Inibaru.id – Batik merupakan produk asli Indonesia yang menjadi unggulan di beberapa daerah. Misalnya Pekalongan, Solo, Cirebon, Yogyakarta, Madura, dan masih banyak lagi. Sayangnya, limbah air bekas pewarnaannya yang menyebabkan pencemaran.
Sisa pewarnaan sintesis yang digunakan dalam pembuatan batik dianggap sebagai polutan yang dapat mengotori lingkungan terutama di aluran air sungai. Karena itu, pihak pemerintah di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan sebagai sentra produksi batik berusaha mencari alternatif pengganti pewarna sintesis.
Hingga akhirnya seorang tenaga pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Ita Riniatsih, menemukan ide dan solusinya yakni dengan mengolah tanaman mangrove menjadi pewarna batik yang ramah lingkungan.

Biji mangrove yang telah berkecambah (propagul). (mangrovemagz.com)
Propagul atau buah mangroave yang telah mengalami perkecambahan bisa lo jadi bahan alternatif pewarna batik ramah lingkungan. Biasanya yang dipakai adalah buahnya yang sudah mengering dan yang sudah jatuh dari pohonnya.
"Manfaat mangrove sangat banyak, selain penahan abrasi laut. Propagul yang sudah kering juga bisa dimanfaatkan untuk mengganti bahan pewarna batik sintetis dan lebih ramah lingkungan," katanya, dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (9/8/2018).
Proses Pembuatan
Dalam pembuatannya, dibutuhkan propagul mangrove sebanyak 1 kilogram untuk 5 liter pewarna batik. Caranya, propagul yang sudah kering dicincang, kemudian direbus dengan air sebanyak 10 liter hingga air tersisa sebanyak 5 liter.
"Warna dasar dari rebusan propagul yaitu cokelat, namun bisa dikombinasikan dengan secang agar mendapatkan warna orange," terangnya.
Meski nggak memiliki banyak warna, saat ini, permintaan batik dengan pewarna alami sedang banyak dicari. Ini membuktikan bahwa masyarakat terutama pelaku usaha pembuat batik mulai sadar penggunaan bahan alami yang ramah lingkungan.
Nah, Sobat Millens, dengan ini kita juga harus berhati-hati ya dalam penggunakan suatu produk. Keren kan, bisa melestarikan budaya, tapi juga melestarikan lingkungan. (IB07/E05)
