Inibaru.id - Dia teman saya diskusi tentang dunia sepak bola sewaktu kuliah. Suatu ketika dia bikin geger linimasa Twitter saya dengan pernyataan begini, ”Aku jual obat kuat, siapa yang mau beli?” Hal itu sontak memancing komentar banyak orang, terutama teman-teman dekat kami.
Namun melihat bagaimana karakternya selama ini yang sedikit bad boy, saya nggak terlalu kaget dengan pernyataannya itu. Orang-orang pun nggak terkejut, malah ada yang berkomentar seperti ini “Usaha sesuai passion ya?”.
Dia ini asli Demak, namun belakangan merantau ke Jakarta dan melakoni bisnis ini juga. Saya sempat bertanya kenapa dia kemudian tertarik menggeluti bisnis obat kuat dan promosi dadakan di Twitter.
“Temanku di Demak rumahnya gedongan dan mobilnya banyak karena bisnis ini. Siapa yang nggak kepincut?” ujarnya.
Sebelum cerita, dia ingin disebut sebagai Rofiq saja. Nama itu adalah panggilan untuk kucing betinanya yang bernama “Rofiqoh”.
Terkait penyamaran nama tentu saja karena bisnis ini masih sensitif di muka umum. Sebelumnya saya sudah ditolak oleh banyak penjual obat kuat karena takut gimana-gimana.
Rofiq mengaku mendapat barang dari Batam. Dia berdagang secara daring. Menurutnya, toko obat kuat yang buka di pinggir-pinggir jalan itu cuma penguat saja kalau dia beneran jualan obat kuat.
“Perdagangan sebetulnya, ya ada di dunia maya,” tambahnya.
Kata Rofiq, setiap kota memiliki cara yang berbeda untuk mendapat pasokan obat. Nah, di sinilah gunanya paguyuban. Setiap paguyuban biasanya sudah memiliki pemasok yang sama.
Barang Ilegal Diciptakan Pasar
Meski bisa memberi keuntungan yang nggak sedikit, nyatanya Rofiq hanya mau mendapat obat yang legal. Nggak semua pemasok itu mendapatkan obat dari perusahaan terpercaya. Terkadang, ada yang memproduksinya secara ilegal.
“Ini bisnis yang untungnya nggak ngotak. Kalau aku sih pesan barang yang legal. Mahal dikit nggak masalah tapi yang penting aman,” kata Rofiq.
Berkoar-koar mengenai kehebatan barang dagangan, ternyata nggak membuat mereka sendiri memakainya. Meski begitu, nyatanya nggak ada pembeli yang komplain mengenai khasiat obat kuat. Kalaupun ada yang nggak puas, penjual bakal menawari obat yang diklaim lebih kuat. Biasanya, kalau sudah begini, bakal jadi langganan. Hm, strategi marketing yang cerdas ya.
Persoalan yang masih dihadapi penjual obat kuat adalah soal legalitas. Pasalnya, banyak obat kuat yang nggak memiliki izin. Mengenai hal ini, Rofiq punya pendapat yang cukup masuk akal. Menurutnya, obat kuat yang legal dan lolos uji BPOM memiliki harga sedikit mahal. Masalahnya, pembeli selalu meminta yang murah namun efeknya sama. Dari situlah, obat ilegal merajalela.
“Kalau aku sih menjual pembesar penis dan penambah durasi,” terangnya.
Jenis-jebis obat-obatan yang dijual Rofiq antara lain seperti Cialis, Viagra, Hammer of Thor, Titan Gel, Herba Mojo, Levitra dan Vimax. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Semakin obat itu berkhasiat, semakin mahal juga harganya.
Ngomong-ngomong soal obat kuat, Rofiq mengatakan pada saya ada obat kuat yang mampu membuat tegang hingga empat jam. Duh, ngeri deh!
Meski banyak yang kepincut dengan durasi tegang, ternyata nggak selalu sesuai harapan.
“Ada yang dua jam nggak turun-turun padahal sudah tiga kali keluar. Bukannya puas, dia bingung dan kapok,” pungkas Rofiq.
Hm, jadi seperti itu seluk beluk bisnis obat kuat ya, Millens. (Audrian F/E05)