inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum
Selasa, 12 Nov 2024 18:05
Penulis:
Bagikan:
Kerupuk tayamum khas Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Kerupuk tayamum khas Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak merupakan sentra penghasil kerupuk tayamum atau kerupuk pasir. Di sini saya melihat secara langsung proses penggorengan kerupuk yang sering dimakan bersama bumbu rujak itu.

Inibaru.id - Dilihat dari cara menggorengnya, ada dua jenis bahan untuk menggoreng kerupuk. Ya, kita mengenal ada kerupuk yang digoreng dengan minyak dan pasir. Konon, kerupuk goreng pasir dinilai lebih sehat karena rendah kolesterol.

Nggak hanya karena alasan lebih sehat karena nggak membuat tenggorokan gatal, saya sesungguhnya juga penggemar berat kerupuk goreng pasir. Bagi masyarakat pantai utara (pantura), kerupuk jenis ini disebut juga kerupuk melarat, miskin, tayamum, atau goreng wedi.

Biasanya, kerupuk melarat dijadikan pelengkap dalam sajian soto, pindang thethel, bakso, dan makanan berkuah lainnya. Ada juga yang memakannya bersama pecel, ketoprak, dan gado-gado. Tapi ada pula yang hobi memakan kerupuk warna-warni itu sambil mencocolkan bumbu rujak.

Sebagai informasi, kerupuk ini biasanya hanya berbahan tepung tapioka, garam, dan bawang putih. Cara menggorengnya dengan memasukkannya ke dalam wadah yang berisi pasir. Bukan sembaran pasir, yang digunakan adalah pasir gunung yang berwarna hitam.

Mayoritas penduduk Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak merupakan pengrajin kerupuk tayamum. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Mayoritas penduduk Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak merupakan pengrajin kerupuk tayamum. (Inibaru.id/ Sekarwati)


Penasaran dengan bagaimana kerupuk tayamum diproduksi, saya mendatangi Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar beberapa waktu lalu. Dukuh itu berada di seberang Pasar gajah.

Benar saja, di sana banyak halaman rumah yang digunakan untuk menjemur kerupuk-kerupuk itu. Terlihat menarik di mata saya karena pemandangan warna-warni di sebelah kanan kiri tersebut sangat jarang dijumpai di tempat lain.

Di sana, saya menjumpai Apit, perempuan yang sudah sepuluh tahun memproduksi kerupuk tayamum. Bersama suaminya, mereka bahu membahu mengolah kerupuk dari bahan dasar hingga memasarkannya. Suami Apit yang memproduksi, sementara dirinya bertugas menjemur dan menjualnya.

Alat Tradisional

Alat tradisional untuk membuat kerupuk tayamum di Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Alat tradisional untuk membuat kerupuk tayamum di Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Kepada saya, Apit menceritakan bahwa pembuatan kerupuk goreng pasir ini masih menggunakan alat tradisional, salah satunya penggunaan kayu yang dirancang khusus untuk mengaduk adonan tepung. Ada juga alat untuk mencetak kerupuk yang juga belum bisa dikatakan modern. Memasak adonan pun Apit masih menggunakan kayu bakar.

"Alatnya ini cukup berat. Jadi, produksi bagian laki-laki yang mengerjakan," kata perempuan 38 tahun itu sembari menunjuk alat pembuat kerupuk miliknya.

Di rumahnya, Apit membuat beragam bentuk kerupuk tayamum, diantaranya adalah kerupuk empat lubang, kerupuk kecil-kecil, dan kerupuk panjang atau semprong. Dia mengaku dalam sehari bisa menghasilkan 3-4 kuintal kerupuk setiap hari.

Proses penggorengan kerupuk tayamum menggunakan pasir dan kompor yang dirancang khusus. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Proses penggorengan kerupuk tayamum menggunakan pasir dan kompor yang dirancang khusus. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Di Dukuh Kalitekuk ini, tidak setiap rumah menjual kerupuk tayamum siap makan, Millens. Apit contohnya. Dia hanya menyediakan kerupuk mentah. Untuk bisa mencicipi kegurihan kerupuk goreng pasir, saya harus membeli ke warga lain. Kebetulan kakak Apit, Mahmudah, merupakan penjual kerupuk tayamum siap makan.

Penasaran dengan cara menggoreng yang katanya unik, saya pun beruntung bisa menyaksikan secara langsung. Jangan bayangkan penggorengannya seperti wajan, ya. Penggorengan duibuat khusus berbentuk seperti molen. Di dalamnya berisi pasir yang sudah dipanaskan. Kerupuk mentah lalu dimasukkan ke dalamnya dan dibolak-balik hingga mengembang matang.

Tak ingin pulang dengan tangan kosong, saya tentu saja membeli kerupuk ini untuk teman makan di rumah. Untuk satu kilo kerupuk yang dikirim sampai daerah Rembang, Magelang, Surabaya, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan itu tak mahal. Kerupuk matang dihargai Rp18ribu-19 ribu. Sementara untuk yang matang, Rp12 ribu-13 ribu.

Yap, sekilo kerupuk melarat yang saya beli sebagai oleh-oleh sangat cukup untuk camilan sekeluarga di akhir pekan. Kamu tertarik juga pesta kerupuk bersama keluarga atau teman, Millens? (Sekarwati/E10)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved