Inibaru.id - Pagi baru saja menyapa, tapi Angga sudah berurusan dengan kotoran burung merpati. Perlahan dan dengan penuh kasih sayang, dia memindahkan merpati dari kandang besar ke kandang kecil satu per satu untuk dijemur. Dengan semprotan kecil, merpati itu kemudian dimandikan.
Angga adalah joki merpati, semacam kurir yang menjadi bagian dari tim dalam perlombaan si burung dara. Selain menerbangkan merpati saat perlombaan, tugas Angga merawat burung-burung tersebut.
“Kalau pagi rutinitasnya memang begini; (merpati) dijemur, terus disemprot (air),” ujarnya, belum lama ini.
Angga mengungkapkan, merpati yang dijemur biasanya sudah siap tanding atau sering mengikuti lomba. Sementara, merpati usia belia cukup diletakkan di dalam kandang. Tujuan menjemur merpati itu, adalah supaya tulang-tulangnya rileks, jadi nggak kaku saat dilombakan.
Setelah dijemur, burung-burung tersebut kemudian diberi makan dan jamu. Ya, jamu. Sebagai "atlet", para merpati memang memerlukan nutrisi yang maksimal agar stamina tercukupi dan saat berlomba nanti bisa bicara banyak.
“Pakan merpati umumnya jagung, tapi untuk jamunya saya kurang tahu. Bos saya yang meramu, saya tinggal kasih saja,” tutur pemuda yang tergabung dalam tim merpati Hermuzya tersebut.
Merpati pacuan memang selalu diperlakukan dengan istimewa laiknya seorang atlet. Angga mengaku, merawat merpati bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan ketekunan, dia berusaha merawat burung-burung yang dipercayakan kepadanya itu dengan sebaik-baiknya.
Setali tiga uang, Dwi Cahyo Setyo Nugroho, salah seorang pehobi dan pemilik tim merpati dari Kota Semarang, juga mengatakan, merawat burung dara untuk pacuan memang nggak gampang dan butuh biaya yang lumayan besar.
“Ada yang biaya perawatan (merpati)-nya lebih besar daripada (biaya hidup) si pemilik,” kelakar Nugroho, saat ditemui Inibaru.id di sebuah kolongan (tempat merpati dilombakan) di Semarang, baru-baru ini.
Dia pun kemudian menjabarkan, apa saja yang harus dipersiapkan tim merpati sebelum merpati-merpati itu dilombakan. Menjelang lomba, ungkap Nugroho, merpati wajib diberi jagung dan beras merah. Sementara, piyik (anak merpati) dan merpati muda cukup diberi pur (konsentrat).
Selain pakan yang spesial, merpati pacuan juga wajib diberi vitamin dan doping khusus. Vitamin yang diberikan antara lain minyak ikan atau vitamin B kompleks. Sementara, untuk doping-nya adalah jamu herbal.
“Ya, samalah seperti manusia, gizi memengaruhi performa,” terangnya.
Oya, pemberian gizi dan nutrisi yang maksimal itu juga harus ditunjang dengan pemberian latihan yang cukup pada si merpati. Menurut Nugroho, setiap merpati memiliki kemampuan yang berbeda. Bahkan, faktor genetik sangat memengaruhi.
Faktor genetik yang dimaksud Nugroho adalah, jika seekor merpati punya reputasi apik, ia akan menurunkan "gen juara" itu ke anak-anaknya. Karenanya, keturunan merpati yang pernah juara umumnya punya nilai jual yang sangat tinggi.
Nugroho kemudian menambahkan, merpati biasanya juga punya spesialisasi. Perlu kamu tahu, dalam pacuan merpati, ada dua "cabang olahraga" yang biasa dilombakan, yakni kompetisi kolongan dan balap. Merpati kolongan mengandalkan ketepatan, sedangkan balap tentang kecepatan.
"Burung yang terbiasa main di kolongan umumnya tidak untuk balap," kata dia, yang kemudian mengibaratkan para merpati itu bak atlet dengan keahlian khusus. “Meski semua burung bisa dilatih, ya nggak mudah juga.”
Wah, rupanya serumit itu cara merawat merpati pacuan. Butuh modal besar dan jalan yang cukup panjang untuk menjadikan burung itu sebagai seorang, eh, seekor atlet, ya, Millens! Ha-ha. (Audrian F/E03)