Inibaru.id - Meliput gelaran tahunan Pasar Semawis sekitar Januari lalu di Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah, saya menemukan beberapa stand menawarkan jasa membaca masa depan melalui kartu tarot. Tempat-tempat itu cukup ramai. Saya pikir, rasa penasaran pada masa depan bisa diuangkan.
Kala itu, pikiran saya berhenti di situ. Namun, belum lama ini saya bertemu langsung dengan salah seorang pembaca tarot, yang biasa disebut reader. Kebetulan, banyak hal yang pengin saya tanyakan terkait profesi ini.
Namanya Fitri Indahyani, tapi lebih akrab disapa Madam Vie. Baru enam tahun terakhir dia berdomisili di Semarang. Sebelumnya, dia mukim di Jakarta dan membentuk identitasnya sebagai reader tarot di sana.
Profesi membaca tarot telah dilakoninya sejak 2005. Kala itu, dia yang masih berusia 18 tahun menjadi pengisi rubrik zodiak di sebuah media. Namun demikian, kemampuan membaca kartu sebetulnya telah dilakukannya sejak kecil.
Bermula dari Kartu Remi
Madam Vie mengaku punya kelebihan khusus dalam "menerawang" sejak berusia kanak-kanak. Mungkin, ini turunan dari kakeknya. Nah, kala itu, Fitri kecil belum memakai tarot, tapi kartu remi.
“Cuman, waktu itu dilarang orang tua, soalnya malah kelihatan seperti peramal,” kenang Fitri, yang menambahkan bahwa keahliannya tersebut semakin dikenal tatkala dia mulai bekerja.
Kendati punya kemampuan menrawang, Fitri mengaku tetap menggunakan logika dalam membaca kartu. Dia tetap mempelajari panduan buku tarot dan mendalami banyak ilmu.
Oya, selain mengisi konten zodiak, Fitri mengawali karier dengan membuka jasa pembacaan kartu tarot di depan Bioskop Taman Izmail Marzuki. Lapaknya ramai. Kebanyakan yang datang adalah para calon penonton yang menyempatkan diri mampir selagi menunggu jam tayang film.
Lambat laun, tawaran berdatangan, baik secara personal maupun dari event-event tertentu . Menurut Fitri, hasilnya lumayan. Inilah yang membuatnya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan serius menjadi pembaca tarot.
Sehari 3 sampai 10 Klien
Kisaran tarif yang ditetapkan Fitri dalam pelayanan beragam. Dengan metode daring, tarifnya antara Rp 99 ribu sampai Rp 500 ribu. Sementara, untuk jasa yang dilakukan dengan tatap muka, dia mematok harga sekitar Rp 500 ribu, bahkan sampai Rp 5 juta.
“Karena pindahan dari Jakarta, saya sempat mengubah harga. Ya, kalau dilihat dari biaya hidup kan juga berbeda,” terangnya. "Dalam sehari seenggaknya ada 3 sampai 10 klien."
Fitri melayani banyak kalangan, mulai dari pengusaha, artis, hingga masyarakat umum. Kendati demikian, yang paling sering memakai jasanya adalah anak muda, dengan kegamangan hidup mereka, seperti mahasiswa atau pelajar. Kliennya sudah tersebar di pelbagai daerah di Indonesia.
Menjadi seorang pembaca tarot, kata Fitri, juga punya kode
etik. Ada hal-hal tertentu yang harus dibatasi dan nggak boleh asal. Yang utama, nggak boleh membaca tentang kematian. Kemudian, perlu juga menjadi pendengar yang
baik sebagai penampung keluh-kesah klien, serta menjaga rahasia.
“Harus punya rasa empati yang tinggi dan jangan langsung nge-judge,” tutur perempuan 37 tahun tersebut.
Bukan Paranormal, Logis, dan Bisa Dipelajari
Perlu kamu tahu, seorang pembaca tarot bukanlah paranormal. Fitri bercerita, nggak jarang profesi yang dia geluti memang diidentikkan dengan hal-hal klenik dan mistik. Padahal, nggak seperti itu.
"Semua bisa dilogika dan dipelajari," tutur perempuan yang enggan disebut paranormal tersebut.
Dalam kode etik, pembaca tarot juga nggak berhak mengambil ranah ilmu profesi lain. Fitri berterus terang, pada kasus tertentu dia lebih menyarankan kliennya ke psikolog atau psikiater.
"Terkadang, orang pikir pembaca tarot bisa membereskan semua permasalahan," keluhnya.
Mau Jadi Reader Tarot? Belajar Pakemnya Dulu!
Profesi membaca tarot memang menggiurkan. Kamu juga bisa melakukannya. Seperti kata Fitri, tiap orang memang bisa menjadi pembaca tarot. Namun, untuk menjadi pembaca tarot, Fitri menyarankan untuk mempelajari pakem dari setiap kartu secara benar terlebih dahulu.
Jika pakem sudah dipelajari, kamu bisa mulai mempraktikkannya ke teman-teman terdekat. Kalau pengin lebih mendalaminya, kamu juga bisa ikut les privat. Saat ini banyak pembaca tarot yang membuka les, termasuk dirinya.
“Selain itu, bisa juga ikut komunitas,” sambungnya.
Selain membaca tarot, Fitri juga membuka jasa lain seperti baca wajah, garis tangan, grafologi, dan batu Mesir. Ehm, untuk cerita yang ini, kapan-kapan saja ya, Millens. Biar pada penasaran! Ha-ha.
Selama manusia masih pengin mengintip masa depan, profesi ini mungkin bakal terus dibutuhkan. Rasa penasaran memang komoditas, karenanya patut dihargai sangat mahal. Rite? (Audrian F/E03)