;Kelezatan daging ham dan sosisnya mungkin menjadi alasan kenapa menu tersebut begitu diminati. Berpadu dengan keju mozzarella plus saus bolognese, pizza dengan cone renyah itu cukup menggugah selera.
Saya bersedia memberi nilai lima dari lima bintang untuk varian ini.&nbsp;Recommended, deh!
Choco Oreo
<img src="/nuploads/62/Pizza%206.jpg" alt="" width="735" height="415" />
<code>Choco oreo, pizza dengan taburan cokelat dan keju. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Choco Oreo menjadi favorit saya yang kedua. Bertabur cokelat dan keju, pizza ini menawarkan rasa manis yang bikin nagih. Seperti Double Meat, tekstur choco oreo pun lembut di lidah. Meski keju yang menjadi topping pizza ini sedikit, choco oreo layak mendapat lima bintang juga.
Chicken Melt
<img src="/nuploads/62/Pizza%207.jpg" alt="" width="729" height="412" />
<code>Chicken Melt. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Varian ketiga yang saya coba adalah Chicken Melt. Sesuai namanya, nugget ayam yang menjadi topping pizza ini dilengkapi lelehan keju mozzarella. Rasanya enak, tapi menurut saya akan lebih enak jika menggunakan olahan daging ayam asli. Rasa kejunya pun kuat sehingga mampu memuaskan selera makan saya.
Secara keseluruhan, saya memberi skor empat dari lima bintang untuk varian tersebut.
Choco Crunchy Cheese
<img src="/nuploads/62/Pizza%205.jpg" alt="" width="722" height="408" />
<code>Choco crunchy cheese ala Kingkone Pizza. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Varian lain yang patut mendapat empat bintang adalah Choco Crunchy Cheese. Wafer vanilla, saus cokelat, keju cheddar, dan keju mozzarella menjadi pelengkap kelezatan pizza ini. Saat saya menggigitnya, topping macam-macam itu terasa merata dan berpadu dengan pas di mulut.
Kalau kamu penggemar manis, choco crunchy cheese sayang untuk dilewatkan.
Cheesy Holic
<img src="/nuploads/62/Pizza%2012.jpg" alt="" width="719" height="406" />
<code>Cheesy Holic ini cocok buat kamu yang doyan banget keju. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Kingkone Pizza cukup memanjakan penggemar keju seperti saya dengan varian Cheesy Holic. Keju&nbsp;mozzarella dan cheddar berpadu dengan saus bolognese, itulah Cheesy Holic. Berminat? Silakan langsung pesan atau datang ke gerainya, ya, Millens!
Eh, satu lagi keunggulan Kingkone Pizza. Tanganmu nggak bakal belepotan saat menyantap pizza-pizza ini. Tinggal robek sesuai dengan garis yang ada di kemasan Kingkone Pizza, kamu bisa langsung hap. Praktis, kan?
<img src="/nuploads/62/Pizza%2010.jpg" alt="" width="1411" height="800" />
<code>Cara makan pizza ala Kingkone Pizza. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Untuk ukuran street food, pizza-pizza Kingkone Pizza layak mendapat skor 4,5 dari lima bintang. Tampilan yang manis, rasa yang enak, porsi yang mengenyangkan, serta harga yang relatif terjangkau menjadi alasan yang pas kenapa kamu perlu mencicipi pizza-pizza ini. Nggak seperti cone-cone yang biasanya hambar, cone Kingkone Pizza pun enak dan renyah dikudap.
Hmm, saya jadi ketagihan, nih! Enaknya, pesan varian pizza kerucut Kingkone Pizza yang mana ya, Millens? (Artika Sari/E03)
&nbsp;
Kingkone Pizza
Kategori&nbsp; &nbsp; : Street Food
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; : Food Court&nbsp;Pasaraya Sri Ratu Semarang, Jalan Pemuda No 29-33&nbsp;Pandansari, Semarang Tengah, Semarang
Jam buka&nbsp; : 10.00 &ndash; 21.00 WIB
Harga&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Rp 7.000 s/d Rp 18.000

Berbeda dengan pizza pada umumnya yang berbentuk bundar pipih, Kingkone Pizza menyajikan kuliner khas Italia itu dalam bentuk kerucut laiknya es krim cone!

