Inibaru.id - Pada 1990, fotografer cum akuaris asal Jepang Takashi Amano memperkenalkan seni mengatur ekosistem bawah air pada sebuah akuarium. Sejak saat itu, seni yang kemudian dikenal sebagai akuaskaping (aquascaping) itu mendunia. Sebagian orang beralih, nggak sekadar memelihara ikan, mereka juga memperhatikan segala hal yang menopang kehidupan alamiah untuk ikan tersebut.
Tahun demi tahun berlalu, namun akuaskaping selalu punya penggemar sendiri, hingga sekarang. Di pelbagai sudut kota, sangat mudah menemukan orang-orang menyoal akuaskap atau menjual aquaspace, nggak terkecuali di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Istiawan adalah penjual aquaspace di Pasar Ikan Hias Johar Semarang. Menurutnya, pencinta akuaskaping di Kota Lunpia belum banyak. Mungkin, nggak sebanyak kota besar lain. Namun, hampir sebagian besar akuaris itu rela jor-joran merogoh kocek untuk memusakan hobi akuaskaping.
“Mau harga Rp 5 juta ke atas ya disanggupi,” kata perempuan 37 tahun tersebut di lapak aquaspace-nya, Selasa (12/5/2020).
Menurutnya, akuaskaping berbeda dengan sekadar memelihara ikan hias di akuarium atau yang kerap disebut fishkeeping. Seni ini menghadirkan seluruh komponen di dunia bawah air dalam akuarium.
Alih-alih fokus pada pemeliharaan ikan, "aquascaper" justru menjadikan aquaspace sebagai tolok ukur. Ikan hanyalah bagian di dalamnya. Yap, karena selain ikan, akuaskaping juga menambahkan pelbagai flora fauna di dalam eksosistem tersebut.
“Ikan-ikan yang dipakai juga yang berukuran kecil," tutur Istiawan, "biar nggak merusak.”
Tujuan akhir dari akuaskaping adalah adanya kehidupan bawah air yang alami di aquaspace. Jadi, Istiawan mengatakan, nggak sekadar menghadirkan landskap air yang indah dan bagus. Ada banyak faktor menentukan nilai aquaspace.
Dalam perawatan, misalnya, beberapa hal harus betul-betul dicek, di antaranya pencahayaan, pemberian pemupukan, filterisasi atau penyaringan air. Mereka juga harus mempertimbangkan foreground (depan), midground (tengah) dan background (belakang) aquaspace.
“Harus telaten. Harus!” ujar Istiawan.
Setali tiga uang, penjual aquaspace lain di Pasar Ikan Hias, Yoyok, juga mengatakan bahwa akuaskap memang nggak mudah, karena itu dihargai cukup mahal.
Kemudian, terkait harga, dia mengungkapkan, harga sebuah aquaspace cukup beragam. Hal tesebut sangat bergantung pada bahannya.
“Kira-kira sekitar Rp 2 juta. Namun, kalau komplit, tinggal angkat saja, ya sampai Rp 15 juta,” papar pemilik Galaxi Fish Aquascape tersebut.
Wah, hobi yang mahal ya! Ha-ha. Gimana, tertarik mempelajari akuaskaping? Siapa tahu bisa jadi ladang bisnis buatmu! (Audrian F/E03)