Inibaru.id – Sri Hartati siap melepas putranya, Reza Setiawan yang akan bertugas ke Malaysia sebagai guru anak-anak para TKI yang bekerja disana. Bersama dengan suaminya, Sodikin, Ia berpesan pada putranya untuk tidak menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan di tempatnya bertugas.
“Saya doakan semoga Reza betah dan menjalankan tugas dengan baik,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Kompas (31/10).
Reza adalah sarjana pendidikan yang pernah mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) di Nusa Tenggara Timur selama satu tahun. Pengalaman ini membuatnya yakin bahwa ia akan betah tinggal di Negeri Jiran.
Baca juga: Mari Mengajar Anak-Anak Korban Gunung Kelud
Meskipun harus berpisah dari putranya, Sodikin sangat mendukung pilihan buah hatinya untuk mengajar anak-anak TKI. “Mumpung masih muda,” ucap pria yang berasal dari Cierbon, Jawa Barat ini.
Dalam acara pengukuhan serta pelepasan guru ke Malaysia tahap delapan yang dilakukan di Hotel Golden Boutiqe, Kemayoran, Jakarta, 7 Agustus 2017 lalu, terdapat pula orang tua lain yang mengantarkan anaknya untuk mengajar anak-anak TKI di Malaysia. Salah satunya adalah Oke Mulyani yang berasal dari Subang, Jawa Barat. Wanita yang merupakan guru Sekolah Luar Biasa Subang ini berharap anaknya, Sri Hartati betah dan tabah dalam menjalani pekerjaannya.
Sejak tahun 2006, sudah 8 kali pengiriman guru ke Malaysia dilakukan. Untuk tahap yang terakhir, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan 83 guru yang tersebar di berbagai tempat di Malaysia.
Baca juga: Ribuan Pelajar Kunjungi Situs Patiayam di Kudus
Pada tanggal 8 Agustus 2017, para guru ini diterima di Hotel Grand Borneo di Kinabalu, Malaysia. Kebanyakan dari mereka, tepatnya 73 orang akan ditempatkan di Sabah. Sementara itu, 9 orang akan ditempatkan di Sarawak dan 1 orang tersisa ditempatkan di Johor Bahru. Keesokan harinya, para guru ini langsung diberangkatkan ke tempat mereka bertugas didampingi oleh pembimbing.
Guru yang ditugaskan di Miri, Sarawak, menggunakan sarana transportasi pesawat terbang dan dilanjutkan dengan perjalanan darat untuk mencapai sekolahnya. Sementara itu, para guru yang ditempatkan di Sandakan dan Tawau langsung menggunakan bus untuk mencapai lokasi sekolah tempat mereka mengajar. (AW/SA)