Mencicipi Lima dari Enam Varian Pizza Kerucut Kingkone Pizza

Inibaru.id &ndash; Pengin ngemil enak? Makan churros bisa menjadi salah satu opsi, lo. Cushy Churros Semarang menawarkan camilan khas Spanyol tersebut dengan inovasi unik.
Churros di tempat lain umumnya hanya ada satu jenis. Nah, di tempat ini, kamu tinggal pilih pengin makan camilan yang renyah atau lembut. Kalau pengin yang crunchy, kamu bisa memiliih churros. Kalau mau makanan yang lembut dan fluffy, pilihlah cupuff.
Banyak Pilihan
<img src="/nuploads/39/4%281%29.jpg" alt="" width="700" />
<code>Churros dan cupuff di Cushy Churros Semarang selalu fresh dari penggorengan. (Inibaru.id/ Ayu S Irawati)</code>
Churros dan cupuff original hanya diberi gula halus atau campuran cinnamon a.k.a. kayu manis dengan gula pasir. Harganya cuma Rp 15.000 untuk churros dan Rp 18.000 untuk cupuff, lo. Kamu bakal mendapatkan 7 churros atau 6 cupuff.
Nah, kamu bisa juga menambahkan saus dan topping sesuai seleramu. Dengan harga Rp 20.000, kamu bisa mendapatkan satu jenis saus dan satu jenis topping untuk churros. Sementara, paket cupuff dihargai Rp 23.000.
Saus yang tersedia adalah nutella, choco, milk choco, strawberry, hazelnut, dan aren caramel. Untuk topping, pilihan yang ada adalah cheese, oreo, peanut crumble, almond, marshmallow, rainbow sprinkles. Banyak, ya! Kalau ingin menambah topping atau saus, bisa juga, kok! Kamu cuma perlu menambah Rp 2.000 saja per variannya.
Mau es krim? Ada juga, lo! Harganya mulai Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Es krim ini bisa dicampur juga dengan churros.
Kalau kamu sudah menentukan varian yang kamu mau, kamu tinggal bilang ke staf. Pesananmu akan ditotal. Nah, kalau sudah dibayar, pesananmu bakal segera disiapkan.
Aneka Minuman
<img src="/nuploads/39/7%281%29.jpg" alt="" width="700" />
<code>Minuman pinky promise. (Inibaru.id/ Ayu S Irawati)</code>
Perlu kamu tahu, untuk membeli churros atau cupuff, kamu perlu menunggu sekitar 3-5 menit lantaran makanan yang disajikan harus fresh. Sembari menunggu, kamu bisa membeli aneka minuman juga, lo.
&ldquo;Kebanyakan orang kan diam kalau lagi menunggu. Di sini bisa sambil minum karena minumnya lebih cepat dibuat,&rdquo; ujar Ardian Haryanto, pemilik outlet.
Nah, semua minuman di Cushy Churros dibanderol dengan harga yang sama yakni Rp 15.000. Berbagai pilihan yang tersedia adalah milk tea, thai tea, chocolate, matcha, strawberry, mocha, tarro, dan cappucinno. Oya, ada minuman baru juga yang disebut pinky promise. Minuman ini &ldquo;diramu&rdquo; dari Yakult sama sirup raspberry. Bagi saya, pinky promise yang segar dan asam ini terasa klop dengan churros dan cupuff yang manis. Nendang banget!
Tips Ngemil Enak
<img src="/nuploads/39/2%281%29.jpg" alt="" width="700" />
<code>Lebih suka topping churros yang dituang atau dicocol, Millens? (Inibaru.id/ Ayu S Irawati)</code>
Penyajian churros di Cushy Churros Semarang diawali dengan menggulingkan churros di atas gula. Setelah itu, churros dimasukkan ke dalam wadah, dan diberi topping sesuai pesanan.
Bagi Ardian, cara paling enak makan churros adalah dengan menuangkan topping secara merata di atasnya. Cara itu juga merupakan sajian default di outlet ini.
&ldquo;Saya lebih suka dituang, karena bumbunya bisa merata. Saya pernah coba yang cocol, tapi itu kayak makan saus sama topping saja,&rdquo; kelakar Ardian.
Tapi, kalau kamu lebih suka mencocol churros, kamu bisa meminta agar topping-nya dipisah dalam wadah, kok. Jangan lupa, makan churros dan cupuff selagi hangat. Rasanya bakal lebih nikmat!
Oya, jam paling ramai biasanya adalah Sabtu malam atau Minggu siang. Kalau kamu nge-mal di jam itu dan pengin ngemil ini, siap-siap antre, ya! Ha-ha. (Ayu S Irawati/E05)
&nbsp;
Cushy Churros Semarang
Alamat&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Lower ground Paragon Mall, Semarang
Harga&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Rp 15.000 &ndash; Rp 25.000
Jam Buka: 10:00 &ndash; 22:00 WIB

Makan camilan yang enak? Yuk, ke Cushy Churros Semarang! Ada aneka makanan dan minuman yang asyik buat menemani agenda nge-mal kamu.